Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Panti Jompo Bukan Budaya Kita, tapi Bisa Jadi Kebutuhan di Masa Depan

11 Juni 2024   12:24 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:23 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo Kompasianers!

Duh udah lama banget aku pengen nulis dan finally akhirnya ada tema yang pengen banget aku ulas yaitu terkait Panti Jompo! Duh napa sih apa-apa di Indonesia ini diributkan ya? Ada sedikit ide eh ribut! makanya jangankan eksekusi akhirnya yang udah jelas aja jadi buram lagi, makanya ya negara kita nggak maju-maju soalnya kebanyakan debat!

Terkait panti jompo bukan budaya kita ya bisa jadi ada benarnya, namun kalau masalah mengabaikan orangtua rasanya ada banyak kasus juga yang terjadi di dalam rumah sendiri tanpa harus di panti jompo. 

Aku terusik dengan panti jompo ini karena dulu saat aku memutuskan menitipkan anakku ke penitipan anak yah bahasa kerennya "day care" ada banyak suara yang mampir langsung kepadaku.

"Duh apa kakak berani nitipkan emas ke orang lain?" Padahal anak dan emas adalah dua hal yang berbeda, ibarat kata lu juga bisa santuy kan ninggalin emas di laci lemari? Tapi apakah bisa santuy meninggalkan anak di kamar sendirian? Rasanya tidak! jadi di negara kita tuh suka banget memutuskan pilihan orang lain dengan analogi yang salah.

"Hati-hati loh kak ntar anakmu menitipkanmu di panti jompo loh," tanggapan ini aku komentari dengan "Lah kenapa tidak" selama anakku memilihkan panti terbaik sebagaimana aku memilih day care untuknya". 

Penitipan Anak (Day Care)

Mungkin sampai hari ini masih ada anggapan kepada orangtua yang menitipkan anaknya ke day care dengan label "TEGA" padahal yang aku lakukan adalah hal terbaik dengan kondisiku. 

Day care yang ku pilih sesuai jangkauan keuanganku, aku pastikan pengasuhan yang baik, aku pastikan day care memberikan nutrisi terbaik, aku pantau day care secara berkala dan alhamdulillah anakku sampai usia 9 tahun berada di day care dan mereka bahagia.

Kalau kalian punya tanggapan atas hidup orang lain maka ingatlah aku juga bisa menanggapinya, contohnya saat tetanggaku merasa iba dengan anakku di day care, sebaliknya akupun iba melihat anaknya hanya diasuh pembantu which is aku sering menjadi saksi anak-anaknya "diancam" ketika tak mau makan atau mandi "ayo mandi nanti diculik hantu loh!" atau "ayo makan! sambil memasukkan suapan nasi ke mulut anaknya "

Well! sebaiknya kita saling mendukung saja karena kita tak pernah tahu kondisi seseorang, bahwa keputusan yang diambil juga sulit bagiku namun itu adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan untuk kebaikan keluargaku.

Lalu saat ini ada berapa banyak perusahaan yang mengeluarkan anggaran untuk membuat day care? Demi apa? demi memberi dukungan kenyamanan bagi pekerjanya khususnya pekerja wanita yang memiliki anak. Bahkan biaya day care di Jakarta per bulan saat ini mungkin bisa membeli paling sedikit 5 gram emas, udahlah ya jelas lebih mahal anak daripada emas ya kan?

Keberadaan day care saat ini sudah menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan, di lingkungan rumahku saja ada banyak day care dengan berbagai pilihan biaya dan fasilitas, so aku pikir panti jompo juga akan demikian di masa datang bukan lagi sebuah hal tabu melainkan kebutuhan.

Diolah pribadi Uli Hape dari dreamstime.com
Diolah pribadi Uli Hape dari dreamstime.com

Menitipkan Orangtua di Panti Jompo, Sebuah Alernatifkah?

Bu Risma bisa jadi sama seperti kebanyakan orangtua kita lainnya, generasi baby boomers tentu saja akan menganggap kita sebagai anak durhaka bila mengantar mereka ke panti jompo. Tapi tidak bagiku bila kelak anakku bertanya kepadaku, dan itu sudah pasti karena keterbatasannya. Sama sepertiku dulu ketika aku menitipkannya ke day care bahkan tanpa diskusi sudah aku putuskan itu yang terbaik. 

Bila anakku tak bisa membersamaiku sepanjang hari seperti aku dulu kepadanya, bila anakku khawatir meninggalkanku sendirian tanpa adanya teman sosial maka aku akan menyetujuinya atau bisa jadi aku juga menginginkannya. Karena benaran loh nggak tenang meninggalkan lansia di rumah sendirian, apalagi kalau kondisi sakit.

Ada banyak kasus pertolongan terlambat yang membuat para lansia meninggal di rumah. Paling tidak sama seperti di day care biasanya akan lebih cepat tanggap karena memang tersedia tenaga ahli untuk menjaga anak maupun lansia.

Aku suka menonton Drama Korea (drakor) dan tema panti jompo kerap hadir di berbagai latar belakang kisah sehingga bagiku panti jompo adalah sebuah alternatif bagi pengasuhan orangtua yang lebih terarah. 

Di Korea Selatan lewat isu yang ada di drakor nggak semua panti jompo itu bagus dan tentu saja ada harga ada rupa itu juga berlaku bagi panti jompo. Lansia di Korea Selatan juga nggak semua mau stay di panti jompo namun pemerintah juga punya program untuk merawat lansia yang stay di rumah, jamin deh di negara kita belum sanggup mengurusin lansia! Wong isu anak saja masih banyak terabaikan ya kan?

Indonesia dan Lansia

Label anak durhaka dan mengumpulkan pahala adalah isu budaya dan agama yang tak terpisahkan. Lah sekelas pemimpin saja bisa bilang orangtua yang di panti jompo itu wujud anak membuang ortu nya.

Indonesia memang populasi lansia dan usia produktif lebih banyak yang produktif sih, berbeda dengan negara Korea Selatan dan Jepang yang sudah familiar dengan menghabiskan masa tua di panti jompo, di sana populasi lansia emang lebih banyak makanya negara hadir merawat lansia. Kalau kita? Lah itu anaknya banyak, masak satu aja nggak bisa ngasuh orangtua? Begitulah pemikiran banyak orang.

Padahal terlepas dari pahala, mengasuh orangtua itu nggak mudah. Orangtua yang sehat saja banyak cekcok sama anak, kebayang kalao orangtua udah sakit-sakitan? 

Jadi kalau aku memandang keberadaan panti jompo justru menjadi alternatif yang baik untuk merawat orangtua, toh sama seperti menitip anak di daycare tetap kita rawat dan kunjungi, pun begitu ketika orangtua berada di panti jompo tentu kita bisa mengajak pulang atau sekedar mengunjungi untuk melepas rindu.

Selain budaya dan agama tantangan lain panti jompo di Indonesia adalah kemampuan membayar, emang mampu bayar? Wong waktu aku mau cari daycare aja udah bingung sama biayanya. Maka tak akan berbeda dengan panti jompo dan berdasarkan searching di Google nemulah aku dengan satu artikel tentang biaya stay di panti jompo dan wow jujur saja aku belum sanggup untuk mengeluarkan biaya bulanannya.

Panti Jompo di Indonesia Sudahkah Ramah Lansia?

Kalau menonton drakor vibes lansia yang stay di panti jompo tuh bahagia banget, mereka dirawat tenaga ahli, kebutuhan sosialnya dipenuhi seperti diajak ke taman, diajak bermain bahkan diberikan aneka kegiatan yang membuat mereka bahagia. Indonesia? Aku beberapa kali berkunjung ke panti jompo dan entah karena itu gratis ya maka suasana yang ada membuat iba hatiku. 

Meski ketika menyapa mereka ternyata mereka bahagia, "daripada di rumah anak saya bingung nggak ada teman", atau ada juga yang komen terjatuh dan menahan sakit hingga anaknya kembali ke rumah karena pembantu yang menemani juga nggak tahu mau membawa berobat kemana.

One day ketika panti jompo menjadi kebutuhan aku yakin akan ada persaingan dalam menyediakan fasilitas dan layanan, yah mari kita tunggu masa itu datang. Dan sejak saat ini mulailah menabung untuk hari tua, mungkin bukan sekedar mempersiapkan holiday tapi supaya kelak bisa bebas memilih panti jompo yang asyik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun