Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hijrahmu Membuat Jurang di Antara Kita

6 September 2019   12:30 Diperbarui: 6 September 2019   12:34 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini ada banyak temanku yang mendadak "hijrah" bahkan ketika melihat aku akhir-akhir ini mengenakan gamis ada DM masuk "alhamdulillah, sudah hijrah ya?" ternyata jawabanku membuatnya menjauh. Jawabku padanya "enggak kok, kan sekarang lagi trend fashionnya gamis, toko-toko baju jualannya gitu semua ya sudahlah nyobain aja eh ternyata asyik ya pakai gamis". Jawaban itu hanya di read saja tanpa dibalas, yah bisa ditebak aku mungkin kau anggap bukan teman syurgamu ya, hehe.

Kita pasti ingat masa kecil kita seperti apa, bahkan aku punya banyak rahasia yang sampai hari ini tak pernah ku ceritakan kepada kedua orangtua ku. Dulu akupun anak kecil namun siklus kehidupan membawa aku kepada perubahan, kini aku adalah orang tua dan aku sudah bisa melihat beberapa persoalan masa lalu ku.

Kini aku paham bagaimana rasanya ketika kata tidak didengar, kini aku paham betapa khawatirnya ketika anak sakit, untungnya aku perempuan jadi aku paham kenapa seorang Ibu amat terluka bila anaknya tak sesuai harapanya.

Akhir-akhir ini banyak banget teman-teman yang berhijrah, hijrah zaman ini sudah terlihat dari cara berpakaian dan ucapan. Ketika seorang perempuan mengenakan gamis dengan jilbab lebar dan ucapan nan islami maka inshaallah itulah kategori hijrah zaman now (aku enggak bahas pria karena tak bisa melihat sudut pandang seorang pria).

Dan beberapa kali aku membaca status teman yang berhijrah tadi, mashaallah menjelma menjadi wanita yang sangat santun dan bijkasana. Setiap hari mengingat betapa Allah yang Maha Besar, setiap hari menyampaikan qadarullah (benar ga nulisnya?) tapi masih selalu menyisakan tanya kenapa begini begitu, bukankah semua sudah diyakini sudah sebagai ketentuan Allah ? Apalagi pas pilpres kemarin semua ukhti-ukhti itu mendadak amnesia sama yang namanya qadarullah ini, hei apakah qadarullah itu cuman buat golongan mereka ? Entahlah..

Lalu ada yang lucu, dari beberapa teman yang mendadak hijrah ini, aku tahu benar kelakuannya sebelum hijrah dan sedikit banyak mirip dengan yang dikomentarinya. Aku paham bahwa dulu dia tak tahu itu salah, lantas ketika dia sudah tahu apakah layak dia menghakimi?

Mungkin benar saat ini sudah dibekali dengan keimanan yang sangat baik, namun bolehkah menengok ke belakang ? Apa yang dirasakan dulu saat melakukan dosa itu ? Mungkin dengan beristighfar karena pernah melakukan hal yang sama jauh lebih baik dibanding langsung memberi dalil-dalil yang tak bisa mudah dipahami orang yang sedang dalam perbuatan salah. Hijrah dengan mengenang masa lalu menurutku akan menjadikan seseorang bisa menerima perbedaan, karena dirinya sendiri juga berbeda dari saat ini.

Hijrah itu baik, bahkan semua menginginkannya, tapi jangan lantas mengelompokkan diri dan lupa pada masa lalu, masa lalu lah yang menciptakan siapa diri kita sekarang, dan tanpa masa lalu tak akan ada rasa bersalah dan melangkah menjadi lebih baik. Benar saat ini sudah hijrah lantas jangan pula ketika mendapati anak melakukan hal lain diluar kajian kita meradang. Ingatlah dulu sebelum hijrah pernahkah berbuat demikian ? Kalau ya maka perbaiki dengan cara yang tepat, kalau tidak berarti Allah meminta kita naik kelas lagi.

Dan kemarin ada pula kalimat begini "inshaallah kamu adalah sahabat till jannah ya". Ya ya aku paham bahwa kita akan menuju surga tapi ketika kau mengabaikan orang lain hanya karena merasa tak segolongan lantas apa yang kau harapkan terjadi ? Tahukah bahwa justru perbedaanlah yang akan menguji iman mu ? Kelak di hari akhir bila saja kau menginginkan ku disurga bersamamu caranya gampang kok, tinggal doakan aku mohonkan kepada tuhan kita "ya rab..meski si uli itu ibadahnya enggak seperti aku tapi dia dulu baik ya Allah..karena dialah hamba bisa tersenyum ketika sedih" sesimpel itu kalau kau mau menjadikanku sebagai teman surgamu.

Sebaliknya bila kau tak mau, maka mungkin aku bisa menghambat jalanmu ke surga, aku mungkin bisa komplain "ya rab, hamba begini karena dulu si fulan yang mengajari hamba" jadi meski aku tak mengenakan gamis menjuntai, hijam melambai tapi aku akan selalu mengenang mu dalam kebaikan.

Jadi plis jadikan hijrah itu sebuah perubahan yang membuat semua pihak nyaman . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun