Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kucingku Bukan Sekadar Hewan Peliharaan

28 Februari 2021   19:37 Diperbarui: 1 Maret 2021   00:29 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya belajar, dia terlelap, betapa saya rindu dengan Unyil | Dokumentasi pribadi

Segitunya memperhatikan kotoran hewan? Ya, tentu saja saya perhatikan, karena kesehatan hewan peliharaan bisa berpengaruh pada pemeliharanya. 

Kadang, selain hal itu saya juga rutin memandikannya sebulan sekali, mencari kutunya secara alami (tanpa obat) dan memberikan pijitan khususnya di sepanjang tulang punggungnya hingga ke tulang ekor, dilanjutkan totok wajah hahahaha. Serius lho.

Paling penting yang saya catat sebagai pemelihara kucing. Saat saya tidak pulang pastikan ada orang yang bersedia merawatnya, paling tidak memberi makan, membuka jendela supaya bisa keluar masuk tiap saat. 

Sekali lagi karena tidak ada anggaran, saya tidak menitipkan kucing ke tempat penitipan hewan, tapi minta tolong tetangga atau bu kost untuk menjaganya. Tentu saja lengkap dengan bahan makannya.

Unyil telah menemani saya selama tujuh tahun di tanah rantau dan dia pergi tak kembali Oktober 2020. Dari kecil hingga dewasa dan tua, bahkan gigi taringnya ada yang patah. 

Beberapa kali luka karena berkelahi dan saya rawat selayaknya dia manusia. Menurut mitos, kalau kucing peliharaan akan mati, ia akan sembunyi supaya tuannya tak menemukan bangkainya dan sedih. Ya saya hanya berpikir dia sudah kembali ke surga. Saya juga berdoa untuk dia.

Setelah Unyil pergi, saya putuskan tidak akan memelihara kucing lagi, tapi di luar dugaan. Seekor bayi kucing teraniaya dan dilempar ke comberan hitam oleh seorang anak. Kalau tidak diselamatkan dia akan mati. Dari situlah kucing kedua saya adopsi lagi, karena tak tega melihat keadaannya.

Maxi Nero, si kecil yang malang | Dokumentasi pribadi
Maxi Nero, si kecil yang malang | Dokumentasi pribadi
Si bayi kucing berbulu hitam legam, sebesar tikus dewasa, permen karet di bulu kaki dan ekor, kurus hingga tulang terlihat di bawah kulitnya, terlantar tanpa induk dan kelaparan. Sangat jelek.

Saya menamainya Maximilianus Nero, panggil Maxi Nero atau Max. Karena masih terlalu kecil saya mengurungnya di dalam rumah saat saya kerja dan mengajaknya bermain keluar setiap sore, tentu saja dengan ekstra pengawasan, karena takut dimainkan anak-anak lagi.

Anak kucing selalu aktif bergerak, jadi saya belikan juga mainan bola yang bisa menggelinding dan dikejarnya atau saya mengajaknya bermain dengan tongkat dari tanaman yang saya buat sendiri.

Untuk makannya sendiri sama seperti Unyil, hanya saya selingi dengan susu, supaya berat badannya naik. Saya mencoba melatihnya naik motor supaya saat besar nanti tidak takut untuk naik motor bila diajak jalan-jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun