Mohon tunggu...
Ulil Huda
Ulil Huda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Seorang mahasiswa yang sedang ingin menulis sesuatu yang mungkin menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Youth Communication Day 2021

23 Desember 2021   22:15 Diperbarui: 23 Desember 2021   22:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Youth Communication Day 2021 diisi oleh berbagai narasumber hebat yang berasal dari dalam maupun luar negeri dengan materi mereka masing - masing yang tentunya sangat menarik dan juga menambah wawasan. Tetapi, ada narasumber yang membuat saya tertarik akan materi yang ia bawakan di acara tersebut.

Setiap narasumber yang ada di acara tersebut tentunya memberi judul untuk materi yang akan mereka sampaikan nanti. Untuk Jessada sendiri juga telah memberikan judul untuk materinya yaitu Thailand’s Media Landscape in Disruptive Era. Di awal materi, Jessada menjelaskan mengenai pola komunikasi yang secara sederhana sudah sering kita pakai sejak lama. Pola komunikasi yang dimaksud adalah pola S – M – C – R. “S” untuk Sender atau komunikator, “M” untuk Message atau pesan, “C” untuk Channel atau media yang digunakan, dan “R” untuk Receiver atau komunikan.

Tetapi, seiring berjalannya waktu dan teknologi juga sudah semakin berkembang jauh, jenis komunikasi seperti ini sudah tidak relevan lagi. Saat ini terdapat beberapa proses yang terjadi dalam komunikasi, dimana seorang penerima bukan hanya menjadi penerima pasif saja, tetapi menjadi pusat komunikasi juga. Bagaimanapun juga saat ini komunikasi telah berkembang jauh. berkembang menjadi lingkaran yang akan terus berputar seperti roda. Dalam model jenis komunikasi ini dapat dilihat bahwa terdapat dua jalan dalam komunikasi, penerima bisa menjadi pengirim pesannya melalui saluran kepada pengirim yang saat ini menjadi penerima. Jadi, lanskap dan ekosistem komunikasi telah banyak berubah dan bergeser selama dekade terakhir. Hal-hal inilah yang membuat terjadinya disrupsi.

Disrupsi sendiri dapat diartikan sebagai sebuah era dimana terjadi inovasi dan peruahan secara besar-besaran yang secara fundamental dapat mengubah semua system, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru.

Seperti yang dijelaskan oleh Jessada Salathong di acara Youth Communication Day 2021 ini. Misalnya, ketika seseorang memiliki telepon genggam, maka seseorang itu dapat melakukan semuanya dalam satu benda itu, seperti melakukan transaksi, berbelanja, hingga menonton televisi. Jessada juga mengatakan bahwa adanya disrupsi media ini tidak bisa dikatakan apakah ini merupakan hal yang baik, atau mungkin ini adalah sesuatu yang buruk. Yang pasti dari disrupsi media ini adalah bahwa dia berhasil mengubah gaya hidup kita dan juga bagaimana cara kita mengonsumsi media. Hal ini sungguh memberikan efek yang besar terhadap hidup kita.

Selain disrupsi media, Jessada juga menjelaskan bahwa salah satu hal yang sampai saat ini dan bahkan jauh sebelum era disrupsi ini menjadi nilai yang penting adalah teknik Storytelling atau teknik mendongeng. Storytelling sendiri merupakan adalah teknik penyampaian suatu informasi dengan cerita yang menarik dan menggugah perasaan audiens.

Salah satu hal penting yang juga disampaikan oleh Jessada adalah mengenai Literasi media. Secara garis besar, literasi biasa diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Namun, literasi media memiliki makna yang lebih luas. Yaitu mencakup kemampuan untuk menyadari seberapa besar informasi dari berbagai sumber. Dengan adanya literasi media, orang dapat memahami dan menafsirkan pesan kompleks yang kita terima dari berbagai jenis media. Begitu orang lain menjadi melek media, maka mereka bisa mengelola media, dan juga terhidar dari berita bohong atau yang biasa kita sebut dengan hoax

Di akhir sesi, Jessada Salathong memberikan sebuah pernyataan bahwa media sosial bisa menjadi pisau yang bisa digunakan untuk hal yang buruk seperti melukai seseorang yang nantinya akan merugikan atau media sosial itu juga bisa menjadi pisau untuk digunakan ke hal yang baik seperti memotong bahan makan yang nantinya untuk dimasak dan itu semua akan bermanfaat untuk semua orang

Dengan mengikuti Youth Communication Day 2021 ini kita dapat melihat bagaiamana negara lain seperti Filipina, India, Thailand, dan juga China dalam menghadapi tantangan dalam segi komunikasi di masa depan. Selain mendapat insight baru, acara ini juga menjadi ajang untuk saling bertukar pikiran dan strategi.

Bella Wahu Febrianti

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun