Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukurlah Bila Sudah Dimaafkan, Jangan Menuntut Lebih!

20 Agustus 2024   10:07 Diperbarui: 20 Agustus 2024   10:10 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Forgive But Not Forget : Mengapa Hal yang Menyakitkan Sulit Dilupakan Meskipun Sudah Memaafkan

Memiliki kemampuan untuk memaafkan adalah tindakan mulia yang mengarah pada pemulihan diri dan kedamaian batin. Namun, mengapa kadang-kadang hal-hal yang menyakitkan tetap menghantuimu meskipun kamu sudah memberi maaf? Ini adalah pertanyaan yang mengungkapkan kompleksitas emosi dan ingatan manusia. Lagian memaafkan dan melupakan itu jangan jadikan satu paket dong, kebiasaan nih maunya hemat mulu!

Gimana ya? Bukankah harusnya bersyukur bila aku sudah maafkan? Mengapa kau menuntut untuk dilupakan? Aku bisa menatap matamu, berbicara sopan bisakah dianggap bagian dari melupakan? meski aku tak bisa lagi seperti dulu menyapamu?

Begitu kira-kira aku menjawab bila ada yang menanyakan sikapku ketika berubah menghadapi seseorang. Memaafkan saja bukan proses mudah, butuh pergulatan batin untuk bisa tak benci melihat wajahnya, butuh ketenangan untuk tak mengumpat bila sedang bicara dengannya, namun mengapa harus menuntut untuk melupakan dan menganggap tak ada?

Aku mungkin termasuk tipe easy going, kerap masih bisa tersenyum manis kepada orang yang sudah menjahatiku. Namun ada kalanya aku memang tak mau berurusan lagi dengannya, cukup sudah! Apakah salah bila aku mengendalikan diriku demikian? Mengapa ketakmampuan melupakanku menambah persoalan dalam hidupnya? Justru bila sudah dimaafkan maka perbaiki diri, tunjukkan keseriusan bahwa layak dimaafkan dan layak diterima kembali.


Mengapa Sulit Dilupakan?

Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa memaafkan bukan berarti melupakan sepenuhnya. Ingatan tentang pengkhianatan, kekecewaan, atau penderitaan sering kali meninggalkan bekas yang dalam di pikiran dan hati kita. Meskipun kita mampu memahami alasan seseorang atau memahami bahwa mereka telah berubah, ingatan akan pengalaman negatif tetap mengikuti.

Selain itu, pengalaman emosional intens seperti itu sering kali terkait dengan reaksi kimia di otak kita. Ketika kita mengalami rasa sakit atau pengkhianatan, otak kita melepaskan hormon stres yang memperkuat ingatan terkait peristiwa tersebut. Ini menjelaskan mengapa bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, kenangan tersebut dapat terasa segar kembali dengan hanya sedikit pemicu.

Apalagi bagi seorang perempuan tanpa disakiti saja memori nya kuat, kebayang kalo lu sudah menyakiti perempuan? Guru sejarah saja kalah haha, makanya bila sudah dimaafkan berusahalah untuk tak menyerempet hal yang sama.

Proses Kesembuhan

Memaafkan adalah proses yang membebaskan jiwa dari beban dendam dan kemarahan. Namun, untuk melupakan, itu membutuhkan waktu dan usaha yang lebih banyak. Banyak orang menemukan bahwa mengubah fokus mereka dari kesalahan orang lain ke pertumbuhan pribadi dan belajar dari pengalaman merupakan langkah penting dalam melepaskan ingatan yang menyakitkan. Dan tetaplah ingat ketika sudah mendapat maaf maka jangan menuntut lebih, serakah namanya!

Mungkin bagi pria rerata demikian memaafkan artinya melupkan, makanya banyak pria yang terus jatuh ke lubang yang sama karena mudah melupakan.  Memaafkan adalah langkah pertama menuju kedamaian batin, tetapi melupakan adalah perjalanan yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Hal ini normal untuk terus mengingat kenangan yang menyakitkan, tetapi yang penting adalah bagaimana kita menggunakan pengalaman tersebut untuk tumbuh dan belajar. Dengan waktu dan kesabaran, kita dapat mencapai kedamaian dalam diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun