Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya pernah di kenal sebagai Parijs of Java oleh Raffles. Dalam pembagian wilayahnya, Kota Bandung pada awalnya terbagi ke dalam tiga wilayah yaitu:
"Di bagian selatan jalan utama adalah kota yang lebih tua, terpusat pada alun-alun dimana kantor dan kediaman Bupati. Berikutnya, diantara jalan utama dan jalur kereta api serta di sisi utara jalur kereta api adalah wilayah perdagangan utama. Di sebelah barat alun-alun terletak pasar utama kota (Pasar Baru) dan di sebelah timur alun-alun terletak kawasan perkotaan tempat orang Eropa, lengkap dengan toko-toko, hotel dan kantor. Terakhir kawasan sebelah utara dan timur wilayah perdagangan tersebut adalah wilayah pinggiran tempat orang Eropa yang sebagian besar di bangun pada periode 1920an dan 1930an. Di wilayah ini terdapat sebagian besar sekolah, Sekolah Tinggi Teknik dan beberapa bangunan kantor yang penting (Smail, 2011: 3-4)."
Pada konteks saat ini Kota Bandung telah menjadi kota pariwisata semenjak dibukanya jalan tol Cipularang, menjadi salah satu daerah yang dikunjunginya adalah kawasan Bandung Utara, karena selain terdapat F.O, ada juga tempat bersejarah seperti Gedung Sate yang menjadi tempat pemerintahan Propinsi Jawa Barat dan juga ada tugu Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Kemudian di daerah kawasan Lembang terdapat tempat wisata yang dapat memanjakan para pengunjungnya dengan berbagai wahana, sehingga biasanya setiap akhir pekan kawasan tersebut ramai dikunjungi oleh para pengunjung.
Ketika berjalan menuju ke Lembang, para pengunjung pasti melewati beberapa nama jalan seperti Jalan Kapten Abdul Hamid, Jalan Sersan Bajuri, Jalan Sersan Surip, Jalan Sersan Sodik yang berada di kawasan Jalan Dr. Setiabudhi. Siapakah mereka? Mengapa nama mereka menjadi nama jalan di Bandung Utara? Terbesit beberapa pertanyaan atas yang membuat rasa penasaran pengunjung untuk mencari jawabannya.
Berdasarkan pertanyaan diatas, nampaknya Bandung Utara ini mempunyai sebuah sejarah yang mungkin banyak orang Bandung sendiri tidak mengetahui persis peristiwa apa saja yang terjadi di Bandung Utara. Karena berbicara tentang peristiwa yang terjadi di Bandung pada masa revolusi tahun 1945 identik dengan Peristiwa Bandung Lautan Api. Maka tidak ada salahnya untuk menjelaskan Peristiwa Sejarah Pertempuran di Bandung Utara.
Peristiwa ini dimulai dari sekitar tahun 1945, tepatnya tanggal 12 Oktober 1945 mulai masuknya tentara Sekutu yang dipimpin oleh Brigade Mc. Donald dari Divisi ke 23 ke Kota Bandung dengan menggunakan kereta api (DisjarahDAM VI/ Siliwangi 1979: 42). Pada awalnya tentara sekutu datang ke Bandung ini bertujuan untuk membebaskan tentara sekutu yang ditahan pada masa penjajahan Jepang.
Selain masuknya tentara sekutu, masih terdapatnya tentara Jepang yang eksistensinya masih ada dengan menguasai beberapa tempat di Bandung ini seperti di Gedung PTT (Pos, Telepon, Telegraf), maka pada tanggal 27 September 1945 para angkatan Pemuda mulai bergerak untuk mengambil alih kekuasaan yang di pegang oleh pihak asing seperti di Gedung PTT yang semula dikuasai oleh tentara Jepang mulai dikuasai kembali oleh pasukan angkatan muda PTT dibawah pimpinan Sutoko dan Nawawi Alief dalam waktu hanya 1 jam saja (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:43).
Dengan adanya penyerangan di Gedung PTT ini dapat menimbulkan semangat juang dari para pemuda dan Militer di Bandung Utara untuk mempertahankan kemerdekaan dari tangan asing. Maka dengan timbulnya semangat untuk revolusi ini, perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Bandung ini mulai berlanjut ke arah utara yaitu ke wilayah Jalan Setiabudhi tepatnya di Villa Isola dan wilayah Lembang yang mulai dijadikan markas dibawah pengawasan dari Batalyon Sukanda Bratamanggala.
Di Wilayah Utara, yaitu di Lembang dan sekitarnya sudah mulai terbentuk satu kekuatan militer yang cukup kuat yang dikomandoi oleh Sukanda Bratamanggala sebagai pemimpin Batalyon TKR Bandung Utara. Tentara Para Alumni pendidikan Kadet Bandung Utara itu angkatan pertamanya seperti Ano Suparno, Ateng, Hutman, Djambar Wardana, Sukandi, Tata Lukita ditugaskan oleh Sukanda Bratamanggala sebagai calon opsir di dalam pasukan tempur Batalyon TKR Bandung Utara. Sedangkan angkatan Keduanya diantaranya:Â
Achmad Somantri, Abas Usman, Abdul Patah, Halimi Basri, Engkus Kusnadi, Jojo Soenarja, Maman Sumantri, dan Utja Soetadji ditugaskan oleh pak Kendo sebagai opsir perhubungan dengan tugas pokok menguasai kantor telepon Bandung Utara yang berada di Bojonagara, di wilayah yang sudah di kuasai tentara Inggris/Gurkha sebagai tentara pendudukan pihak sekutu yang menang dalam perang Dunia II, yang sejak 12 Oktober 1945 memasuki kota Bandung dengan dalih mengurus tawanan perang (Bala Tentara Jepang). Tentara sekutu itu ternyata di Boncengi Oleh Tentara Kolonial Belanda dengan Aparat Pemerintah Sipilnya NICA (Sumantri. 1995:4-5).