Mohon tunggu...
ulil maknun
ulil maknun Mohon Tunggu... Lainnya - peneliti manuskrip literatur dan tradisi lisan BRIN

Sastra Arab, Agama, Tradisi, Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetangga, Ghibah, dan Tujuhbelasan

28 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 28 Agustus 2022   08:00 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara musik dan sound pengiring yang bersaing menggelegar meminta pemakluman banyak telinga yang mendengar. Di sini, pelaku karnafal dan penyelenggara adalah 'kita', dan pengguna jalan serta pendengar yang kita harap permaklumannya adalah 'tetangga'.

Saya bingung. Jika saya tidak mendukung dan ikut gembira pada rangkaian acara perayaan tujuhbelasan ini, saya bisa menjadi tidak nasionalis, tidak cinta tanah air. 

Atau saat saya berposisi sebagai 'tetangga' yang sedang terkena macet di jalan tanjakan karena lalu lintas diberhentikan untuk jalan sehat atau karnafal, lalu saya menggerutu atau marah, saya takut saya termasuk tetangga yang tidak nasionalis, tidak menghargai perjuangan. 

Tetangga macam apa saya ini. Bukankah capek, penat, panas, kampas rem panas, bahan bakar terbuang, atau bahkan insiden kecelakaan karena macet perayaan tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan kemerdekaan. Entahlah. Yang jelas saya merasa tidak enak saja jika saya dengki dengan kebahagiaan tetangga saya ini. Mungkin lebih baik saya menggerutu dan berghibah saja asal tetap tersenyum di hadapan tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun