"Apa???" Aku terbelalak melihat apa yang akan terjadi.
Phhaaaakkkk!!! Phhaaaakkkk!!!
"Aaaarrrrggggghhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Jeritku kesakitan!
Ternyata bukan hanya pemerkosaan yang ku dapat dari calon mertuaku kelak tetapi juga penyiksaan yang berlebihan! Wajahku diantukkan ke tembok membuat bibirku pecah! Oh, Tuhan... Gilakah dia??? Badanku dilempar ke lantai! Selangkanganku??? Jangan tanya... Periiiih sekali... Saat itu juga aku ingin menyebut nama mamaku sayang, namun apa? Aku bukan anak baik lagi dan aku lebih kotor dari yang namanya sampah!
Aku lemah tak berdaya dan sudah berapa helai rambutku ini berjatuhan ke lantai! Oom capai dan pergi beranjak dari kamar sambil melemparkan uang ke mukaku. Sebelum menghilang dari pintu dia menatap aku dan berkata...
"Jangan bilang-bilang Juno soal ini. Awas kamu!" Ancamnya.
Aku kembali menangis dan airmataku menetes membasahi beberapa luka di pipi dan rasanya perih sekali! Aku terdiam seperti orang stres lama di dalam kamar. Sampai bosan menegurku lalu beranjak dari tempat sialan itu. Aku berjalan terseok-seok dan hampir mati rasanya begitu menuruni anak tangga. Sudah tengah malam pula, adakah masih taxi yang bisa menolong aku untuk pulang?
Ternyata ada dan aku memasuki taxi itu sambil tetap menangis, biarlah si supir taxi kebingungan. Dan apa? Kalau sempat ada niat si supir taxi untuk mengerjai aku lagi, maka aku memilih untuk bunuh diri. Si supir taxi menoleh ke arahku dan barkata.
"Anak Pak Karta yah?"
Aku terperanjat lagi. Apaaa??? Bisa jadi ini teman papa kerja. Mampus aku!!! Tanpa ku beritahu arahnya si supir taxi sudah melaju ke arah rumahku. Sampai sudah di rumah dan aku keluar sambil memberikan uang.
"Ambil saja kembalinya," Kataku bergetar.