Siang itu, keperawananku direnggut oleh orang yang bisa dibilang lebih cocok aku panggil Papa. Sungguh menyakitkan buatku, walau sebelumnya Audy sudah membekaliku sebuah kondom agar tidak terjadi apa-apa. Untungnya Pak dosen mau memakainya. Kontras, sungguh sangat kontras aku dengan dia.
Kesakitan fisikku akhirnya terbayar dengan uang yang ku dapat dan aku bahagia. Aku menghitung lembar demi lembar. "Ah, Tuhan ini belum cukup!", Ya selalu aku bawa nama Tuhan seakan Tuhan merestui ini semua aku lakukan. Aku betul-betul sangat bodoh!!!
Seminggu berlalu. Ya, seminggu aku meninggalkan keperawanan yang tak akan pernah kembali itu. Aku betul-betul sangat sensitif dan selalu ingin marah-marah saja pada semua orang dan terkadang menangis!!! Aku menyesal tetapi ku lakukan lagi dan lagi! Ku lihat nasibku maka aku akan menangis namun ku lihat uang haramku aku merasa sangat terbantu untuk tersenyum kembali!
Beberapa teman-teman kampus dan Juno merasakan perbedaanku. Emosiku sangat tidak stabil! Persetan dengan semua itu yang terpenting aku berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang ku inginkan tidak seperti mereka yang hanya bisa meminta kepada orangtua. Ah, Tuhan pun maklum! Yah, harapanku begitu...
Dalam seminggu ini telah 3 Oom-oom menemaniku tidur dan kembali ku perhatikan uangku. Ah, belum cukup sama sekali!!! Aku memutuskan untuk yang terakhir kalinya kembali menyambangi Oom mana pun yang mau mencicipi aku asalkan berduit, itu saja...
Kembali lagi aku janjian dengan seorang Oom dan itu juga melalui perantara Audy. Aku tak menangis lagi seperti seminggu yang lalu. Apa lagi yang aku tangisi? Toh, aku memang sudah tidak perawan lagi!!! Aku malah melompat-lompat kegirangan karena sebentar lagi aku akan memiliki laptop baru... ^_^
Krriiiieeeeettttt!!!! Terdengar suara pintu kamar ku buka dan dengan santainya aku masuk begitu saja. Ternyata orangnya belum ada, aku hanya bisa duduk termenung. Namun sesaat kemudian pintu terbuka lagi, seorang pria tua masuk ke dalam. Aku tersenyum dan sedikit canggung! Dia melangkah makin melangkah dan terlihat jelas. Dia khan.... Papanya Junoooooo!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"Oom..." Aku terperanjat.
"Haddeehhh! Kok kamu, sich? Gimana sama Juno nantinya? Ah, ya sudah kamu saja pun jadilah!" Katanya tersenyum nakal.
"Ja... Jangan, Oom! Aku... Aku ga mau...!" Pekikku.
"Cindy!!!" Jeritnya sambil membuka ikat pinggang dan melibas ke lantai.