Mohon tunggu...
Ulil Ummah
Ulil Ummah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru di MAN Tana Toraja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

Saring Sebelum

1 November 2017   23:31 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:54 3477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyadari aksi sebar hoax diketahui, akun @ustadtengkuzul buru-buru menghapus unggahannya untuk menghilangkan jejak. Bahkan mantan menteri Kominfo Bapak Tifatul Sembering diduga menyebarkan hoax foto pembantaian di Thailand yang terjadi pada tahun 2004, dengan caption bahwa kejadian itu sebagai pembantaian terhadap muslim Rohingya di Myanmar tahun 2017. Meskipun dengan jiwa besar akhirnya beliau meminta maaf dan mengklarifikasi postingannya tersebut.

Layaknya sebuah penyakit kanker. Jika hoax tidak diidentifikasi sejak dini, atau dihentikan penyebarannya maka akan menggerogoti seluruh sendi-sendi bangsa ini. Tidak hanya menyesatkan masyarakat, tetapi hoax juga dapat mengancam terjadinya perpecahan, peperangan dan konflik vertikal maupun horisontal.

Siapapun dapat menjadi korban dari pemberitaan hoax baik personal maun instansi. Sebagai seorang pendidik harus mampu menjadi penyaring berita Hoax, mampu menamnamkan karakter kejujuran pada setiap siswanya, mampu menunjukkan sikap analisis bagi para siswa.

Sehingga dalam menyikapi sebuah berita maupun gambar, siswa akan lebih selektif, berhati-hati serta cermat dalam menganalisis judul berita, tanggal penerbitan dan keaslian gambar.

Perkembangan medsos serta kemajuan teknologi digital harus diimbangi dengan literasi digital untuk membangun karakter bangsa. Informasi menyesatkan banyak beredar melalui aneka jalur digial, termasuk situs online dan pesan chatting. Kalau tidak hati-hati, netizenpun bisa terjangkit virus tipuan hoax, atau bahkan ikut menyebarkan informasi palsu yang boleh jadi sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. 

Siswa yang memahami literasi digital akan lebih berhati-hati untuk menyebarkan berita-berita hoax yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan negara Indonesia. Karena upaya untuk menghentikan penyebaran hoax sebenarnya ada ditangan kita (pengguna medsos), jika diunggapkan dalam peri bahasa "Jarimu adalah harimaumu".  Segalam yang dilakukan oleh jari tangan kita apabila tidak dipikirkan dahulu dapat merugikan diri sendiri bahkan orang lain.

Semoga tulisan ini mampu mengajarkan pada sesama akan pentingnya membaca sampai tuntas, menganalisis mengendalikan gerakan jari-jari agar terhindar dari Hoax demi menjaga keutuhan bangsa Indonesia tercinta.

Sumber bacaan:
Hasan Chabibie.2017.Literasi Digital
Twitter.com
Wikipedia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun