Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Modus Suap hingga Joki untuk Kuliah Online bagi Pekerja

8 April 2021   08:00 Diperbarui: 8 April 2021   08:07 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: williamsbu.edu

Pusing ya kalau kuliah disambi kerja apalagi yang sudah menjadi senior di tempat kerja tetiba harus kuliah. Jaminan mutu pasti pusing 10 keliling.

Teori pengaturan waktu seolah runtuh berantakan ketika dihantam 24 SKS satu semester dengan 9 mata kuliah yang harus di tempuh. Sudah begitu sistem perkuliahan ala belajar sama tembok. Dosen hanya melempar topik diskusi dan tugas saja, mahasiswa tinggal berpendapat dan mengumpulkan tugas, lalu keluarlah nilai. Tanpa ada komunikasi lebih lanjut, sanggahan, pujian, feedback atas hasil kerja mahasiswa. 9 mata kuliah dengan 9 topik diskusi di tiap pertemuan lalu 9 tugas. Raso nak termuntah!

Karena sistem online maka keaktifan mahasiswa menjadi nilai tambah untuk ujian akhir semester. Kebayang ga gimana puyengnya? Sudah pasti akan ada waktu yang dikorbankan, entah waktu kerja atau waktu untuk keluarga, mungkin juga waktu untuk diri sendiri juga terabaikan.

Asyik aja kalau kantor memberikan dispensasi free hari Sabtu khusus untuk yang sedang melanjutkan kuliah dan dibebastugaskan untuk tiap minggu atau hari libur berkenaan tugas diluar hari kerja. 

Namun banyak kantor yang justru memberikan ijin kepada pegawainya untuk melanjutkan studi dengan syarat TIDAK BOLEH MENGGANGGU JAM KERJA. Nah kalau sudah begini niscaya pengaturan waktu mutlak perlu, meski pada akhirnya hanya menjadi rencana atau teori hitam di atas putih.

Sudah enak-enak kerja, di usia yang hampir mendekati pensiun kok tiba-tiba ingin kuliah, kenapa?

Ada yang bilang ingin peningkatan karier, jadi sekolah lagi. Ada juga yang bilang tuntutan dari tempat kerja supaya pendidikan dilanjutkan agar bisa naik golongan dan dapat penyetaraan penghasilan. Sementara alasan yang lebih wah adalah untuk menambah ilmu pengetahuan. Alasan terakhir ini semestinya bisa enjoy aja menjalankan kuliah sambil kerja. Namun faktanya setelah berjalan satu tahun malah bersumpah kapok kuliah lagi.

Apapun tujuannya bagi para pekerja senior yang sedang berkuliah inginnya hanya satu CEPAT LULUS DAPAT IJAZAH. Penyerapan ilmu, penambahan pengetahuan bukan tujuan utamanya. Selembar ijazah itulah yang akan mengubah nasib mereka lebih baik lagi di tempat kerja masing-masing. 

Tak merasa perlu apalagi minat untuk baca teori-teori di modul yang tebal dan mahal. Terlebih mata kuliah yang tidak bisa dipraktekan di tempat kerja, mata kuliah teori-teori dasar yang menyangkut pengetahuan umum seperti Pancasila, pemerintahan dan etika, ah rasanya kalau bisa di lewati, pasti semua akan memilih melewati mata kuliah tersebut. Ini salah satu bentuk kenyataan sebagai bukti betapa masih rendahnya minat literasi dikalangan akademis. 

Joki dan suap bukan masalah baru, tapi masalah sepanjang segala jaman kayaknya.

Masalah joki skripsi sudah pernah diangkat, kasus jadi sarjana tanpa rempong kuliah juga sudah ada contohnya, kong kalikong dengan tenaga pengajar untuk dapat nilai ada pula. Namun ketika kejadian di depan mata sendiri, rasanya tak kuasa untuk tidak bercerita. 

Sangat WOW sadisnya ketika ada mahasiswa yang menawarkan sejumlah uang kepada tenaga pengajar supaya bisa dapat nilai minimal agar tidak perlu mengulang mata kuliah karena tidak lulus. Secara halus, "Mohon pengertiannya, saya dikejar waktu pensiun." Saya cukup kaget mendengar pengakuan seseorang yang berani terang-terangan berencana ingin melakukan praktek suap ini. Namun urung dilakukan, karena masih memikirkan konsekuensinya dikemudian hari.

Dari keluhan finansial hingga keluhan pusing mengerjakan tugas kuliah dan kerja, juga jumpalitan antara membagi waktu untuk kerja, keluarga, kuliah dan diri sendiri benar-benar kacau balau. Lebih emosi ketika dapat mata kuliah teori yang tidak banyak diminati dan dituntut untuk dapat nilai minimal B, pokoknya ajojing banget deh bawaannya. "Mana anak saya masih menyusui lagi, baru mau pegang buku sudah nangis lagi." Keluh seorang ibu yang kuliah sambil kerja.

Ketika suap tak bisa dilakukan, maka jalan pintas lain dengan memilih joki pun menjadi pilihan yang dipandang menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Apalagi sistem pendidikan sekarang kan lagi tren 100% online. Tidak ada istilah zoom meeting, google class room atau tatap muka langsung dan tidak langsung dengan dosen atau tutor, semuanya hanya pengerjaan diskusi dan tugas secara offline lalu di kirim ke forum e-learning.

Istilah joki. Ada beberapa yang protes, karena mereka merasa tidak sedang menyewa joki, tapi kawan, sohib mereka sendiri yang dimintai tolong untuk mengerjakan tugas bahkan ujian online. Setelah tuntas diakhir cerita mari kita makan bersama dan saya yang traktir. Kalau joki kan biasanya sudah ada tarif khusus dan biasanya hanya buat skripsi aja, begitu sanggahannya.

Well, mau pakai joki, rencana suap dosen atau jalan pintas yang menyesatkan, sebaiknya dihindari. Memang tiap semester baru hidup serasa kalang kabut tak karuan, namun serepot apapun, seheboh apalah NIKMATI PROSES. Ingat saja, mumutuskan kuliah lagi tentu menjadi keputusan pribadi yang sudah disadari konsekuensinya. Dengan begitu perjuangan Anda untuk mendapatkan selembar ijazah demi peningkatan kompetensi atau karier layak untuk dibanggakan.

Jika Anda memilih untuk menempuh jalan pintas yang enak, bisa kuliah tanpa mikir, lalu dapat ijazah dengan nilai memuaskan, apa yang akan Anda ceritakan kepada anak cucu Anda? Teladan mana yang akan Anda berikan?

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun