Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

7 Hari 7 Mangkok Mie Ayam di 7 Warung

27 Maret 2021   19:52 Diperbarui: 1 April 2021   10:31 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mi ayam mah biasa aja, siapa yang tak tahu? Siapa yang belum pernah mencoba? Kalau ada yang belum pernah, yuk berpetualang makan mi ayam di berbagai warung yang berbeda-beda.

Ketika tangtangan ini saya ungkapkan seorang kawan bertanya, "Gimana nanti kalau ketemu mi ayam yang ga enak?" Dan saya hanya bisa bilang, "Mana tahu enak atau enggak kalau belum pernah dicoba?"

Mi, makanan sejuta umat, sejatinya lebih ya, karena umat manusia sejagad pasti pernah ngerasain enaknya makan mi. Makanan dari negeri tirai bambu ini memang luar biasa mendunia, bahkan saya baru tahu ada mie yang diproduksi khusus buat balita. Nah jadi nambah kan penikmat mi, dari balita sampai lansia. 

Filosofi mi sendiri adalah panjang umur, makanya kalau makan mi seperti yang sering di tonton di drakor, jarang sekali atau hampir tidak pernah mereka menggigit minya, yang ada mereka langsung menghirupnya hingga ujung mi yang terpanjang masuk mulut.  

Saya sendiri termasuk penggemar berat mi, khususnya mi instan yang selalu jadi menu sarapan saya sebelum berangkat kerja. Namun karena alasan kesehatan akhirnya saya hentikan kebiasaan mengkonsumsi mi instant secara rutin. 

Kini saya hanya makan mi instan jika muncul varian rasa baru saja dan tentu persediaan mi instan di rumah tidak boleh lebih dari empat bungkus dengan aturan main makan maksimal dua bungkus saja per bulan.

Baiklah kalau mi instan kurang baik untuk kesehatan, karena kandungan bahan pengawet, penguat rasa, pewarna dan lain sebagainya, jadinya untuk memuaskan akan makanan kesukaan saya beralih ke mi ayam. 

Sebelum masa puasa pra paskah, hampir setiap minggu saya jajan mi ayam, namun bukan mi ayam di satu warung itu-itu saja. Namanya penggemar mi, saya selalu singgah di warung mi yang berbeda-beda sekedar buat review kecil dan merasakan perbedaan rasa serta penyajiannya. 

Dari yang harga semangkok Rp. 7.000 hingga yang Rp.40.000 saya cobain semua dan tidak ada satupun yang bisa saya bilang tidak enak. Semuanya enak dengan kelebihan dan kekurangannya, toh semuanya saya santap dengan nikmat dan habis hingga mangkok bersih. 

Mi ayam, salah satu varian olahan mi yang menjadi favorit saya

Mi ayam unik | Dok.Pri
Mi ayam unik | Dok.Pri
Mi ayam pertama yang saya kenal waktu kecil harganya hanya Rp. 350 per mangkok dan sekarang rata-rata Rp. 10.000 per mangkok. 

Tak pernah bosen dan saking sukanya, saya lebih memilih mie ayam dari pada bakso, tapi.... kalau keduanya digabungin, wiiiiih ajeb-ajeb dah. Muantap surantap!

Pada dasarnya mi ayam terdiri dari tiga bagian utama yaitu mi rebus di tambah dengan ayam bumbu kecap dan dilengkapi dengan daun sawi caisim, pangsit atau bakso. Tiga hal tersebut yang membuat beda dari satu warung ke warung lainnya.

Mi ayam utamanya merupakan mi putih yang terbuat dari campuran tepung terigu dan tapioka. Bila direbus ia akan sedikit mengembang dan licin dan tidak keriting, tetap berwarna putih dan tidak kuning atau kekuningan. 

Rebusan mi tersebut diletakan dalam mangkok yang sebelumnya sudah disiapkan bumbu sederhana yaitu minyak bawang. 

Rasa khas mie ayam akan didapat dari tambahan ayamnya. Ada banyak cara dalam pengolahan ayam untuk melengkapi mi ayam. Ada yang disuir, di cincang dengan tulangnya atau hanya diambil dagingnya dan ada yang potong kecil-kecil setelah daging ayamnya direbus. 

Bumbu kecap merupakan perpaduan aneka bumbu dapur dan rempah-remapah seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombai, lada, jahe, daun jeruk, kunyit, serai, daun salam dan kecap. yang ditumis dengan kuah yang tidak begitu banyak. Ada juga yang ayamnya digiling, tapi menurut saya ini kurang deh.

