Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, khususnya setelah memiliki anak aku nggak punya trik khusus melakoninya. Aku hanya belajar dari masa laluku, aku selalu mengingat dulupun aku adalah seorang anak. Jadi ketika anakku melakukan sesuatu aku kerap bilang kepada suami "udah jangan digituin, dulu mami pas seusia Kanda juga begitu". Trus diapain? Ya nggak diapa-apain karena anak-anak tuh paham kok kalo mereka slah tapi nggak mau disalahkan. Lantas apakah kita biarkan demikian? Tentu tidak, ingatlah masa kecilmu lalu tanya pada dirimu kapan saat yang tepat untuk memberi nasihat?
Cara seperti ini lumayan jitu buatku, anakku kerap mengatakan "kok mami tahu sih?" itu karena aku melihat diriku sendiri, masa kecil tak semuanya menyenangkan namun dari sana aku bisa belajar menghadapi kedua anakku. Bahkan aku cenderung nggak khawatir berlebihan karena aku yakin selama kita sebagai orang tua memberi contoh yang baik maka meski dalam perjalanan anak tak sesuai harapan kita maka percayalah mereka akan kembali kepada sosok kedua orang tuanya. Jadi nggak salah kalau ada yang bilang "anak adalah cerminan orang tua"
Remaja Sebuah Fase Kehidupan
Kalau dingat-ingat kenapa ya pas remaja dulu aku bandel? Jawabannya tuh nggak lain ya karena itu adalah fase kehidupan, menurutku Maudy Ayunda sekalipun pasti mengalami fase sebagai anak remaja yang menimbulkan debata dengan kedua orangtuanya. Bahkan seorang psikolog Dr. James E. Gardner mengakui bahwa cara terbaik untuk menangani remaja adalah dengan mengunci mereka di dalam gudang saat berumur 12 tahun dan melepaskannya kembali pada saat mereka berusia 20 tahun, so it's mean memang anak remaja nih susah dihadepi yes!
Konon katanya menghadapi anak remaja jauh lebih repot dari balita yang tak bisa apa-apa, percaya nggak kalau remaja tuh hanya butuh didengar. Dulu aku kerap beradu argumen dengan mamak papa, apa aja yang mereka katakan tetap nggak masuk akal bagiku. Dan ternyata dari zaman dahulu hingga zaman now ngadepi anak remaja tuh sama aja, sama repotnya! Gitu aja kok repot! malah jadi sebuah tanda tanya bagi remaja ketika orang tuanya kelimpungan akan ulahnya haha.
Persoalan Anak Remaja
Pernah aku hadir dalam seminar parenting ternyata persoalan anak remaja tuh berasal dari 3 sumber  dan hal inis ering disebut dengan istilah segitiga masalah remaja:
- Keluarga, banyak keluarga yang gagal menjadi "rahim sosial" bagi anaknya, keluarga adalah tempat anak berkembang menuju kedewasaan. Namun ketika keluarga tak bisa menjalankan fungsinya maka jangan heran kita suka bilang anak zaman now "dewasa sebelum waktunya". Akupun mungkin sudah gagal membuat anak-anakku tumbuhs esuai usianya, satu-satunya cara aku selalu berdo'a supaya Allah menjaga keimanan anak-anaku, selebihnya aku berusaha untuk memberia batasan pada anak-anak
- Sekolah, permasalahan remaja lainnya muncul dari sekolah. Dulus ebelum pandemi anak-anak berkutat seharian di sekolah bisa dibilang anak-anak bertemu dengan lingkungan sekolah jauh lebih lama dibanding keluarga.
- Materialisme, dimana remaja adalah korban dari sistem masyarakat modern yang dicptakan oleh masyarakat kapitalis-materialis. ehhmm pernah ya moms baca berita yang anak gantung diri hanya karena tidak dibelikan motor atau handphone? Bagi kita mungkin terheran-heran mendengarnya "kok bisa?" ketika anak-anak merasa terasingkan karena tak sanggup memiliki barang yang sama dengan temannya maka dia memilih cara untuk tak terlihat sekaligus.
Solusi Menghadapi Anak Remaja
- Pendidikan Agama, percaya deh pada akhirnya Agama adalah pondasi yang kuat bagi kita dan anak remaja. Aku dulu begitu bandelnya, selalu membuat masalah, membuat mamak marah. Pada akhirnya aku menyadari bahwa aku salah karena telah menjadi anak yang tak menghormati orang tua. Rasa berdosa itu muncul karena aku paham agama.
- Latih Anak Menjadi Dewasa, mungkin lebih tepatnya mandiri. Kita harus melatih anak-anak mempunyai tujuan dalams etiap hal yang dia lakukan. Salah satu contoh ilmu parenting yang aku suka adalah keluarga Mona Ratuliu setiap anak mau menginginkan apapun harus membuat proposal. Tujuannya pasti ingin membuat anak-anak paham tujuan, dan dengan begitu anak-anak pasti akan terbiasa menghargai barang yang dimilikinya
- Perkenalkan Anak dengan Resiko, sedini mungkin kita sudah melatih anak-anak untuk mengenali setiap resiko yang ada dalam pilihannya
- Jangan Membantah Anak, anak remaja hanya butuh didengar maka jangan bantah mereka. Ingat dong ah sebagai mantan remaja kita nggak suka banget dibantah yes. So dengarkan mereka dan kalaupun ingin mengarahkan lakukan dilain hari jangan membantah disaat anak sangat excited dengan apa yang dia bicarakan.
Well, sebagai manatan remaja tentu kita tahu apa yang dirasa anak remaja. Berdamai dengan mereka dan ingatlah dulupun kita adalah remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H