Hubungan antara sekolah dan keluarga harus dekat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang sama, yaitu untuk membuat generasi muda yang mampu mempertahankan nilai-nilai warisan budaya serta memiliki sikap dan kemampuan yang relevan. Kedua lembaga pendidikan tentu saja tidak akan dapat sukses tanpa adanya lingkungan pendidikan yang kondusif dalam masyarakat yang mendukung sosialisasi sistem nilai yang akan dipelihara dan dikembangkannya.
Titik berat pendidikan dalam keluarga adalah moral atau akhlak mulia. Kejujuran adalah akhlak mulia. Oleh sebab itu, faktor penanaman nilai kejujuran adalah hal yang utama karena moral kejujuran adalah moral universal, moral yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang modern dan beradab. Bangunan kehidupan bermasyarakat yang sehat adalah yang didasarkan atas nilai-nilai kejujuran, karena kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan (trust), dan kepercayaan merupakan salah satu modal utama dalam kehidupan sosial. Masyarakat yang memiliki modal sikap saling percaya yang kuat, akan lebih mudah melakukan transformasi perubahan, baik itu perubahan sosial maupun perubahan budaya. Inilah yang diharapkan dari keluarga sebagai pusat kebudayaan, yaitu pusat untuk melaksanakan nilai-nilai demi kebaikan masyarakat dan bangsa pada umumnya.
Transformasi karakter bukan sesuatu yang dapat dilakukan melalui pernyataan, ceramah, dan bentuk komunikasi lainnya. Transformasi karakter memerlukan proses edukasi dan sosialisasi yang intensif dan kreatif melalui berbagai lembaga sosial, baik kependidikan maupun non kependidikan, secara konsisten dan berkesinambungan. Oleh sebab itu dalam membangun karakter, kita harus mendapat dukungan dari lingkungan, baik lingkungan kecil di dalam rumah seperti keluarga, maupun lingkungan di dalam masyarakat.
Direktur : M. Sirojul Munir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H