Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Nggak Bisa Nabung, Kok Malah Belanja?

1 Oktober 2024   20:24 Diperbarui: 8 Oktober 2024   13:14 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Doom spending. (Unsplash via Kompas.com)

Jujurly aku sering banget begini, dan ternyata kebiasaan ini ada sebutannya loh! Topik kompasiana hari ini akhirnya membuat aku jadi menulis tentang Doom Spending. 

Konon katanya dan menurutku ada benarnya bahwa fenomena doom spending punya kaitan erat dengan stres dan keadaan ekonomi seseorang. Ketika seseorang merasa tidak mampu mencapai stabilitas finansial atau merasa terlalu jauh dari impian seperti "menjadi kaya," hal itu bisa memicu perilaku belanja impulsif sebagai bentuk pelarian atau penghiburan. 

Mungkinkah itu yang aku alami? Atau perasaan YOLO "You Live Only Once?" entahlah, aku sering melihat temna-temanku yang kaya tak bahagia, kadang mereka bingung bagaimana mendapatkan kebahagiaan dari uang yang dimilkinya. Sementara aku uang yang ada padahal tak banyak tapi kok bisa bahagia ya ngabisin uang haha.

Dalam psikologi, kondisi ini dikenal sebagai escapism---menggunakan kegiatan tertentu, seperti belanja, untuk melarikan diri dari kenyataan yang penuh tekanan. Selain itu, stres karena beban ekonomi yang tinggi dapat membuat seseorang merasa kehilangan kontrol atas keuangannya, dan mereka mungkin berpikir, "Jika tidak bisa menjadi kaya, lebih baik menikmati hidup sekarang dengan menghabiskan uang."

ulihape 
ulihape 

Doom Spending, Mengapa Generasi Z dan Milenial Rentan dan Tips Menghindarinya

Dalam era konsumen yang dipenuhi dengan kemudahan akses digital, generasi Z dan milenial sering kali terjebak dalam perilaku belanja impulsif yang disebut sebagai "doom spending". 

Fenomena ini bisa jadi muncul karena penggunaan teknologi yang mendukung kemampuan belanja online dengan cepat dan tanpa batas. Namun, apa sebenarnya doom spending, dan bagaimana cara mengelolanya?

Apa Itu Generasi Z dan Milenial?

Generasi Z (kelahiran pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an) dan milenial (kelahiran antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an) adalah generasi yang tumbuh di era teknologi dan informasi. Gen Z cenderung terbiasa dengan teknologi digital dan memiliki kecenderungan dalam gaya hidup yang lebih terhubung secara online. Kalo aku ya lebih jago dari Gen Z haha dari teknologi sederhana sampai secanggih hari ini.

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending merujuk pada kebiasaan belanja yang dilakukan tanpa pertimbangan matang, seringkali karena dorongan emosi atau impulsif. Ini bisa terjadi saat seseorang membeli barang yang tidak diperlukan atau melebihi kemampuan finansialnya, sering kali tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Dan seperti diawal bahwa doom spending ini punya kaitan dengan kondisi psikis seseorang.

Apa yang Dirasakan Saat atau Setelah Doom Spending?

Aku pribadi biasanya nggak merasa apa-apa sih, mungkin juga karena yang aku beli adalah kebutuhan atau keinginan yang sudah lama aku tunda? Namun bila itu adalah fenomena doom spending biasanya pelaku setelah melakukan doom spending mungkin merasakan penyesalan, kecemasan finansial, atau bahkan tekanan psikologis karena keputusan impulsif tersebut. 

Hal ini bisa mempengaruhi kesejahteraan mental dan finansial jangka panjang. Duh apalagi ya saat ini paylater itu kek menjerat GenZ belanja tanpa ada uang tetap bisa punya barang.

Tips Menghindari Doom Spending

1. Buat Rencana Belanja 

Tetapkan anggaran dan prioritas belanja sebelum memasuki toko atau situs online, sebagai Ibu aku juga udah punya anggaran buat belanja kebutuhan dapur, kamar mandi, laundry, dan alokasi pendidikan anak, kewajiban Utaman dulu pokoknya.

2. Berikan Batas Waktu

Beri diri waktu untuk memikirkan pembelian, hindari belanja saat emosi sedang tidak stabil.

3. Evaluasi Kebutuhan vs Keinginan

Pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya diinginkan. Masalahnya apa yang dibutuhkan biasanya ku inginkan sih haha becyandaa!

4. Gunakan Daftar Belanja

Banyak yang berhasil dengan melakukan ini, tulis daftar barang yang dibutuhkan sebelum berbelanja untuk menghindari impulsif belanja yang tidak perlu. Namun aku pribadi tidak melakukannya karena jarang juga melenceng kalau saat berbelanja

5. Kontrol Akses Digital

Batasi akses ke platform belanja online dan aplikasi e-commerce jika perlu. Untungnya aku generasi yang masih suka berbelanja offline dan merasa nggak asyik aja kalau beli online, kadang merasa terselamatkan juga.

Apa Saja yang Diperhatikan Sebelum Memutuskan Membeli Barang?

Sebelum membeli barang, penting untuk mempertimbangkan beberapa hal:

- Apakah barang tersebut benar-benar diperlukan?
- Apakah bisa membeli barang tersebut tanpa mengorbankan kebutuhan lain?
- Apakah ada opsi yang lebih murah atau lebih sesuai dengan anggaran?

Dengan mempertimbangkan hal-hal ini, generasi Z dan milenial dapat mengurangi risiko doom spending dan mengelola keuangan secara lebih bijak. Dengan begitu, kita bisa lebih fokus pada mencapai tujuan finansial jangka panjang dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun