Pandemi, Mata Tertuju pada Desa

Sudah sebulan lebih saya kembali ke desa setelah sebelumnya hanya ketika libur weekend dan itupun sebulan sekali. Tuntas sudah kerinduan akan desa ini, oiya desa saya namanya sumber sari yang terletak di ujung perbatasan kabupaten penajam paser utara, berbatasan dengan kabupaten paser.

Bukan hal yang asing untuk sebuah Urbanisasi, perpindahan masyarakat desa ke kota untuk merubah nasib mencari penghidupan yang lebih layak. Dengan segala hiruk-pikuk perkotaan yang menjanjikan sebuah kemajuan, modernisasi dalam segala bidang. Membuat siapapun yang tinggal harus cermat beradaptasi.

Namun kali ini kondisinya berbeda, bahkan Unpredictable. Pandemi membuat beberap sektor lumpuh, bahkan mati. Misalnya property, Pariwisata, Travel, dll. Keadaan ini membuat banyak karyawan yang mulai di rumahkan, disadur dari laman liputan6.com ada 2 juta karyawan di PHK akibat pandemi.

Berbeda kondisinya di desa, masyarakat desa juga akan mendengar berita tentang pandemi. Namun hal itu belum sangat berdampak, masjid tetap dilakukan untuk berjamaah, untuk terawih. pasar masih beroperasi sebagai pemenuhan kebutuhan dan menjual hasil kebun. Masyarakat masih menjalankan aktivitasnya dengan normal. Dalam kondisi seperti ini desa adalah kekuatan.

bagaimana tidak, semua masyarakat desa petani padi, di lain itu juga menanam sayur. Sederhana kalo kata ibu saya "Untuk kebutuhan dapur, Jikalau lebih dibawa ke pasar". tak hanya itu, sistem barter kadang masih berlaku disini, menukar sayur dengan bumbu dapur atau membawa beras ke warung sembako.

Sekali lagi, Desa adalah kekuatan. Bahkan sejak dibuatkan kementrian desa, seakan desa adalah anak spesial bumi pertiwi. Hal ini dapat membuat desa semakin menjadi kekuatan, bahkan mungkin kedepan akan ada istilah "Kota disebuah Desa". Akan saya tulis di episode selanjutnya. Apakah pandanganmu sudah tertuju pada desa?