Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah dari Palu

18 Oktober 2018   08:32 Diperbarui: 18 Oktober 2018   12:37 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gulungan air dibelakang kami semakin mendekat. Semakin mendekat, sekitar 100 meteran. Sambil berlari kami terus beristigfar. Ya Allah, kalau ini adalah  ketetapan- Mu,  akhir hidup kami, maka matikanlah  kami  sebagai  hamba- hamba  yang diampuni.  Demikian batin saya".

"Ketika gulungan air itu hampir mencapai kami, "mujizat"  itu terjadi. Entah kenapa, gulungan air itu tiba- tiba begitu saja berbelok arah. Seakan memberi kesempatan kepada kami untuk terus berlari menuju tempat ketinggian.  Subhanallah !".

"Kami masih terus berlari, sampai mencapai tempat ketinggian yang aman".

Sampai di sini lelaki anak muda itu berhenti berbicara. Ia berkali- kali menyeka air matanya. Tak terkecuali kedua orang tuanya. Kami membiarkan mereka bertiga larut di dalam keharuan. Padahal, mata kami sendiri pun sebenarnya juga sudah basah.

"Tuhan telah menunjukkan kebesaran- Nya. Dan, masih memberi kesempatan kepada kami untuk hidup. Terimakasih,  ya  Allah", ayah si anak muda itu mengekspresikan rasa syukur mereka.

***

Dalam perjalanan pulang ke Makassar, saya memastikan bahwa masjid-masjid di sepanjang jalan trans Sulawesi Barat, berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tengah, telah menyiapkan makanan dan minuman gratis. Selama 24 jam. Untuk para pengungsi yang singgah beristirahat dan relawan yang sedang menuju atau baru kembali dari lokasi terdampak. Ini, atas inisiatif jamaah masjid termasuk ibu-ibunya.

Tentang kekuatan tsunami yang menerjang kota Palu ini, Kepala Bidang Geologi, Kementerian ESDM Rudy Suhendar (diliris oleh katadata.co.id., 3 Oktober 2018), memperkirakan jangkauannya mencapai daratan sejauh 2 km. Ketinggian gelombang nya mencapai 7 meter dengan kecepatan terjangan mencapai 800 km per jam.

***

Sehabis salat Magrib, saya teringat kembali pada peristiwa- peristiwa yang kami temui selama perjalanan kami. Mengantarkan bantuan kemanusiaan ke saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah gempa dan tsunami Sulawesi Tengah. 

Sebagian rombongan kami lainnya saat ini mungkin baru pulang dari mengantarkan paket bantuan ke lokasi-lokasi terdampak. Kopi pahit panas yang tadi diletakkan isteri saya di atas meja di hadapan saya, sudah dua kali saya teguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun