Ketika senja menutup mata
Lentera tua siap berirama di tiap sudut desa
langkahku terpaku diantara jalan yang berliku
ku lepas keluh kesah yang menumpu
         Hembus angin merasuk hingga ke tulang rawanku
         Secangkir kopi telah siap menghangatkanku
         Menciptakan suatu irama baru
         Saat ku tengguk kopi pekat dengan melepaskan tumpu di pundakku
Entahlah, ini tentang kesendirian, tentang malam yang
terlalu dingin untuk dibicarakanÂ
      Kala itu 07 Juli 2017 puisi ini digoreskan diatas kertas putih. Tergores ketika proses kenangan cerita indah masa-masa KKM terjadi. Penuh ajaran dan pengalaman hidup, menjadi guru terbaik dari segala guru. Yang awalnya asing, tak kenal kini menjadi keluarga. keharmonisan sangat erat terjadi diantara kami.
Bersyukur.. Tentu.. Sangat bersyukur sekali, karena telah ditakdirkan mengenal dan menjadi bagian keluarga dari mereka. Mereka adalah keluarga baruku yang selalu mengayomiku ketika pelaksanaan KKM yang diselenggarakan kampusku. Tak mampu aku tuk menuangkan banyak kata, karena telah banyak kenangan yang tak mampu dituliskan dengan indahnya goresan tinta.
Biarlah kamera dan memori ciptaan tuhan yang melekat dalam tubuh ini yang menyimpan indah keabadiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H