Tetangga
Kalau membaca di berbagai literatur pengertian tetangga adalah orang yang berdekatan rumahnya, bahkan ada ungkapan bahwa saudara terdekat kita adalah tetangga.Â
Hidup bertetangga sudah aku kenal sejak kecil, rumah tapak kami selalu bermukim di sebuah daerah yang padat penduduknya. Zaman dahulu apartemen itu belum ada, jadi emang nggak kepikiran sih untuk hidup sendiri.
Sebagai makhluk sosial tentu kita juga diajarkan untuk saling berinteraksi, dan bisa terlaksana berkat hidup bertetangga. Selama menjalani peranan hidup bertetangga, alhamdulillah aku suka bahkan ketika sudah mengenal konsep rumah yang bernama apartemen, nggak kebayang sih hidup tanpa tetangga.
Karena butuh tetangga maka setelah menikah, aku pun mencari hunian yang ada tetangganya.
Selama menuju 11 tahun menikah dan hidup bertetangga rasanya baik-baik saja, dan kali ini aku mau cerita tentang drama hidup bertetangga yang pernah aku alami, baik sebagai seorang anak maupun saat ini seorang istri dan Ibu.
Kisah Drama Hidup Bertetangga
Kejadian ini terjadi waktu aku masih kecil, kalau tak salah aku baru kelas dua SD. Pagi itu aku melihat kedua orang tuaku beradu mulut. Mamakku tipe yang sangat menjaga harmonisasi dalam hidup bertetangga, jadi meski cekcok mereka suaranya pelan, pokoknya jangan sampai tetangga dengar.Â
Lah tapi aku kan melihat mereka, aku punya rasa takut "ini orang dewasa pada ngapain kok sepertinya mengerikan".Â
Dalam takut aku merasa harus mencari bantuan, dan bantuan terdekat tentu saja meminta tolong tetangga. Maka aku berlari ke pintu belakang sekuat tenaga aku berteriak, "Tolong...tolooooong, toloooong mamak papaku berantem, tolooooong."Â
Pagi yang sunyi itu pecah dengan teriakanku, spontan tetangga berhamburan menyamperiku dan bersama kami masuk ke dalam rumah dan tahu apa yang aku temui, "Mamakku pingsan, papaku tersenyum."