"Jangan, Ma! Nanti kalau sudah jadi buku aku masih hidup terus Fino baca ya aku malu, Ma."
"Lha? Selama ini memang dibaca Fino, khan?"
"Iya... Tapi dia ga tau itu... itu untuk dia... Hiks..." Bella menangis dan berlari ke kamar.
Kembali Bella menulis di blognya setelah beberapa jam yang lalu sempat tak sadarkan diri di dalam kamar dan tak ada yang tahu.
"Peningnya!" Katanya pelan.
Fino...Aku di dalam kamar ini sendiri. Tapi engga juga sich! Ada hawa di dalam kamar ini yang membuat aku serasa ramai dan kau tahu itu hawa apa? Hawa perasaanku yang teramat dalam untukmu. Kau... Kau tahu? Atau masih belum tahu juga? Hmmm... Menyedihkan aku, yach? Suatu saat kau akan tahu bahwa betapa letihnya aku menunggumu untuk berkata bahwa aku pantas untukmu. Tapi, cinta memang harus berkorban walau harus menunggu selamanya, bukan? Ah, selamanya??? Berarti aku telah tahu aku akan menunggu selamanya dan tak akan terbentuk sebuah cerita. Jujur aku tak sanggup, aku tak bisa, aku tak mampu dan aku tertatih...
Tiba-tiba dia berhenti mengetik setelah terdengar suara pecahan gelas yang terjatuh ke lantai yang tersenggol oleh tubuhnya yang ambruk ke lantai.
"Bellaaaaa....!!!!" Pekik Mamanya dan beberapa saat kemudian dia dilarikan ke rumah sakit. Terlalu cepat sampai berpikirpun tak sempat! Ambulance telah balik lagi ke rumah dan kini mengusung tubuh Bella tanpa nyawa. Dia pergi selamanya berpulang ke rumah Tuhannya.
***
Tak penuh sebulan, buku itu telah jadi dan dikirimkan langsung pada Fino. Semua cerita yang tak diketahuinya kini telah ditahunya. Namun, tak ada Bella lagi untuk menjelaskan segalanya. Bella telah pergi dengan keping-keping cerita hidup yang penuh dengan semangat dan perjuangan cinta. Dengan tulus dia membiarkan segalanya berjalan sesuai alur cerita dari Tuhan tanpa marah sedikitpun.
Inspirasi: