Mohon tunggu...
ulmia aura safitri
ulmia aura safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

artikel saya tentang upaya terpadu dalam mengurangi stunting di surabaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Upaya Terpadu dalam Mengurangi Stunting di Surabaya

17 Desember 2024   13:19 Diperbarui: 17 Desember 2024   13:20 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Ulmia Aura Safitri
NIM : 144241182
Kelas : PDB 27
Mata Kuliah : Logika dan Pemikiran Kritis
Upaya Terpadu dalam Mengurangi Stunting di Surabaya

Oleh: Ulmia Aura Safitri
Pendahuluan
Stunting, kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, menjadi tantangan
kesehatan utama di Indonesia. Namun, Surabaya berhasil menorehkan prestasi dengan
menurunkan angka stunting secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Melalui berbagai
upaya terpadu, Kota Pahlawan mencatatkan prevalensi stunting terendah di Indonesia, hanya
1,6% pada tahun 2024 dibandingkan 28,9% pada tahun 2021 (stunting.go.id) (surabaya.go.id).
Berbagai program untuk menurunkan angka stunting gencar dilakukan. Itu karena,
kegagalan dalam menangani persoalan stunting yang terjadi saat ini bisa membawa akibat pada
suramnya masa depan bangsa. Persoalan stunting ini bahkan bisa mengancam cita-cita meraih
Masa Depan Indonesia Emas di Tahun 2045. Mengingat dampaknya yang sangat luar biasa,
maka penangangan yang komprehensif dari semua pihak untuk mengatasi persoalan stunting
ini mutlak diperlukan.
Dalam upaya percepatan pencegahan stunting. Setwapres memperoleh mandat untuk
memastikan pencapaian tujuan dari Pilar 5 yaitu membangun sistem pemantauan dan evaluasi
terpadu dari semua program prioritas yang terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi
gizi sensitif. Sebagai realisasinya, maka TP2AK di Setwapres bertugas mengkompilasi semua
data program dari KL terkait untuk kemudian diolah dan ditampilkan dalam dashboard
permantauan terpadu.
Dashboard yang dikembangkan oleh Setwapres berfungsi sebagai alat pantau dan
evaluasi perkembangan program bagi para pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten, dan bahkan desa.
Kedepan diharapkan adanya kesinambungan dari fungsi sistem pemantauan dan evaluasi
terpadu ini yang mendukung penentuan kebijakan yang berbasis data segala tingkat
administratif.
Program Intervensi Utama
1. Peningkatan Nutrisi Sejak Pra-Nikah
Pemerintah Kota Surabaya menerapkan pendekatan proaktif dengan memantau
kesehatan calon pengantin (catin). Skrining ini mencakup pengukuran lingkar lengan
atas dan indeks massa tubuh untuk mendeteksi risiko kekurangan energi kronis. Data
kesehatan catin terintegrasi dengan puskesmas untuk pemberian konseling dan
intervensi dini (stunting.go.id).
2. 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Fase ini menjadi fokus utama melalui pemberian ASI eksklusif, suplementasi
makanan, dan imunisasi lengkap untuk bayi. Intervensi ini bertujuan mencegah gizi
buruk pada masa-masa kritis perkembangan anak.
3. Kampanye Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Untuk remaja putri, konsumsi TTD menjadi prioritas guna mencegah anemia yang
berdampak pada kualitas kehamilan di masa depan. Program ini dilakukan secara rutin
di sekolah dan puskesmas.
4. Posyandu Keluarga dan Layanan Terintegrasi
Konsep Posyandu Keluarga menggabungkan berbagai layanan kesehatan, termasuk
pemeriksaan rutin, edukasi kesehatan, dan distribusi bantuan gizi. Inovasi ini
memungkinkan pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala.
5. Pemberdayaan Kader Surabaya Hebat (KSH)
Para kader PKK dan masyarakat setempat dilibatkan dalam pendampingan keluarga.
Pada 2023, lebih dari 650 balita stunting berhasil menunjukkan perbaikan berat badan
dan tinggi badan melalui program ini (stunting.go.id).
Hasil dan Prestasi Kota Surabaya tidak hanya sukses menurunkan prevalensi stunting, tetapi
juga mendapatkan penghargaan sebagai kota terbaik dalam intervensi spesifik stunting di
Jawa Timur. Surabaya menjadi pelopor model kolaborasi multipihak yang melibatkan
pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat.
Kesimpulan Upaya terpadu dalam mengurangi stunting di Surabaya membuktikan bahwa
strategi berbasis data, pendekatan kolaboratif, dan inovasi pelayanan kesehatan dapat
memberikan hasil signifikan. Dengan keberhasilan ini, Surabaya dapat menjadi inspirasi bagi
daerah lain di Indonesia untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas.

*)Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun