Hidup tetap berlanjut dan dia pun memiliki dunianya kembali namun dengan suasana yang sangat berbeda. Sesekali sakit kepala yang teramat sangat menghiasi hidupnya, rambutnya berguguran tiada henti dan dia selalu menangis takut akan mati menjemputnya.
Namun puisi-puisi dan catatan hariannya tetap tertuju buat Fino. Terkadang juga mengenai kesedihannya dalam penyakitnya.
"Cerahnya pagi ini, aku harap secerah hatimu
Hatimu yang masih semu bagiku
Aku tahu pasti kau masih tak tahu
Mungkin aku ditakdirkan mengikuti pergerakanmu saja"
***
"Kupilih lagu ini
Karena lagu ini gak maksa
Lagu ini pengorbanan
Walau harus menunggu selamanya"
***
Tuhan, aku mau mati
Kalau pun memang mati
Beri tempat
Kalau pun belum mati
Tolong kuatkan aku
***
Masih banyak lagi puisi-puisi dan tulisan-tulisan Bella. Dia berpikir, siapa pembaca tulisan dia itu? Sementara, Fino sedang sibuk dengan cinta barunya???
"Ma, nanti kalau Bella sudah mati. Tolong tulisan-tulisanku di blog dibukukan, yach! Terus kasih sama Fino, Mah!" Kata Bella dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan ngomong gitu! Mama ga suka!" Kemudian Mamanya melanjutkan omongannya lagi. "Oh, bagaimana kalau tulisannya di blog dibukukan sekarang? Mau, yach?"