Aku sesak dalam kemauanku yang tidak sinkron dengan kenyataan
Aku menangis dalam arus tawa orang-orang
Aku terabaikan saat ada sosok mereka yang menutupi aku
Aku dipersalahkan saat orang asal-asalan menilaiku
â€
Tersungkur aku di tanah yang berbatu-batu
Dan hampir menggapai mulut neraka
Aku bingung, galau dan menangis sejadi-jadinya
Terserah aku dikatakan kalah, Tapi memang aku membutuhkan-MU
â€
Inilah keputusanku terakhir dan semoga saja terakhir
Disaat aku menatap mentari
Siapa yang punya? Kau
Siapa yang membiarkan aku merasakan hangatnya? Kau
â€
Aku kembali mencari-Mu yang sesungguhnya pernah hadir akrab
Namun aku tinggal karena ketidaktahuanku
Oh, dimana aku menemukan lagi yang seperti-Mu Yesus Tuhanku?
Dimana idolaku saat sekolah minggu dulu? Aku suka senandung itu
Aku tak tahu, aku tak bisa jawab
â€
Aku tak ragu lagi akan Kau Yesusku
Kau hadir dengan sebungkus pertolongan di saat aku menangis
Kau menghapus tiap butir airmata yang sempat menitik
Kau bilang,
"Aku menyelidikimu, aku menjaga-jaga hatimu, bagaimana mungkin aku lupa dirimu?"
â€
Tetap di sini, dengan segudang pertolongan-MU
Segudang kasih yang tak akan berkesudahan
Segudang pengertian hidup yang takkan pernah ku dapat di dunia ini sekali pun itu dari orangtuaku...
Karena Kau... Tuhanku... Penciptaku.... Sungguh Kau yang paling peduli aku...
Sungguh Kau yang menyelidiki aku siang dan malam
Biarkan aku bertumbuh dalam iman akan-MU
â€
Aku mencintai-MU
^_^
Happy Sunday All!!! GBU... ^_^
baca ini >> MAT 10 : 22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H