Mohon tunggu...
Ulin Nuha
Ulin Nuha Mohon Tunggu... -

Lakukan Saja!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kegelisahan di Tengah-tengah Kebahagiaan

14 Juni 2012   11:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin semua orang akan berfikir bahwa anak MA yang baru-baru lulus dari Ujian Nasional kemarin merupakan kebahagiaan. Karena segala usaha yang mereka lakukan, ibadah yang mereka tingkatkan telah berbuah hasil dengan kata “lulus” yang telah mereka terima. Segala jerih payah mereka telah terbayarkan hanya dengan kata singkat itu.

Terkadang ada yang berlebihan dalam penggunaan kebahagiaan bagi mereka. Mencoret-coret baju seragam mereka, berkonvoi dengan sepeda motor, adalah hal yang mengasyikkan bagi mereka, sebagian mereka puas dengan apa yang mereka lakukan.

Namun ketika tahun lalu setelah pengumuman kelulusan anak kelas tiga MA, ketika Reno sedang asyik mencorat coret baju seragam dan nongkrong dengan sepeda motor yang berjejer, ia tiba-tiba mendapatkan sebuah kegelisahan. Bahwa memang kelulusan ini adalah akhir dari masa sekolah, namun ini adalah langkah awal untuk harus berbuat apa nantinya setelah lulus.

Dan mungkin banyak siswa lain yang merasakan, mereka gelisah karena lulus bukanya bahagia. Gelisah karena harus kuliah atau kerja nanti, kuliah dengan biaya yang tidak sedikit mengingat orang tua dengan penghasilan seadanya buat makan. Atau kerja, tapi harus kerja apa, bagaimana mendapatkanya.

Gelisah yang Reno rasakan saat itu mungkin wajar, tapi juga jarang banyak siswa lain yang merasakanya juga, ia berfikir lagi, kenapa harus gelisah kalau kita lagi merasakan bahagia oleh kelulusan UN? Karena gelisah ini muncul di tengah-tengah kebahagian yang sedang ia rasakan.

Tapi yang Reno fikirkan waktu itu adalah, “tidak sewajarnya aku harus memikirkanya dalam-dalam karena toh pada akhirnya nanti akan ada jalanya sendiri untuk memikirkanya, akan ada hal yang bisa menjawab kegelisahan yang saya rasakan waktu itu”.

“Hanya do’a yang bisa aku panjatkan, semoga kegelisahan yang kurasakan tidak menjadi penghalang dari kebahagiaan saat ini, dan semoga menjadi jalan untukku bisa mencari jalan keluar dari kegelisahan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun