Daerah Brebes adalah salah satu daerah yang kaya dengan orang alim dan walinya. Baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat (Intaqa' ila rafiqil 'ala). Karena daerah Brebes masih berdekatan dengan Cirebon, maka kebanyakan orang alim, habib, dan gelar bangsawan didominasi oleh kesultanan Cirebon. Walinya pun sama, kebanyakan masih ada darah biru keturunan Maulana Syarif Hidayatullah. Sebagian yang lain yang masih keturunan Sunan Kalijogo, Wali songo yang lain, dan asli orang Brebes sendiri. Diantara orang alim (ulama) Brebes yang sudah wafat dan masih asli keturunan Brebes adalah Mbah Badawi. Ahmad Badawi begitulah nama kepanjanganya.
1. Lokasi Makam Mbah Badawi
Lokasi makam Mbah Badawi ada di Ketanggungan. Ketanggungan itu sendiri merupakan salah satu ibu kota kecamatan yang ada di Brebes. Dan betul sekali makam Mbah Badawi ini menyimpan segudang karomah, kisah, dan khazanah yang mana ternyata tak jauh dari pasar Ketanggungan. Lebih tepatnya, dari pasar Ketanggungan ke barat 500 meteran dan masuk ke desa Dukuh Tengah. Dan setelah ke barat, kita bisa ambil belok kiri yang artinya ke utara dan makam beliau masuk ke area Masjid Jami' yang ada di desa tersebut. Bagi kita yang belum pernah berkunjung dan berziarah ke lokasi makam ini, bisa menggunakan google map atau bertanya ke masyarakat sekitar. Karena Makam Mbah Badawi sudah bisa dibilang menjadi icon nya wisata religi orang Ketanggungan Brebes.Â
2. Suasana Komplek Pemakaman Mbah Badawi
Makam Mbah Badawi berada di sebelah Barat Masjid Jami' Desa Dukuh Tengah. Komplek pemakaman beliau begitu luas, bersih, rapi dan tertib. Lahan parkir kendaraan pun boleh dikatakan lumayan luas. Sehingga bagi para peziarah tidak usah khawatir tentang lahir parkir, bilamana membawa jamaah yang begitu banyak. Di komplek pemakaman tersebut, selain ada jenazah mulia orang alim Mbah Badawi, juga dikelilingi istri, anak dan cucu-cucunya. Salah satu cucu beliau yang meninggal dalam keadaan muda adalah Alm.Mas Otong Bin KH.Zaini Dahlan, yang berada tepat di sebelah selatan makam kakeknya yang mulia, Mbah Badawi. Di komplek pemakaman tersebut kita pun bisa dengan mudah melihat makam yang mulia asli orang Dukuh Tengah Ketanggungan ini.Â
3. Kisah Perjuangan Heroik Mbah Badawi
Menurut sumber yang penulis ajak dialog, sembari menikmati indahnya malam di Kota Ketanggungan ini, bahwa Mbah Mbah Badawi hidup pada tahun 1900 an. Artinya beliau mengalami jaman penjajahan. Dan tentu saja, seperti halnya Kyai-kyai Indonesia pada umumnya, seorang kyai yang hidup pada masa penjajahan secara tidak langsung mengemban dua tugas pokok, menyebarkan agama Islam dan memberikan edukasi penting agar masyarakat mau bersama-sama mengusir penjajah. Begitu pun Mbah Badawi. Beliau seorang Kyai yang lues, arif, ngemong masyarakat, dan sekaligus menjadi penggerak perjuangan di Brebes khususnya daerah Ketanggungan.Â
Dalam kisah perjuangannya, Mbah Badawi lebih mengedepankan peran diplomasi dan siyasah. Biasanya pihak penjajah yang diutus untuk berdiplomasi , akan mati dalam beberapa hari berikutnya. Entah ilmu apa yang dimiliki oleh Mbah Badawi, yang jelas pihak Belanda selalu kalah bila berdiplomasi bahkan harus mati tanpa adanya pertempuran yang sengit. Sehingga konon para Penjajah merasa susah sekali untuk menaklukan daerah Ketanggungan, karena secara tidak langsung bagaikan ada pagar pembatas yang tidak bisa diganggu gugat. Kejadian ini berulang kali selalu dimenangkan oleh Mbah Badawi sampai beliau wafat (Intaqa' ila rafiqil 'ala), daerah Ketanggungan Brebes pun akhirnya bisa dikuasi oleh kaum penjajah.
Wallahu 'alam bishowwab
Keterangan : Sekilas profil dan kisah perjuangan Mbah Badawi Ketanggungan dalam tulisan ini bersifat dokumenter, bilamana ada kesalahan dalam penulisan, silahkan bisa konfirmasi ke penulis. Agar sepenggal cerita beliau bisa dijadikan ibrah (pelajaran) untuk kita semua dan generasi yang akan datang.
Contact person penulis dalam beberapa media :
1. Facebook = Ulil Absor New
2.Instagram = ulilabsornew
3. Whattasap = 085777-4035-33 (ulilabsornew)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H