Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pariban, Jodoh yang Kutolak

27 Mei 2021   15:30 Diperbarui: 29 Mei 2021   17:54 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pariban, Jodoh Siap Pakai Tapi Ku Tolak, by Ulihape

Bagi orang Batak pasti sudah paham apa yang dimaksud dengan Pariban. Sejak kecil aku sudah tahu kalau aku memiliki Pariban, jadi dulu aku percaya diri banget pasti punya suami diusia yang aku inginkan, ada Pariban ini toh? Pariban itu adalah anak dari saudara Ayah atau kalau kamu anak laki-laki  maka paribanmu dari Ibu. Karena yang suku Batak hanya papa maka Paribanku hanya ada satu hal ini dikarenakan Papa hanya memiliki satu orang saudara perempuan. 

Sebaliknya saat ini aku punya 4 saudara laki-laki maka anak lelakiku adalah pariban bagi anak perempuan saudara laki-lakiku karenanya aku dipanggil namboru, sementara anak perempuan saudara laki-laki ku disebut sebagai boru tulang. Dari sapaan saja orang Batak sudah paham, bila mendengar aku dipanggil Bou maka semua tahu anak kami punya hubungan marpariban. 

Ketika aku mudik ke kampung Papa, saat aku berjalan dengan Paribanku reaksi orang akan bahagia karena melihat pasangan yang berjodoh haha. Beranjak remaja aku mulai nggak suka dengan istilah Pariban, apalagi kami beda kota dan jarang bertemu jadi memang nggak ada hubungan yang intens yang membuat aku dan dia memiliki "rasa". 

Lalu setelah kuliah aku mulai berpikir ngapain sih menikah dengan Pariban? Saudaranya itu-itu juga, alhasil sejak itu aku malas banget kalau Bouku (Kakaknya Papa) masih berharap padaku untuk menjadi jodoh anaknya. Lah secara kalau aku menikah dengan Pariban artinya nenek kami sama dong ya haha, iparku adalah sepupuku oh my god kok sempit banget. Untunglah Mamakku orang Minang sehingga ketidaksukaanku akan menikah dengan Pariban juga didukung Mamak.

Paribanku pun memahaminya, namun ketika dia mau menikah sempat memastikan kembali apakah aku memang tak menginginkannya menjadi jodohku? Hasilnya ya memang aku menolak menikah dengan Pariban. Nah kalau mau mengikuti adat seharusnya ketika aku menikah dengan orang yang tak punya marga maka suamiku harus diberi marga yang sama dengan Paribanku, namun apa sih gunanya ya kan? hehe Selain itu ada juga kadang perjanjian antara Pariban, misal kalau aku menikah lebih dulu maka aku memberi pelangkah untuk Pariban karena dianggap meninggalkan jodoh yang sudah ada. Karena suami eike nggak bisa dipalak ya sudahlah Paribanku ikhlas aja deh melepas paribannya menikah dengan pria lain.

Kini aku sudah menikah, Paribanku juga sudah menikah dan ternyata tetap saja kalau kami ketemu orang-orang akan bilang "mana Paribanmu?" mana jodohmu? Alhasil kalau ketemuan Pariban kikuk seperti ketemu mantan haha padahal nggak pernah jadian ya sis. Namun sejak lahir sudah punya Pariban makanya jodoh orang batak itu sebenarnya terjamin banget dengan keadaan Pariban haha.

Keberadaan Pariban ini jelas membuat pede anak perempuan, merasa sudah memiliki jodoh sejak kecil. Cinta bisa saja tumbuh karena keadaan, dan menikah dengan Pariban dampak positifnya palingan hanya karena sudah saling kenal, tapi nggak ada juga yang menjamin menikah dengan Pariban menjamin bahagia. Justru ketika ada masalah maka rusaklah hubungan keluarga.

Tahun 2019 aku sempat mempertemukan suamiku dengan Paribanku, yah gitu deh tetap aja kek ketemuan sama mantan haha, kikuk habis.

Lagu ini adalah tentang asyiknya punya Pariban hehe, mau genit-genitan ya nggak ada yang marah wong genit-genitan dengan jodohnya ye kan? hahaha 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun