Sampai saat ini Palembang masih menjadi kota dengan zona merah meriah bukan lagi merah merona. Dari pendapat beberapa masyarakat, disimpulkan :
1. Pembatasan aktivitas (kerja) akan membatasi penghasilan bagi pedagang dipasar dan pusat perbelanjaan. Pasar satu-satunya tempat yang tak pernah tutup atau sepi pengunjung sepanjang tahun tanpa peduli COVID.
2. Kesadaran bahaya virus yang masih dianggap enteng, bahkan ada yang tidak percaya dan bersikap acuh tak acuh. Anggapan berita COVID hanya dibesar-besarkan saja.
3. Lewat satu tahun, manusia mulai menyesuaikan diri dan menerima corona sebagai bagian dari hidup. Hidup terus berjalan, jadi usaha juga tidak bisa berhenti terus.
4. Vaksin yang sudah diterima dua kali, dianggap sudah menyelesaikan masalah. Merasa bebas dan aman sehingga bertindak ceroboh.
5. Kejenuhan, bosan dengan keterbatasan ruang gerak dan usaha. Satu tahun lebih hanya tinggal di rumah, tidak pernah lagi melihat dunia luar dan bersosialisasi.
Bagi dunia pendidikan sendiri yang sudah satu tahun ajaran ini melakukan pembelajaran online juga merasakan dampak yang cukup signifikan.
Pada pendidikan dasar Paud, TK dan SD adanya penurunan siswa yang masuk, karena orang tua  memilih menunda memasukan anak-anaknya sekolah, jika sekolah masih melakukan sistem pendidikan daring.
Sejujurnya, pendidikan daring belum begitu memberikan makna peningkatan prestasi khusus pada siswa tingkat dasar, sedang pada tingkat menengah, kompetensi siswa terkait pembelajaran praktek menjadi terhalang dan dampaknya juga penurunan kompetensi siswa itu sendiri.
Pagi karyawati swasta seperti saya, dampak yang terasa adalah penurunan penghasilan yang sangat tajam.
Berharap dunia pendidikan bisa kembali seperti dahulu, tempat ilmu dibagikan, belajar bersosialisasi, berorganisasi, praktek dan semua yang dibutuhkan untuk masa depan peserta didik.