Jangan lupa dalam penyajian mi sebagai karbohidrat utama dan ayam sebagai protein hewani perlu dilengkapi dengan vitamin yang didapat dari sayuran seperti sawi caisim, namun ada juga yang pakai sawi pahit, meski jarang.

Dari berpetualang mi ayam, saya menemukan perbedaan lainnya selain tekstur mi dan racikan ayamnya, yaitu pada cara penyajian dan pelengkap mi ayam yang ditawarkan. 

Ada warung kaki lima yang memberikan gratis pangsit goreng namun ada juga yang pangsit dijual terpisah atau menambah sedikit harga mi bila ingin pangsit baik rebus maupun goreng, begitu juga dengan bakso. 

Aneka varian bakso bisa di padukan dengan mi ayam dan pasti akan menambah porsi serta harga. Satu lagi yang paling dikenal untuk disantap bersama mi ayam adalah ceker ayam.

Mi ayam porsi cantik
Mi ayam porsi cantik
Selain itu penyajiannya juga macam-macam, ada yang kuahnya dipisah, ada yang langsung dicampur. Ada yang sudah menambahkan kecap di campuran bumbu minyak ada yang membiarkan pembeli meramunya sendiri. Jangan lupa tambahkan sambal, saos cabe atau tomat, kecap dan perasan air jeruk. 

Tak kalah pentingnya adalah rasa kuahnya. Saya pernah singgah di salah satu warung mi ayam dan sedikit bingung dengan rasa kuahnya, namun setelah saya kecap berkali-kali dan mencoba mengenali rasanya, ternyata kuahnya bukan kuah bakso atau kuah untuk mi ayam, melainkan kuah untuk model atau tekwan Palembang. Pantas saja agak aneh, tapi lagi-lagi habis, karena bumbu ayamnya enak dan minya tidak lembek.

Nah pertama kali saya ke Sumatera, ada perbedaan yang begitu terasa saat saya menikmati mi ayam. Di Jawa semua masakan rata-rata manis, sementara di Sumatera lebih berani dengan menambahkan garam. 

Perbedaan ini juga mempengaruhi cita rasa mi ayam, namun pada hakekatnya semuanya enak. Bila di Jawa penyajian mi ayam selalu disertai irisan daun bawang dan acar mentimun, lain halnya mi ayam di sumatera yang hanya dilengkapi dengan jeruk kunci saja.

Kesimpulannya dari tujuh mangkok mie ayam tersebut saya bisa kategorikan sebagai berikut :

  1. Mi ayam termahal, tentu saja karena seporsi Rp. 40.000 dan saya habis dua mangkok, sepanjang sejarah hidup saya menikmati makan mie ayam saja hampir seratus ribu. Ya Allah.... tak akan di ulang lagi untuk dua porsinya.
  2. Mi ayam terunik, ya karena kuahnya bukan kuah mi ayam, tapi malah kuah model/tekwan yang mengandung udang.
  3. Mi ayam termurah, hari gini lho makan mi ayam seporsi dapat harga Rp. 7.000 saja dengan porsi cantik (baca porsi sedang).
  4. Mi ayam biasa dengan porsi diet dengan harga lebih mahal. Porsi terlalu sedikit menurut saya, jadi harus nambah bakso semangkok lagi. Buset dah!
  5. Mi ayam porsi kuli, nah ini porsinya berlimpah jadi cukup mengenyangkan dengan harga umum.
  6. Mi ayam biasa, saya tidak bisa bilang ini sempurna, tapi semuanya pas baik porsi, rasa maupun harga.
  7. Mi ayam sekali saja, saya juga tak bisa bilang ini tidak enak, tapi dari semuanya warung yang satu ini akan jadi alternatif terakhir kalau tidak ada lagi warung mi ayam buka di kota Palembang.

Mi ayam termurah | Dok.Pri
Mi ayam termurah | Dok.Pri
Asyik juga berpetualang makanan favorit yang dapat di jumpai di manapun dan disukai oleh siapapun, masak sendiri atau beli, mi ayam tetap favorit saya dan santap lagi setelah masa puasa pra paskah selesai. 

Meski tidak jajan mi ayam, tetap dong saya bisa makan mi, hanya saja saya masak sendiri, buat ifumi atau sekedar sebungkus mi instan dan kalau ada pempek maka jadilah rujak mi ala Palembang. 

Kalau mi celor, jujur saya lebih suka versi instannya dari pada aslinya, ah dasar pecandu mi instan!

Tetap sehat Saudara, tetap kulineran dan mi ayam yang tetap menjadi favorit saya.

Salam Foodie lovers!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun