Mohon tunggu...
Ulil Amri
Ulil Amri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurusan Hubungan Internasional Harus Mahir Bahasa Inggris, Apa Betul?

21 September 2022   23:02 Diperbarui: 21 September 2022   23:04 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hubungan internasional atau yang kerap dikenal dengan sebutan HI, merupakan salah satu cabang keilmuan atau program studi yang merupakan turunan dari keilmuan Ilmu Politik.

Dalam keilmuan ini secara umum mempelajari perihal kerjasama antar negara, organisasi internasional, dan politik internasional.

Selain itu, dalam hubungan internasional ini bisa terbilang cukup banyak mempelajari beragam topik seperti sejarah, ekonomi, politik, keamanan serta keamanan, filsafat, sosiologi, hukum, bahasa asing dan masih banyak lagi topik yang dipelajari dalam cabang keilmuan ini.

Tentunya sesuai dengan namanya, jurusan hubungan internasional ini idendtik dengan bahasa yang sering digunakan dalam pergaulan global yakni bahasa inggris.

Sebelum itu sebagai tambahan info, bahwa dalam sidang resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan sedikitnya ada enam bahasa yang resmi digunakan yakni bahasa Inggris, Rusia, Portugis, Mandarin, Arab, Perancis. Diluar penggunaan bahasa-bahasa tersebut pembicara dalam sidang Pbb menggunakan penerjemah kedalam enam bahasa tersebut.

Tak dapat dipungkiri bahwa bahas Inggris merupakan bahasa yang umum digunakan dalam pergaulan global. Dan maka dari situlah mengapa jurusan hubungan internasional ini idendik dengan orang-orang yang fasih dalam penggunaan bahasa inggris.

Disini penulis hanya mencerikan serta ingin merubah pandangan masyarakat terhadap jurusan hubungan internasonal ini. Tentunya dengan sepengalaman penulis yang terjadi dilapangan, karena penulis merupakan salah satu mahasiswa hubungan internasonal dari salah kampus swasta di Jawa Timur.

Pengalaman Awal

pada awalnya memang sedikit shock untuk saya sebagai mahasiswa baru pada program studi ini yang dimana saya merupakan lulusan dari SMK perikanan. Memang terdengar cukup aneh, namun memang begitu keadaannya.

Awal masa perkuliahan saya memang kaget dengan beragam tugas yang diberikan oleh dosen yang berupa jurnal, buku yang dikemas dalam bahasa inggris. Ditambah dengan kemampuan bahasa inggris yang terbilang tidak baik. Selain itu juga dalam program studi ini juga mempelajari bahasa asing diluar bahasa inggris seperti contohnya bahasa Mandarin.

Dan yang lebih mengejutkan ialah dimana dosen pengampu mata kuliah ini merupakan orang mandarin langsung yang pastinya dalam perkuliahan nya menggunakan bahasa Inggris. Mungkin untuk mahasiswa lain ini tidak masalah, tapi bagi saya yang sedikit kurang dalam penguasaan bahasa Inggris ini merupakan sebuah bencana.

Tapi semua bisa dilewati jika adanya kemauan dan bagaimana kita menyikapi masalah tersebut. Disini saya mengetahui bahwa kekurangan saya dalam kemampuan bahasa inggris. Di awal memang sulit untuk saya bahkan memiliki pikiran untuk tidak meneruskan studi ini. Namun mengingat bahwa saya sudah mengeluarkan dana yang cukup besar di kampus ini, saya berkali-kali berfikir hingga akhirnya saya memutuskan untuk tidak jadi mengundurkan diri.

Perkembangan zaman yang semakin maju dan diiringi dengan pesatnya kecanggihan teknologi saat ini yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ini. Seperti contoh ketika diberikan jurnal atau buku sebagai rujukan belajar dalam bahasa asing, saya bisa menggunakan aplikasi penerjemah.

Selanjutnya ialah dengan memanfaatkan relasi dari teman-teman, kekasih, saudara dalam membantu menjadi penerjemah ketika materi menggunakan bahasa inggris. Dan dengan begitu pula saya sedikit demi sedikit mempelajari dan menambah pengetahuan saya dalam bahasa asing ini.

Kesimpulan

Pada intinya tidak usah malu dalam belajar dan bertanya terhadap apa yang kita tidak kita ketahui. Karena menurut saya orang yang bertanya merupakan merupakan indikasi orang tersebut masih menggunakan akal pikirannya. Ketidaktahuan itu merupakan awal dari kebijaksanaan, tentunya perlu didorong dengan adanya rasa ingin tahu.

Maka disini penulis hanya ingin mengajak orang-orang agar bisa merubah pandangan orang terhadap jurusan Hubungan Internasional yang selalu dikaitkan dengan orang yang mahir dalam bahasa asing. Dan kepada adik-adik, rekan-rekan yang ingin bergabung dalam program studi hubungan internasional ini yang ragu karena adanya kesulitan bahasa karena dalam keilmuan ini tidak sekedar bahasa asing saja yang dipelajari namun banyak yang dipelajari.

Selain itu cabang keilmuan ini identik dengan profesi duta besar dan diplomat yang notabene harus mahir dalam penggunaan bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional. Iya memang begitu, akan tetapi diluar profesi tersebut masih banyak yang menjadi prospek dari lulusan jurusan ini seperti pengamat internasional, politikus, jurnalis internasional, dan lain sebagainya.

Saya yang kurang dalam penggunaan bahasa asing bisa sejauh ini dalam berkuliah dalam program studi hubungan internasional ini. Jadi menurut penulis dalam jurusan hubungan internasional ini kita tidak harus dituntut mahir dalam bahasa asing karena dalam cabang keilmuan ini yang lebih ditegaskan ialah pola pikir dalam menganalisis peristiwa internasional. Bahkan akan sia-sia orang yang mahir dalam bahasa inggris namun kurang dalam menggunakan pikiran untuk menganalisis.

Selain itu juga dalam jurusan ini yang lebuh spesifik ialah belajar tentang politik bukan bahasa asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun