Ketika Harapan Berlabuh di Waktu Terbaik
Finally we arrived di tahun 2025, Gen Beta telah hadir! Nah aku percaya kalau setiap orang pasti pernah merasakan masa-masa penantian, masa di mana kita berharap akan sesuatu namun hasilnya tak kunjung datang.Â
Ada banyak doa-doa yang udah aku panjatkan bertahun-tahun dan akhirnya akhir 2024 dijawab sekaligus dengan akhir cerita bahagia. Begitu pula dengan kisahku dan suamiku menempuh perjalanan panjang untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik. Sebuah perjalanan yang penuh dengan doa, usaha, dan harapan. Bahkan aku juga bingung sebenarnya dengan kondisi yang sama tanpa ada penambahan indeks bagaimana ekonomi aku dan suami bisa berubah? Pertanyaan ini seolah aku melemahkan kemampuan Allah, lah gimana ya Allah mau bikin ekonomi ku lebih baik? Karir stuck, suami juga B saja, namun yang pasti aku tahu Allah nggak akan pernah bosan dengan permintaan yang sama detik per detik, tugasku hanya terus meminta.
Lantas kisahku bak film apa? Jawabannya film apapun yang berakhir dengan happy ending meski kadang nggak masuk akal ya kan? Begini ceritanya, mendadak di kantor ku ada teman yang resign dan anehnya entah mengapa semua orang memintaku untuk handle kekosongan itu. Padahal secara departemen saja aku nggak nyambung tapi aku ingat ada pasal dalam SK ku bahwa aku harus bersedia menjalankan tugas yang diminta.
Suamiku juga demikian, memberikan kabar bahwa dia dan teman-temannya akan diberi kesempatan tahun ini untuk mendapatkan posisi yang lebih jelas. Wow ketika kami bercerita rasanya doa-doa dan penantian kami akan hadir pada saat yang tepat!
Lalu kabar bahagia itu menghampiri aku dan suami, Alhamdulillah. Nah salah satu bosku dengan santai berceletuk, "Percuma kau dukung Jokowi dua periode, nyatanya suamimu dan dirimu bisa lebih baik ketika Prabowo menjabat." Kalimat itu awalnya terasa seperti sindiran, namun lambat laun menjadi pengingat bagiku. Sebab, aku percaya, apa yang terjadi dalam hidup ini bukan karena siapa yang kita dukung atau kita benci, melainkan karena ketentuan Allah yang selalu tepat pada waktunya. Â
Sering kali, kita terlalu menggantungkan harapan pada manusia. Kita pikir seseorang yang berkuasa atau keputusan pihak tertentu akan menjadi penentu masa depan kita. Padahal, satu-satunya tempat berharap yang sejati hanyalah Allah. Dalam setiap doa yang aku panjatkan, aku selalu memohon agar Allah memberikan yang terbaik, di waktu terbaik, untuk kami sekeluarga. Â
Selama masa penantian itu, aku belajar untuk tetap yakin pada rencana Allah. Ada kalanya aku merasa lelah, terutama ketika usaha suamiku belum membuahkan hasil meskipun sudah berjuang keras. Namun, keyakinan bahwa Allah hanya ingin melihat seberapa mampu kami bertahan membuatku tetap semangat. Â
Tiga Kunci Menghadapi Penantian
Pertama, aku belajar untuk ikhlas. Ikhlas bukan berarti menyerah, tetapi menerima bahwa apa pun yang Allah tetapkan adalah bagian dari rencana terbaik-Nya. Aku mulai menyadari bahwa penantian ini bukanlah hukuman, melainkan bentuk ujian keimanan. Â
Kedua, aku terus berusaha memberikan hasil terbaik dalam setiap langkah yang kuambil. Ketika suamiku belajar, aku mendukung dengan cara yang aku bisa, seperti menciptakan lingkungan yang nyaman dan memberi motivasi. Karena aku percaya, usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah sia-sia. Â