Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sepi Job karena Bertambah Usia, Yes or No?

16 Agustus 2023   21:51 Diperbarui: 20 Agustus 2023   16:36 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blogger dan Ageisme

Aku melabel diri sebagai blogger sejak tahun 2013, awal aku punya blog pribadi dan tahu bahwa blogger bisa menjadi ladang cuan. Semakin tahun perkembangan sosial media semakin ramai, blogger dipaksa bisa menjadi influencer so bukan hanya sekedar menulis namun harus mampu juga membuat tulisan menjadi media lain seperti platform video maupun sekedar visual grafis.

Tak cukup sampai disitu blogger juga dituntut memiliki jumlah follower minimal untuk bisa mendapat job dari sebuah brand, semula ada dua kategori blogger dan selebgram namun kini brand mencari blogger yang mampu menginfluence followernya, alhasil jangan heran kini blogger juga mampu punya follower puluhan ribu.

Memasuki usia 40 tahun, aku merasa semakin sedikit peluang job menulis yang bisa aku apply, kalau dulu kepentok jumlah follower sosial media kini banyak brand yang memberi syarat usia, dan usia 40an jarang yang meminta. Padahal meski usia 40 aku juga suka melakukan apa yang brand butuhkan, meski usia kepala empat nyatanya aku juga masih punya anak kecil, mengapa dibatasi Ibu usia 35 tahun memiliki anak kecil? 

Bukan hanya aku, banyak teman blogger yang tidak masuk lagi usianya menyayangkan pembatasan usia, namun ya balik lagi andai aku pihak brand maka jujur saja aku juga akan membatasi usia untuk lebih efektif mencapai target market, begitu aku kerap memaklumi diskriminasi usia ini.

Pengertian Ageisme dalam Industri Influencer

Ageisme adalah pandangan atau perlakuan diskriminatif yang didasarkan pada usia seseorang. Dalam dunia influencer, ageisme merujuk pada praktik membatasi peluang berdasarkan usia, baik dalam menerima tawaran kerjasama, pekerjaan, atau meningkatkan keterlibatan di media sosial. Terlepas dari nilai konten dan dampak yang dihasilkan, beberapa influencer menghadapi hambatan akibat batasan usia yang diterapkan oleh brand atau agensi.

Mengapa Beberapa Brand Menggunakan Batasan Usia

Beberapa brand mungkin menerapkan batasan usia pada influencer atas pertimbangan berikut :

1. Target Audiens Tertentu : Brand mungkin percaya bahwa influencer dalam kelompok usia tertentu lebih mampu menjangkau dan berbicara langsung kepada target audiens mereka.

2. Daya Tarik Visual : Dalam beberapa kasus, brand menginginkan influencer yang memiliki tampilan fisik atau gaya yang sesuai dengan produk atau layanan yang dipromosikan. Jujurly aku setuju sih, karena agak geli emang kalo produk anak muda trus aku ikutan hehe

3. Relevansi Pengalaman : Brand mungkin berpikir bahwa influencer yang memiliki pengalaman hidup yang serupa dengan audiens target akan lebih mampu membuat konten yang terasa relevan, tapi usia matang justru menurutku punya konsep lebih mengena karena sudah berpengalaman l.

Keuntungan dan Kekurangan Menerapkan Ageisme pada Influencer

Keuntungan :

Target Pasar yang Tepat

Memilih influencer berdasarkan usia tertentu dapat membantu brand menyampaikan pesan mereka secara lebih efektif kepada segmen pasar yang mereka tuju.

Konektivitas dengan Audiens

Influencer dari kelompok usia yang sama dengan audiens target cenderung dapat membangun konektivitas yang lebih kuat dan autentik.

Relevansi Konten

Influencer yang berusia sejajar dengan audiens target memiliki peluang lebih besar untuk membuat konten yang merespons tren, kebutuhan, dan keinginan aktual.

Kekurangan

Mengabaikan Kreativitas dan Kualitas Konten : 

Menerapkan batasan usia dapat mengabaikan kreativitas, kualitas konten, dan pandangan unik yang bisa datang dari influencer dari berbagai kelompok usia.

Pengkotakan dan Stereotip

Praktik ini dapat memperkuat pemisahan kelompok usia, menciptakan stereotip, dan mengabaikan keragaman yang ada dalam setiap kelompok.

Potensi Menguatnya Diskriminasi

 Ageisme dalam pemilihan influencer dapat menjadi contoh yang merugikan dalam memerangi diskriminasi berdasarkan usia di masyarakat secara lebih luas.

Ageisme dalam industri influencer mengundang kita untuk merenungkan nilai sebenarnya dari pengalaman, kreativitas, dan pandangan yang beragam yang bisa datang dari berbagai kelompok usia. Meskipun memahami preferensi audiens adalah penting, mempersempit ruang bagi influencer berdasarkan usia saja dapat mengorbankan potensi untuk konten yang lebih kaya, inklusif, dan berdampak. 

Oleh karena itu, penting bagi brand dan agensi untuk mempertimbangkan kualitas konten, visi, dan kepribadian saat memilih influencer, tanpa harus terlalu terfokus pada angka usia.

Nah bagaimana pendapat kalian? Aku sih No untuk pembatasan usia, kalo kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun