Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tatap Muka Ditiadakan, Sekolah TK Terancam Bubar?

25 Juni 2020   13:26 Diperbarui: 25 Juni 2020   13:26 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4 bulan lalu saat Presiden mengumumkan adanya Pandemi Covid maka sangat diminta untuk melakukan ibadah, bekerja dan belajar dari rumah. Tujuanya untuk memutus rantai penularan Covid-19. saat Kegiatan Belajar Mengajar jadi beralih menjadi BDR (Belajar Dari Rumah) sebagai Ibu pekerja yang kebetulan melaksanakan WFH maka ada kesenangan tersendiri. Saya jadi bisa tahu kemampuan anak-anak, WFH mendekatkan saya dengan anak-anak bahkan saya juga bisa merasakan betapa jasa guru memang sangat mulia.

Lalu Mas Menteri memutuskan Tahun Ajaran Baru tetap di bulan Juli dan KBM masih akan dilaksanakan dari rumah namun kebijakan lain seperti WFH sudah tidak ada seolah membuat keputusan Mas Menteri menjadi tak berarti. Transportasi publik sudah dioperasionalkan dan ada banyak orang tua yang mengajak anaknya naik bis, tempat liburan sudah dibuka sampai-sampai ada orang tua yang bete karena adanya pembatasan usia anak yang boleh masuk.

Semua akses dibuka dengan protokol baru, anak-anak sudah jalan ke mall di depan mall mereka cuci tangan, menggunakan masker dan semua fine-fine saja? Mengapa sekolah gak boleh di buka dengan protokol baru? Sekolah anak saya di depan pagar sudah memasang tempat cuci tangan berderet, lalu sekolah anak saya juga sekelas berisi 20 orang saja, sehingga bila diadakan tatap muka dengan adaptasi baru saya yakin pasti bisa. Tatap muka itu penting karena itu adalah bagian yang menurut saya tak bisa diisi oleh orang tua.

Dilema Sekolah TK

Anak kedua saya tahun ajaran baru ini naik ke TK B, TK B adalah harapan saya supaya anak saya bisa melakukan sosialisasi dan belajar membaca sebagai persiapannya untuk masuk SD di tahun selanjutnya. Namun sekolah anak saya tak berani mengambil keputusan apapun selain mematuhi aturan pusat dengan melanjutkan BDR sampai waktu yang tak ditentukan.

4 bulan lalu saya sudah mencoba BDR si anak TK, namun saya kesal melihat ketidakdisiplinan, misal teman-teman anak saya bisa mengumpulkan tugas sesuka hatinya, teman-teman anak saya bisa bangun kapan saja mereka mau. Gurunya sampai mengirim pesan ke saya karena merasa kagum anak saya bisa belajar seperti jam sekolah.

TK Gak Bisa Tatap Muka, Alhasil Anakku Les Aja deh | Dok. pribadi
TK Gak Bisa Tatap Muka, Alhasil Anakku Les Aja deh | Dok. pribadi

Ya gak ada yang berubah seharusnya, namun BDR membuat anak-anak TK ini juga bingung mungkin. Kalau biasanya bangun pagi berangkat ke sekolah, nah karena gak harus ke sekolah maka bisa gak bangun pagi? Entah ini salah dimana, kalau bu guru galak ntar dikomplain ya? Tapi kalolah BDR anak TK seperti kemarin sungguh saya sedih karena melihat anak saya tak ada kemajuan berarti.

Akhirnya saya memutuskan untuk tak melanjutkan sekolah TK anak saya, malah beberapa sekolah TK sampai ada yang berbuat konyol demi menyelamatkan sekolahannya. Teman saya sharing kalao TK anaknya mengeluarkan edaran yang isinya "SD wajib memiliki ijasah TK" seolah mengancam orang tua yang memilih tak memasukkan anak ke TK.

Saya juga memahami kegusaran pihak sekolah TK, namun kami adalah orang tua yang ingin anaknya mendapatkan hak pendidikan, BDR tak efektif buat anak TK. Guru hanya menilai berdasarkan kiriman video dan gambar, namun bisakah guru menilai behind the scene video atau poto tersebut? Anakku saja sudah mengerti untuk mengirim poto yang manis padahal setelah berpoto duh bikin mata mamak nya melotot haha.

Itulah mengapa sejak awal saya berharap Tahun Ajaran Baru diundur saja, diundur atau tidak pasti selalu ada pro kontra. Kalau sudah begini bagaimana nasib TK? Siapa yang akan mensubsidi gaji guru TK yang gak seberapa itu? Masak saya yang disuruh mikir? Saya ini orang tua yang rela menyekolahkan anaknya ya karena memang saya gak bisa mengajar, jadi kalau sekarang saya memutuskan tidak lanjut TK bukan karena covidnya melainkan karena sekolah tak melakukan tatap muka.

Alhasil sekarang anak saya sudah masuk les bimba, les bimba boleh buka tapi sekolah tidak? Duh plislah Mas Menteri kau membuat aku kek orang bodoh! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun