[caption id="attachment_161062" align="aligncenter" width="633" caption="Image - zazzle.com"][/caption]
Hobi kok nyolong? Aneh yach. Tapi itulah yang memang terjadi kepada sebagian orang. Ada yang mengatakannya orang-orang seperti itu adalah kleptoman. Menurut Wikipedia kleptomania itu adalah penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Mereka mencuri barang-barang apa saja yang penting bisa memilikinya. Dibilang di wiki sich katanya barang yang tidak berharga seperti sisir, permen dan lain sebagainya. Berarti kisah teman saya ga masuk ke situ dong ya? Masa sich?
Beberapa hari ini di lingkungan saya ribut-ribut masalah seorang ibu muda yang ketahuan maling di rumah yang dia tumpangi sendiri alias dia sama anak dan suaminya ngekos gitu. Strategis sekali yang membuat dia gampang untuk melakukan aksinya. Bayangkan saja rumah itu tingkat dua, nah keluarga kecil ini tinggal di lotengnya. Jadi kalau mau keluar rumah mesti melewati dapur yang juga dekat dengan kamar si empunya rumah. Tetapi sayangnya apa betul ya pendapat saya ini? Sudah nyolong, bodoh lagi! Jelas-jelas dia melihat anak yang punya rumah lagi ada di dapur. Eh, dia langsung masuk begitu saja terburu-buru tangannya sudah sempat membuka lemari, kontan anaknya menjerit-jerit "Maling! Maling!" Semua yang mendengar berhamburan menuju rumah itu sambil bawa-bawa batu besar, mereka tidak menyangka kalau yang mencuri itu adalah ibu muda itu.
Klepto ga sich? Ah, hanya sekedar pendapat, kayaknya bisa dibilang klepto. Karena di wikipedia dituliskan si penderita tidak bisa menahan diri. Nah, ibu muda ini begitu juga apapun sikonnya dia tetap melakukannya. Pemilik rumah dan tetangganya yang kerap kali ditandanginya mengaku bahwa akhir-akhir ini sering kehilangan uang. Ironis yach? Perempuan kayak begitu???
Nah, lain lagi ceritanya tentang teman saya yang hobi nyolong juga. Saya bilang begini karena dengan mata telanjang saya melihat perbuatannya. Waktu itu jalan-jalan ke plaza, dia ngutil. Awalnya menanyakan tentang wangi parfum yang sedang dipilih-pilihnya. "Kakak, ini wangi ga?". Berhubung saya orangnya pembosan, saya jawab saja semua parfum yang dia tanyakan saya katakan wangi semua (Biar masalah cepat selesai ga ditanya-tanya lagi... Wehehehehe... Ga suka berbelit-belit soalnya aku :p). Ya, amplop! Baru kali itu saya melihat proses terjadinya pengutilan barang... Wkwkwkwk... Lama makin lama awalnya membuka resleting tasnya kemudian makin lama lagi parfum itu masuk ke tasnya. Deg! Jantungan aku. Saya mau bilang, eh alasan pertemanan nanti dia malu terus memusuhi saya. Takutnya seperti sinetron-sinetron itu saya disabotase, parfum diselipkan di tas saya. Wah, bisa gawat kalau begitu! Pada akhirnya saya hanya jalan di belakang dia. Waktu keluar dari swalayan itu saya memperlambat jalan saya supaya ga samaan sama dia, takutnya ada suara alarmnya... :p
Bukan cuman saya aja, teman yang lain juga bilang dia memang klepto! Pernah suatu kali dia pakai baju baru terus teman saya berbisik. "Li, itu baju dia curi semalam..." Gubraakkk!!! Kok, ga ada takutnya sama sekali sich?
Bingung sich berteman dengan orang seperti ini. Dijauhin salah, didekatin lebih salah lagi bukan? Bagi saya orang seperti ini memang ga bisa menahan diri sama sekali. Suka berbohong dan bisa jadi menghianati teman sendiri. Ya, masuk akal juga melihat teman saya ini kalau ada maunya ngomong semanis-manisnya kalau tersudut bela diri mati-matian seperti dia ga pernah salah. Eh iya... Lucunya lagi! Besoknya saya cium aroma dia, ga ada wangi parfum itu sama sekali. Jadi parfumnya dikemanakan yach? Apa benar dia punya penyakit klepto??? Haiks... >,<
Ah, pada akhirnya saya ga bisa juga menjudge dua kejadian di atas bahwa si pelaku klepto benaran. Bisa jadi memang dia orang yang ga takut dosa terus nyolong untuk kepuasan sendiri. Kurang sreg juga kalau memaklumi mereka penyakit klepto. Lagi pula saya akan memaklumi bila sudah ada hasil diagnosa bahwa benar dia memiliki kelainan 'klepto'. Nah, ini belum ada kepastian dia klepto atau ga malah dimaklumin? Males dweh! :p
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H