Berjuang untuk ODMK : Triana Rahmawati dan Dedikasinya di Dunia Kesehatan Mental
Assalamu'alaikum,
Aku pernah sedih karena seseorang yang aku anggap berpendidikan menjadikan 'orang gila' sebagai candaan. Tahukah kalian 'orang gila' itu manusia yang memiliki keluarga yang menyayanginya? Paham kah kalian betapa mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental juga butuh dilindungi? Aku tahu betul bagaimana perjuangan pasien dan keluarga dengan gangguan kesehatan jiwa, makanya sedih kalau ada yang menjadikan mereka bahan candaan, please kompasianer jangan ikutan ya!
ODMK, atau Orang Dengan Masalah Kejiwaan, mungkin masih asing bagi banyak orang. Namun, seiring waktu, isu kesehatan mental semakin nyata di sekitar kita. Bahkan aku sendiri kini menjadi pendamping ODMK, dan di lingkaran pertemananku juga ada beberapa yang mengalami masalah ini.
Ketika aku memutuskan untuk mengikuti lomba pewarta Astra, kategori yang aku cari adalah seseorang yang peduli kepada ODMK dan ternyata ada! Dia adalah Triana Rahmawati. Sebagai penerima penghargaan SATU Indonesia Awards (SIA) dalam bidang Kesehatan, ia telah menunjukkan komitmen luar biasa di bidang kesehatan mental. Triana, perempuan inspiratif dari Surakarta, Jawa Tengah, mungkin bukan sosok yang sering kita lihat di media massa. Namun, dedikasinya membantu mereka yang membutuhkan dukungan kesehatan mental menjadikannya panutan bagi generasi muda.
Triana mulai bergerak dalam isu ini jauh sebelum kesehatan mental menjadi pembahasan publik seperti sekarang. Berawal dari pemikirannya bahwa masyarakat adalah sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan, ia menyadari bahwa terbatasnya jumlah tenaga profesional kesehatan jiwa harus diimbangi dengan upaya masyarakat dalam memberikan dukungan. Pada 2012, saat jumlah psikolog dan psikiater masih terbatas, Triana sudah berusaha menyebarkan informasi seputar kesehatan mental dan membantu mematahkan stigma yang melekat pada penderita masalah jiwa.
Yang Triana lakukan bukan semata demi penghargaan atau pengakuan. Sebagai penerima apresiasi di bidang kesehatan dari program SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan PT Astra International Tbk, Triana membuktikan bahwa semangat dan pengalamannya jauh lebih berharga dari nilai apresiasi yang diterima. Tria, sapaan akrabnya, sudah aktif mendampingi ODMK sejak 2012, saat masih kuliah. Menariknya, ketika Tria merasa jenuh, justru masyarakat di sekitarnya yang mendorongnya untuk mengikuti program penghargaan ini, yang sejalan dengan visi sosialnya.
Pada 2017, Tria akhirnya meraih penghargaan tersebut. Dengan dukungan dari SATU Indonesia Awards, ia memperoleh dorongan lebih besar untuk mendampingi ODMK. Dana penghargaan sebesar 60 juta rupiah dimanfaatkannya untuk membiayai berbagai kegiatan sosial, terutama yang terkait dengan ODMK. Penghargaan ini seakan menjadi penyemangat baru bagi Tria untuk terus bergerak.
Setelah menerima penghargaan, Tria yang kala itu berusia 25 tahun berkomitmen untuk selalu ada bagi ODMK. Selain itu, ia mendirikan program Beasiswa Volunteer Scholarship untuk mendukung anak muda yang ingin terlibat dalam kerja sosial dan relawan. Bersama Griya Schizofren, ia juga membangun usaha produk seni yang dibuat dari hasil terapi menggambar oleh ODMK, sebagai upaya membantu mereka mencapai kemandirian ekonomi.
Tria dan timnya berharap dengan adanya Griya Schizofren -- akronim dari Sc(social)hi(humanity)zo(zone)fren(friend) -- mereka bisa mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap ODMK dan mencegah orang mengalami masalah kejiwaan. Griya Schizofren bukanlah sekadar tempat penanganan kesehatan jiwa, melainkan komunitas anak muda yang mendukung ODMK lewat aktivitas kreatif seperti menggambar, bernyanyi, dan mendongeng bersama komunitas Doing Project.