PERJALANAN HAJI MUDA
Seperti yang telah diceritakan pada bagian sebelumnya, bahwa Almaghfurlah H.Asmu'i Luwungragi adalah salah satu orang yang beruntung di dunia ini. Beliau beruntung mengenyam pendidikan pesantren sedari dini dan pernah pula tabarukan (ngalap berkah) belajar agama di tanah suci, semasa menunaikan ibadah haji. Alangkah beruntungnya beliau, karena agama dan dunia ada dalam genggaman tangannya.
Selain dirinya juga pecinta ilmu yang getol dan periode belajar agamanya pun terbilang sukses, satu hal keberuntungan yang dimiliki oleh H.Asmu'i muda adalah tidak mengalami hambatan yang berarti di bidang ekonomiTentu hal ini pun tidak bisa terlepas dari kesuksesan dan penataan ekonomi yang baik oleh abahnya, yaitu H.Abdurahim Ketangungan.
Sehingga sampailah cerita dimana H.Asmu'i muda menunaikan ibadah haji. Kala itu orang tuanya, yaitu H.Abdurahim bersama istri ingin pergi berhaji, akan tetapi beliau H.Asmu'i muda pengen sekali ikut. Ternyata santri Gedongan asal Ketanggungan ini pun telah lama rindu dengan tanah suci.
"Hajinya abahku itu klayu, pengen melu wong tua" jelas putra bungsunya, Kyai Fathoni Siwuluh.
Terlepas klayu atau tidak klayu bagai orang yang tengah dimabuk cinta, hehehe, penulis tetap menggarisbawahi bahwa beliau termasuk orang yang beruntung. Karena seperti yang kita ketahui, bahwa ibadah haji didominasi dengan rangkaian ritual ibadah yang membutuhkan fisik yang sehat.Â
Lebih beruntung lagi ternyata beliau pun punya program pribadi kala sudah tiba di tanah suci, yaitu ingin belajar agama dengan Guru-Guru Besar Kota Hijaz itu. Sambil menyelam minum air, atau sekali dayung, dua, tiga pulau terlampaui, begitulah gambaran pribahasa yang pas.
Konon, ketika beliau mau mendaftar haji, ada kejadian yang unik. Yaitu beliau sempat diusir oleh petugas kantor haji, bahkan masih di depan kantornya. Mungkin kalau jaman sekarang  ya kejadian tersebut diusir oleh security lah.
Kejadian unik ini bermula karena abah dan ibunya berangkat lebih dulu ke kantor Haji, kemenag mungkin untuk jaman sekarang. H.Asmu'i muda yang merasa sudah gede pun berangkat menyusul sendirian.
" Pulang kamu, ganti pakaian yang rapi" larang seorang penjaga kantor haji kepadanya.
Cegahan dari seorang security / petugas haji ini didasari karena melihat pakaian yang dikenakan H.Asmu'i muda kurang rapi. Yah, H.Asmu'i muda kala itu hanya mengenakan pakaian santai kayak anak-anak muda pada umumnya. Hanya pakai kaos oblong dan celana dibawah dengkul, begitu informasi yang penulis terima dari berbagai sumber.
Sepenggal cerita ini menunjukan bahwa H.Asmui muda memang terbiasa tampil apa adanya, sederhana dan low profile. Beliau pun ternyata tidak begitu terpesona dengan bungkus semata, tapi lebih memilih penampilan apa adanya sebagaimana orang pada umumnya. Padahal kala itu ilmu agama beliau yang didapat dari Pesantren Gedongan sudah begitu matang dan dari sisi ekonomi tentu sudah pantas untuk dibanggakan lah, karena berasal dari keluarga yang berada.
Kesederhanaan, kesehajaan, dan sifat rendah hati ini lah yang kelak kemudian hari akan lebih mewarnai jalan cerita hidup H.Asmui dalam mengarungi kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat.
Bersambung !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H