Lalu, apakah Anda setuju bahwa mencintai adalah takdir?
Menyambung contoh di atas, setelah jadi Pulisi dan menikah dengan perawat. Apakah kesimpulannya mereka berjodoh atau saling mencintai? Tentu saja tidak.
Sebab, mencintai bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Banyak yang awalnya bisa saling mencintai dan menerima, namun lambat laun perasaan itu pudar dan saling bertentangan. Bahkan banyak yang akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Contoh lain, seseorang yang dijodohkan. Suatu nasib pernikahan yang  direncanakan oleh kedua orang tuanya, bukan direncanakan oleh dirinya sendiri. Bisa saja awalnya mereka tidak saling suka, namun ternyata lambat laun mereka bisa saling memahami dan melengkapi, dan akhirnya saling jatuh cinta dan hidup langgeng selamanya. Artinya, mereka menikah karena nasib (dijodohkan), namun ditakdirkan untuk saling mencintai.
Kesimpulannya, menikah adalah nasib, mencintai adalah takdir. Apakah Anda setuju? Kalau Anda punya perspektif lain, silakan bagikan di kolom komentar. Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H