Mohon tunggu...
Ulil (pipit) Fitriyah
Ulil (pipit) Fitriyah Mohon Tunggu... -

"Ngangsu lan ngisi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Mau Masuk SD, Ini Tips dalam Menimbang Kebutuhan Anak Sebelum Meminang Sekolah

23 Januari 2018   12:23 Diperbarui: 24 Januari 2018   15:26 1824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari pertama masuk sekolah di SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016).(KOMPAS.com/Kahfi Dirga Cahya)

Sudahkah sekolah tersebut bekerja keras untuk membentuk akhlak/moral peserta didiknya? Kalau dalam bahasa pendidikan zaman now sekarang, pendidikan berkarakter. Kalau sudah, seperti apa? Bagaimana bentuknya? Dan saya biasanya melacak hal ini melalui profil lulusannya. Saya akan mencoba mengamati bagaimana sih profil lulusan SD "X" ini pada umumnya? Dari situ biasanya akan dapat diperoleh gambaran pola kecenderungan pendidikan di sekolah tersebut.

Pembentukan karakter ini, kalau bagi saya penting, dan bahkan menempati skala prioritas dalam membuat keputusan kemana anak saya akan disekolahkan. Karena bagi saya, kemampuan akademik masih bisa dibentuk dan biasanya akan mengikuti dengan sendirinya bila akhlak/moral anak sudah terbentuk dengan baik.

Karena kecendurangan anak dengan attitude yang bagus biasanya memiliki paket yang lengkap---perilaku yang bagus dan kemampuan akademik yang bagus. Karena anak-anak yang memiliki perilaku yang bagus, akan lebih mampu memecahkan permasalahan dengan baik, mengontrol emosinya dengan bagus dan memiliki rasa tanggung terhadap dirinya sendiri. Sehingga kalau sudah demikian, orang tua tidak perlu lagi capek-capek atau susah meminta anaknya untuk belajar, namun sebaliknya mereka belajar karena mereka tahu bahwa belajar itu untuk dirinya sendiri.

Maka tidak heran bila para guru di negara maju seperti Australia lebih khawatir muridnya tidak bisa antre daripada tidak bisa matematika. Karena jauh di balik pelajaran sederhana mengantre, ada banyak hal yang bisa dipelajari oleh para siswa untuk kehidupannya kelak daripada hanya belajar matematika yang terkadang susah-susah dipelajari, tidak jelas tujuannya apa.

Hal ini bukan berarti pelajaran matematika tidak penting lo Aybund, tentunya. Matematika tetap penting untuk mengasah otak anak agar terbiasa dengan logika dan ilmu pasti. Tetapi membentuk akhlak anak membutuhkan waktu yang lebih karena akhlak dibentuk oleh kebiasaan, nilai yang ditanamkan dan lingkungan yang mendukung yang tentunya membutuhkan proses yang lebih panjang. Bukan sekadar oleh "pengajaran" yang disampaikan dan dihafalkan dibangku sekolah.  

Etika dan moral
Contoh lainnya di Jepang, kata Om Rizal, di Jepang negara yang terkenal dengan negara termaju di Asia tersebut menempatkan etika dan moral di urutan pertama daripada ilmu pengetahuan lainnya lo Aybund (dilansir dari hype.idntimes.com) terutama ditingkat sekolah dasar. Sementara menurut om Zuhri, yang berpengalaman menyekolahkan anaknya di salah satu SD di Jepang "moral" menjadi fokus pendidikan dasar di Jepang dan menjadi merupakan fondasi utama yang secara "sengaja" ditanamkan pada masyarakat Jepang semasa di SD dengan filosofi dasar "menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas" (dilansir dari zuhrikreatif.com).

Wow, keren ya Aybund?! (Jadi pengen belajar langsung ke Negeri Sakura sana nih saya.. ^o^ ^o^ ). Nah kan? Contoh dari kedua negara maju tersebut sudah cukup kiranya ya Aybund, untuk menyimpulkan bahwa moral/akhlak adalah menempati urutan pertama dalam pendidikan. Sebenarnya tentang akhlak/moral ini sudah banyak disinggung sih (--baru disinggung, menurut saya) dalam sistem pedidikan kita di Indonesia. 

Baru disinggung menurut saya, karena seringkali pelajaran akhlak/moral hanya sebatas "diajarkan" disekolah-sekolah, bukan "ditanamkan" (beda kan ya?? ^o^). Oleh karenanya, dalam bidang pendidikan, saya menempatkan moral/akhlak/karakter/soft skill sebagai pertimbangan utama dalam memilih lembaga pendidikan dasar dengan harapan agar anak-anak kelak memiliki moral/akhlak yang bagus. Kalau akhlak sudah terbentuk, anak memiliki sikap yang baik, dan yang penting sudah "selesai" dengan dirinya sendiri, maka akademik juga lebih mudah dipelajari ditingkat sekolah berikutnya. Itu kalau menurut saya, yang lain boleh beda pendapat dengan saya kok.

Mempertimbangkan biaya dan keikhlasan
Berikutnya, dalam memilihkan sekolah anak kita perlu kita mempertimbangkan kemampuan kantong kita J J. Nah, ini merupakan masalah yang juga sangat penting. Mempertimbangkan faktor finansial dalam memilih lembaga pendidikan sangat diperlukan. Karena, jangan sampai karena idealisme kita ingin menyekolahkan "anak pertama" kita di sekolah yang "katanya" bagus, hingga membutuhkan biaya yang besar, nanti malah anak berikutnya (adek-adeknya) tidak bisa memperoleh kesempatan yang sama. Atau, mampu membiayai di awal, di tengah-tengah ngos-ngosan, akhirnya putus di tengah jalan. 

Jangan sampai ya Bund. Tetapi kalau memang memiliki kemampuan secara finansial yang lebih, tidak ada salahnya untuk menyekolahkan anak kita di sekolah yang secara finansial kita mampu mengatasinya. Dan lagi, tidak "selalu" sekolah dengan biaya mahal dapat memberikan kualitas pendidikan yang sesuai dengan harapan. Ada beberapa sekolah, yang justru dengan biaya yang ramah justru malah bisa memenuhi harapan orang tua kok.. So, dipertimbangkan baik-baik ya Bund, untuk urusan yang satu ini..

Yang paling penting dalam hal pembiayaan sekolah ini, adalah "ukur kemampuan dan keikhlasan" kita dalam mengeluarkan biaya pendidikan. Bukan hanya mampu, tetapi juga mau. Dengan kata lain kata "ikhlas" adalah hal yang cukup penting dalam mengeluarkan biaya pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun