Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ibu Bekerja, Bahagiakah Anda Setelah Menikah?

27 Oktober 2019   09:13 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:48 5217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, habis beberes rumah dan segala keriwehan pagi hari jadi kepikiran deh ges dan ambil laptop mari kita tuliskan haha.

So gimana kehidupan setelah menikah? Meleset dari pernikahan impian? 

Agak kaget ketika membaca sebuah keluhan teman "Ini bukan hidup yang aku bayangkan". Aku lantas berpikir dulu aku membayangkan apa ya untuk kehidupan pernikahanku?

Lama aku merenung dan ternyata memang aku tak membuat jalan cerita tentang kehidupan setelah menikah, pokoknya menikah aja dulu dan biarkan kehidupan berjalan apa adanya.

Jadi benar bahwa kekecewaan, kesedihan yang kita rasakan adalah akibat ekspektasi yang tak sesuai impian? Jadi beruntunglah orang-orang yang tak menggantung kan apa-apa terhadap dunia ini karena bisa jadi akan jarang tersakiti, begitu gak sih?

Prinsip lain yang aku pahami adalah bahwa apapun yang terjadi pada kita saat ini adalah hal terbaik, apapun yang kita rasakan adalah buah perbuatan kita, pertolongan Tuhan akan tepat jadwal dan bila ada masalah maka kita pasti dimampukan karena janji Tuhan tak akan memberikan sebuah ujian di luar kemampuan kita. 

Sama seperti ujian di sekolah bahwa semua sudah ada di dalam buku namun ada saja bab yang terlewatkan begitu saja, sehingga ketika ada soal maka seperti tak menemukan jawabannya. Butuh kesabaran untuk perlahan mengulang semuanya sampai menemukan sebuah jawaban dan biasanya bisa ditemukan ketika kita sudah pasrah.

Sebagai ibu pekerja maka sejauh ini aku masih mengutamakan keluarga, bukan tak profesional melainkan aku meyakini bahwa meski aku terlambat ke kantor tapi aku tak pernah meninggalkan PR di kantor. Kalau gitu ngapain kerja sih Li? Karena aku butuh membantu suami dalam memenuhi kebutuhan kami. 

Derita ibu pekerja itu makin parah kalau di kantor teman-temannya resek, atau justru bosnya yang resek. Ada yang bosnya fine-fine aja eh giliran teman-teman yang keberatan kalau kita teng-go ataupun terlambat tiba di kantor. 

Atau sebaliknya teman-teman support banget eh bosnya yang sok perfect! Menyikapi kondisi ini mau enggak mau memang harus bisa memastikan diri kita tak melakukan kesalahan apapun dalam bekerja.

Urusan telat datang, sering teng-go biarkanlah menjadi urusan HRD, mengapa? Karena perusahaan ada aturan dan bila dirasa kita sebagai karyawan sudah melakukan keasalahan maka gunakan undang-undang yang berlaku, selebihnya gunjingan orang lain skip saja. Karena mendengarkan mereka tak akan meringankan kondisi kita.

Itu mengapa meski kadang aku sudah siap ngegas motor tiba-tiba anakku lari mendekat, "Mami..mami aku mau dimasakin nugget!"

Fiuh!

Pengen banget sih bilang, "Duh mami udaah telat nih". Tapi aku tahu keinginan itu enggak akan datang berkali-kali, biasanya aku akan turun dari motor langsung ke dapur nyalain kompor, cuman goreng nugget loh ya. alau yang keluar dari mulutnya rendang baru bahaya haha.

Atau seperti jumat kemarin, padahal setiap hari jatah membantu mereka berpakaian tuh papinya, namun tiba-tiba merengek "Mami aku pengen mami yang pakein baju!" Yassalam udah 6.30 WIB ges dan kantorku di Jakarta Selatan rumah di Tangerang. 

Kalau mikirin jarak udah pengen lari aja itu tapi lagi aku tahu keinginan ini enggak datang lagi esok hari. Alhasil dengan buru-buru aku bantu mereka berpakaian dan kiss mereka sambil minta doa mereka supaya perjalanan mami menuju kantor dilancarkan.

Selama pengalaman aku, kalau aku undur perjalanan karena permintaan anak inshaallah selalau ada kemudahan dalam perjalanan. Entah yang dapat omprengan super ngebutlah, entah jalanan yang kosong lah, atau nemu abang ojol yang pembalap, pokoknya ajaib aku bisa sampai di kantor belum terlambat.

Prinsipku yang lain adalah bahwa anak itu amanah dari Allah jadi jangan sampai si pemilik ngambek atau marah melihat kita dalam menjaga amanah-Nya. 

Pekerjaan itu pun datangnya dari Dia. Jadi kalaupun hanya karena teng-go dan datang terlambat kita harus kehilangan pekerjaan, maka yakinlah Allah akan cukupka. Apalagi itu terjadi hanya karena kau menjaga amanah-Nya.

So sudahkah bahagia? Bila belum segera ubah mindset supaya bahagia ya kawan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun