Mohon tunggu...
ulmi hanifah
ulmi hanifah Mohon Tunggu... -

ulmi hanifah, 18 years old

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Workshop Fasilitasi Dalam Penanaman Nilai Olimpisme

9 November 2013   00:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:24 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di pertemuan terakhir pemberian mata kuliah olimpisme tanggal 1 november 2013,membahas “workshop fasilitasi dalam penanaman nilai olimpisme”. Di pertemuan ini kami di berikan materi kuliah “bagaimana seharusnya kami selaku pendidik, menanamkan nilai – nilai olimpisme pada peserta didik?”

Materi ini dimulai dari mengetahui apa sajakah tujuan‘WORKSHOP’

Meningkatkan wawasan dan kompetensi para mahasiswasebagai calon Fasilitator dalam hal:


  1. Kemampuan merencanakan dan mengembangkan program pelatihan/fasilitasi penanaman nilai-nilai Olimpisme sesuai kebutuhan dengan berbagai latar belakang peserta.
  2. Mampu mensosialisasi & memfasilitasi program penanaman nilai-nilai Olimpisme secara efektifsesuai prinsip dan konsep belajar-mengajar /fasilitasi yang tepat dan efektif

Sebagai seorang calon pendidik kita harus memiliki komitmen belajar dengan peserta didik. Suatu komitmen sangatlah penting mengingat dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar harus berlangsung secara efektif dan sesuai dengan program perencanaan belajar yang telah dibuat.

Hal yang sangat diperlukan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1. Pentingnya Saling Mengenal, hal ini menjadi sangat penting perannya karena manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam suatu tempat pasti manusia harus berinteraksi dengan orang disekitarnya, maka itu saling mengenal satu dengan yang lainnya adalah bagian yang sangat penting dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Misal yang dilakukan oleh anak usia sekolah dasar untuk saling mengenal :


  • Menggambar Foto Diri
  • Berbaris & berkelompok

Saling mengenal antar peserta sangat penting dalam proses penanaman nilai-nilai olimpisme, kerena :


  1. Keterbukaan akan mempermudah proses belajar
  2. Suasana informalmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan lebih produktif
  3. Mengenal seseorang adalah bentuk dari penghargaaan terhadap orang lain.

2. Teori/Konsep Belajar-Mengajar.

Belajar – Mengajar merupakan Proses untuk mengubah perilaku, melalui aktifitas / kegiatan yang dapat menambah, mengubah,mengembangkan :


  • Pengetahuan (knowledge)
  • Ketrampilan (skill)
  • Sikap (attitude)

Istilah-Istilah Yang Lazim Digunakan Dalam Belajar- Mengajar:

oPendidikan(Education)

oBelajar (Learning)

oPelatihan (Training)

oPengembangan (Development)

ØDua Konsep Dasar Dalam Pendekatan Belajar – Mengajar Berdasarkan Objek/peserta

a. PAEDAGOGI merupakan Ilmu dan Seni Dalam Mengajar Anak

Prinsip Konsep Paedagogi :


  1. Proses Belajar Mengajar dari Orang Tua (Guru) kepada Anak (Murid)
  2. Tujuan Proses Bersifat Mentransmisikan Pengetahuan
  3. Dititikberatkan pada Pengetahuan / Konsep / Teori (Knowledge), bukan kepada Ketrampilan (Skill) atau Sikap (Attitude)
  4. Hasil Pendidikan Sepenuhnya Tanggung Jawab Orang Tua / Guru
  5. Bantuan Guru Terhadap Murid Sangat Dominan, Mengingat Murid Dianggap Mempunyai Kepribadian yang Sangat Tergantung Kepada Pihak Lain

b. ANDRAGOGI merupakan Ilmu dan Seni Dalam Membantu Orang Dewasa Belajar

Prinsip Konsep Adragogy :

Hasil Belajarmerupakan "Perubahan Perilaku Setelah Proses Belajar”

Prinsip belajar bagi orang dewasa adalah :


  1. Belajar bila merasa “ perlu “
  2. Belajar sambilbekerja
  3. Materi realistis dan relevan dengan kebutuhan
  4. Menghubungkan materi dengan pengalamannya

Dua Konsep Dasar Dalam Pendekatan Belajar – Mengajar Berdasarkan Prosesnya

a.“CONCEPTUAL LEARNING”

lebih menitik beratkan pada pemahaman filosofis/ konsep/nilai dari materi pelajaran yang di berikan

b.“EXPERIENTIAL LEARNING”

lebih menitik beratkan pada proses pemberian pengalaman nyata (fasilitasi), dengan harapan materi pelajaran yang diberikan dapat segera di pahami dan di terapkan dalam kehidupan sehari hari. Empat elemen dalam pelatihan berbasis experiential learning adalah :

1.Adanya tindakan / pengalaman

2.Adanya proses refleksi / pendalaman tentang apa yang telah dilakukan

3.Adanya transfer, dari refleksi pengalamannya selama pelatihan ke dalamkehidupan nyata

4.Adanyake sinambungan prilaku dalamjangkapanjang

3. Peran Fasilitator Dalam Belajar-Mengajar

Dalam konteks belajar-mengajar menggunakanmetode/fasilitasi simulasi/experiential learning, pengajar lebih tepat disebut sebagai FASILITATOR, karena fungsinya “HANYA” pemberi informasi dan pemudah terjadinya proses belajar-mengajar Di sisi lain, seorang FASILITATOR mempunyai tugas lebih menantang dari sekedar menyampaikan materi, yaitu MERENCANAKAN & MEMBANGUN situasi kelas yang kondusif, sertaMEMBIMBING & MEMOTIVASI warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif.

Bagaimana Fasilitator Memposisikan Diri :


  1. Menjadi bagian dari warga belajar (audiens)
  2. Menciptakan iklim belajar-mengajar
  3. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses
  4. Menyadari kelebihan-kekurangan dirinya di antara warga belajar
  5. Mampu melihat permasalahan dan memecahkannya
  6. Mengerti perasaan orang lain lewat pengamatan
  7. Mempunyai kemampuan untuk mempersuasi orang lain
  8. Optimis dan punya itikad baik
  9. Terbuka “Open mind”

METODE LAINNYA YANG SEBAIKNYA DIKUASAI

SEORANG FASILITATOR :

Metode & Teknik Coaching

Metode & Teknik Counselling

Metode & Teknik Presentasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun