Bulet besak panjang mak lengan. Kejel-kejel rasonyo marem. Masok ke mulut matonyo mejem. Mertuo lewat masih di telen.Â
Kejel keras sudah biaso, asak bae iwaknyo teraso. Digoreng pake minyak kelapo, jadi nambah lemak rasonyo.
Pempek lenjer oi pempek lenjer, siapo nyingok pastilah ngiler. Pempek lenjer oi pempek lenjer, makan sikok pacak kelenger.
Mangcek bicek janganlah lupo ngawak balek oleh-olehnyo. Pempek lenjer samo cukonyo kito makan besamo-samo.
Ada yang tahu itu lirik lagu dari mana? Atau malah belum tahu itu lirik lagu? Yang pasti jawaban pertama Anda adalah itu lagu dari Palembang, karena ada kata pempeknya hehehe dan itu juga jawaban saya waktu pertama kali dengar lagu itu dinyanyikan dalam upacara tujuh belas Agustus di salah satu kompleks sekolah swasta di kota Palembang. Tapi saya koreksi sedikit ya, sebenarnya itu adalah jenis lagu daerah dari provinsi Sumatera Selatan yang ibu kotanya adalah Palembang.Â
Palembang dikenal luas masyarakat Indonesia karena makanan khasnya, yaitu pempek. Makanan yang terbuat dari ikan giling yang dicampur tepung sagu dan bumbu utama bawang putih, lada serta garam dapat diolah menjadi beberapa varian pempek antara lain pempek lenjer, adaan, kapal selam, telur kecil, kulit, tahu, lenggang, otak-otak dan aneka kudapan seperti lagsan, burgo, tekwan dan model.Â
Jangan ditanya rasanya, pasti enak itulah jawabannya. Untuk ikannya sendiri yang jadi andalan ikan gabus, ikan tengiri dan ikan parang-parang.Â
Namun menurut warga Palembang yang paling enak ikan belido, hanya saja ikan ini mulai langka, jadi jarang dipakai dan menjadi salah satu icon kota Palembang khususnya dalam hal kuliner.Â
Selain identik dengan pempeknya, provinsi ini juga kaya dengan kuliner khas yang tak jauh dari bahan utama ikan, sebut saja pindang patin, pepes patin tempoyak, gulai kepala ikan, pindang tulang (dari sapi bagian rusuk) dan masih banyak lagi. Kalau saya sudah jelas pindang tulang, karena olahan ikan lainnya tak sejalan dengan lidah saya orang Jawa.
Sebagai masyarakat pendatang di provinsi ini, tak lengkap rasanya kalau belum menginjakkan kaki ke salah satu tempat terkenal yang menjadi maskotnya provinsi Sumatera Selatan dan menyusuri salah satu sungai terpanjang di Indonesia. Mana lagi kalau bulan sungai Musi dan berfoto di jembatan megah Ampera.
Saya sangat kagum melihat sungai yang begitu besar dan panjang, juga jembatan yang panjangnya kurang lebih satu kilometer melintas di atas sungai Musi menghubungkan daerah Ulu dan Ilir.Â
Dulu, sungai Musi menjadi jalur utama perdagangan, hingga sekarang pun masih sebagai sarana transportasi air.Â
Bukan hanya perahu-perahu kecil untuk wisatawan atau penumpang ke kota lain, tapi juga kapal-kapal tongkang yang memuat hasil tambang seperti pasir dan batubara.Â
Menyusuri sungai Musi, Anda akan dibawa kepada daratan yang berada di tengah-tengah sungai atau biasa disebut delta.Â
Delta sungai Musi ternyata juga menyimpan keunikan tersendiri, karena di atas delta tersebut dibangun vihara lengkap dengan menara tinggi dan aneka patung-patung simbolik untuk menggambarkan kepercayaan dan cerita rakyat.Â
Nama jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) diambil dari perjuangan rakyat Palembang melawan penjajah dengan slogan Amanat Penderitaan Rakyat, karena nama jembatan Sukarono ditolak oleh Sukarno sendiri.Â
Dulu bagian tengah jembatan dapat ditarik ke atas supaya kapal-kapal besar bisa lewat, namun saat ini tidak bisa difungsikan lagi, salah satu alasannya dapat menyebabkan kemacetan, karena proses pengangkatan bagian tengah jembatan makan waktu kurang lebih 30 menit.
Oh ya, sebelum meninggalkan kota Palembang, ada baiknya mengunjungi pasar 16. Pasar tradisional terbesar di kota Palembang. Anda bisa belanja oleh-oleh, yaitu kain songket khas Palembang, selain beli pempek tentunya.
Nah kalau di kota Palembang cenderung panas, jadi jika ingin berwisata ke tempat yang sejuk, Anda bisa pergi ke daerah Pagaralam, yang merupakan daerah di kaki gunung Dempo dan masih masuk wilayah provinsi Sumatera Selatan.Â
Obyek wisata yang sempat saya kunjungi adalah air terjun, curup embun dan curup mangkok, serta perkebunan teh yang sangat menyegarkan.
Di salah satu daerahnya yang bernama Tanjung Sakti ada gereja Katolik St. Mikhael yang dibangun oleh Pastor Jan Van Kamper, SCJ dengan misi menyebarkan agama Kristen di Sumatera Selatan. Tempat ini juga sering dikunjungi umat Kristen untuk sekedar berdoa atau berwisata rohani.
Dari kota Palembang, naik ke gunung Dempo, lanjut mari pergi ke Pantai. Provinsiku istimewa, uniknya di Palembang, meski tak ada pantai, tapi jalan ke rumah saya sering banjir, karna pasang surut sungai Musi.Â
Tak ada pantai di Palembang, jadi pergi saja ke kepulauan Bangka Belitung untuk wisata pantai yang luar biasa Indah. Saya biasa menyebutnya sebagai Babel island.
Banyak hal menarik, tempat bersejarah, kuliner lezat, alam yang indah dan tak lupa dalam dunia industri provinsi Sumatera Selatan sangat terkenal dengan pupuk urea produksi PT PUSRI (Pupuk Sriwijaya), hasil kebun sawit, karet dan duku, serta budaya lokal yang sangat menarik bisa dijumpai di provinsi ini.
Masyarakatnya campuran dari suku Melayu, ada juga suku Batak dan Suku Jawa yang mayoritas adalah warga transmigran, serta pendatang seperti saya.Â
Pengalaman pertama yang tak pernah saya lupakan adalah budaya lokal yaitu bahasa dan tutur kata. Sebagai orang baru, saya merasa ketakutan saat pertama kali di ajak ke pasar tradisional oleh teman.Â
Seheboh-hebohnya pasar di Jawa yang pernah saya kunjungi, tak ada duanya dibandingkan dengan pasar di Palembang. Semua pedagang berteriak, suaranya sangat keras seolah sedang marah dan menantang.Â
"Saya ga berani bu, ke pasar Palembang, orang-orangnya pada marah semua, suaranya keras-keras, takut aku bu", begitulah komentar saya dan kawan-kawan saya pada tertawa.
"Orang Sumatera memang suaranya keras. Ntar juga terbiasa", jawab bu Tayak.
Lalu bahasa daerahnya... Ya Tuhaaan... Saya kadang hanya melongo, senyum-senyum atau malah terperanjat karna kaget. Wajar saja, Indonesia kan negara paling kaya kalau soal bahasa dan adat. Jangankan satu pulau, satu provinsi saja bahasanya agak beda.
Jika saya bukan penduduk asli provinsi Sumatera Selatan khususnya kota Palembang dapat melihat istimewanya provinsi ini, bukankah sangat ironis kalau warga lokal suatu daerah tidak bisa melihat kelebihan daerahnya sendiri?Â
Sebagai masyarakat setempat, setidaknya bukan hanya tahu satu yang menjadi icon provinsinya saja, tapi cobalah explore lebih jauh, pastilah banyak hal istimewa yang tidak ada di tempat lain, tidak ada di provinsi lain, yaitu budaya dan adat istiadat setempat.
Tulisan ini dibuat dari pengalaman pribadi dan beberapa sumber referensi baik dari website maupun tanya jawab kepada penduduk asli kota Palembang. Tak ada negara dengan ragam budaya dan adat sekaya Indonesia. Jadi baiknya sebelum keliling dunia, keliling Indonesia dulu ya.
Salam ACI - Aku Cinta Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H