Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tren #Desperate Trik Cepat Dapat Kerja, Yes or No?

9 Oktober 2024   10:41 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:08 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trik Tagar #DESPERATE, Yes or No? (Ulihape)

Akhir September lalu Linkedin ramai dibicarakan fenomena tagar #Desperate dan hari ini Kompasiana membahasnya, Linkedin merupakan platform yang biasa digunakan untuk mencari peluang pekerjaan, salah satu cara adalah dengan memasang poto profil yang sudah disediakan seperti #HIRING buat perusahaan dan #OPENTOWORK untuk yang mencari kerja.

Meski aku seorang pekerja namun setiap hari aku membuka Linkedin untuk mencari peluang pekerjaan paruh waktu terkait blogging dan sampai hari belum menemukan yang pas bukan karena lowongan tak ada melainkan gaji yang belum sesuai dengan yang aku inginkan. Mungkin karena aku punya pekerjaan jadi merasa baik-baik saja.

Akhir September kemarin aku mulai ngeh ada poto profil yang lain di Linkedin yaitu bingkai dengan tagar #DESPERATE sejak muncul tren memasang  poto profil dengan tagar #DESPERATE , apakah ini pertanda keputus asaan? Atau sekedar tren untuk lebih mudah dilirik pencari kerja?

Menurutku ini mirip seperti kisah pilu yang mudah untuk menarik perhatian, ada banyak kisah pilu yang menjadi jalan orang untuk meraih impian padahal impian itupun aku inginkan, namun aku tak mengemas kepiluanku sehingga orang lain menganggap aku baik-baik saja, nggak dilirik, nggak ditawarkan bantuan.

Itulah menurutku yang terjadi dengan tren tagar #DESPERATE sebuah aksi untuk menarik perhatian, baguskah ini?

Tren Tagar #Desperate, Mengapa Hal Negatif Lebih Mudah Menarik Perhatian?

Dalam era digital saat ini, menarik perhatian di media sosial menjadi bagian penting dari berbagai aktivitas, baik untuk personal branding, mencari pekerjaan, maupun menyebarkan pesan tertentu. Salah satu fenomena yang menarik perhatianku adalah bagaimana hal-hal negatif seperti kisah sedih, keputusasaan, atau tagar seperti #desperate lebih cepat mendapatkan perhatian publik dibandingkan dengan hal-hal positif seperti #Optimistic #PickMe! (misal), kok gitu ya?

Tuhkan! Lebih Kece Desperate lah! (Ulihape)
Tuhkan! Lebih Kece Desperate lah! (Ulihape)


Bias Negatif : Daya Tarik Alamiah Terhadap Hal-Hal Buruk

Ternyata gaes fenomenatren #desperate ini dapat dijelaskan melalui konsep psikologis yang dikenal sebagai bias negatif. Secara alami, otak manusia lebih peka terhadap informasi negatif. Kita berevolusi untuk lebih waspada terhadap bahaya atau ancaman agar dapat bertahan hidup. Hal ini membuat kita bereaksi lebih cepat dan intens terhadap peristiwa yang bersifat negatif dibandingkan yang positif. Lihat saja Pak polisi lebih bergerak cepat ketika seorang selebgram mempublikasikan sesuatu dengan hestek #help yang viral, atau seperti seseorang yang memasang poto profil dengan bingkai #Desperate langsung mendapatkan pekerjaandua minggu kemudian setelah setahun penuh memasang poto dengan tagar #OPENTOWORK, see?

Ketika seseorang mengunggah kisah pilu atau menggunakan tagar #desperate, mereka menonjolkan aspek negatif dari situasi mereka, yang dengan cepat membangkitkan perhatian dan simpati dari orang lain. Kisah sedih lebih cepat menyentuh perasaan karena melibatkan emosi yang dalam, seperti rasa kasihan, empati, atau bahkan rasa tanggung jawab untuk menolong. Secara naluriah, kita terdorong untuk merespons cerita seperti ini dengan memberikan dukungan, entah dalam bentuk komentar, berbagi cerita, atau bahkan membantu secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun