Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Di Sekolah Anakku Tak Ada Tong Sampah!

31 Juli 2019   12:14 Diperbarui: 31 Juli 2019   15:47 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Kurasaki di Permata Hati - Tangerang

Alhamdulillah, tahun ini kedua anakku sudah bersekolah, si sulung masuk SD dan si bungsu masuk TK. Keduanya berada di sekolah yang sama, keputusan ini kami ambil untuk memudahkan daycare dalam mengantar jemput anak-anak. Sebelum memutuskan untuk memilih sekolah ini aku sudah terlebih dahulu survei beberapa sekolah. 

Sekolah Negeri adalah tujuan pertamaku, namun melihat kapasitas dalam satu kelas terlalu banyak (in my opinion) akhirnya aku urung mendaftarkan si sulung ke sana. Kenapa Negeri?

Karena di Tangerang Sekolah Negeri masih masuk 6 hari, dan aku butuh itu untuk bisa merasakan mengantar anak ke sekolah minimal 1x seminggu. Kondisi si sulung yang lumayan seru tentu tak memungkinkan dia berada di dalam kelas yang ramai.

Pencarian berlanjut ke sekolah swasta berbasis agama, sekolahnya hanya 5 hari alhasil tak jadi juga mendaftar ke sana karena tidak sesuai keinginanku.

Akhirnya aku mencoba mendatangi sekolah yang berada di barisan depan perumahan kami, swasta dan berbasis agama juga namun aku merasa sreg karena anak-anaknya bersekolah sampai hari Sabtu dan ada baiknya juga buat siswa karena setiap hari mereka tak perlu sampai sore berada di sekolah. Hari Sabtu pun tiba, aku bersemangat karena akan mengantarkan si sulung ke sekolah. Si sulung jauh lebih bahagia "asik akhirnya aku sama seperti temanku ya mami, diantar ke sekolah sama maminya".

Sesampai di sekolah anak-anak melaksanakan senam pagi, dan saat itu aku ingin membuang bekas minuman adiknya, aku mencari ke sana ke mari namun tak menemukan tong sampah di depan kelas sekalipun.

Setiap malam sesampainya di rumah, aku selalu memeriksa tas sekolah anak-anak, herannya di dalam tas sekolah kedua anakku aku menemukan wadah bekas susu mereka yang sudah kosong.

"Kanda, ini kenapa enggak dibuang di tempat sampah?" tanyaku pada si sulung. Dia hanya menjawab aku enggak nemu tong sampah. Si bungsu memberi jawaban, "Kata bu Guru, sampahnya bawa pulang".

Jawaban kedua anak ini tak aku anggap serius. Paling mereka yang tak mau membuangnya, begitu batinku.

Kedua anakku
Kedua anakku

Sabtu kemarin, semua wali murid di undang ke sekolah dalam rangka menyampaikan program belajar satu tahun ke depan. Dan semua keherananku terjawab pada sesi pertama pertemuan itu.

Di layar monitor tertulis "Kurasaki", kepanjangannya adalah "Kurangi Sampah di Lingkungan Sekolah Kita". Program ini sudah berjalan sejak tahun 2017 dan sekolah anakku adalah salah satu sekolah yang dipilih untuk menjalankan program ini dan itulah sebabnya ke manapun kalian mencari maka tak akan ditemukan tong sampah di sekolah ini, itu sebabnya mengapa setiap hari aku menemukan sampah di dalam tas anak-anak.

Program Kurasaki di Sekolah Permata Hati Tangerang
Oh, pantesan. Begitu aku bergumam saat ada rapat kemarin. Aku baru sadar bahwa memang di sekolah tidak difasilitasi tong sampah supaya anak-anak tak membuang sampah, anak-anak tak diberi kesempatan untuk membuang sampah! Dan menurutku ini adlaah hal baik, sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk bertanggung jawab mengelola sampahnya sendiri.

Tentu kebiasaaan ini akan menjadi kebiasaan bagi semua anak-anak di sekolah ini. Ah rasanya aku bersyukur tak salah memilih sekolah, satu pelajaran mengelola sampah langsung didapat anak-anak di sekolah.

Salah satu sekolah yang sudah berhasil dengan program Kurasaki adalah SMPN 2 Curug Tangerang. Menurut wali kelas anakku, di sana sudah cukup bersih dan bisa dipastikan tak ada sampah.

Untuk mendukung program kurasaki ini maka setiap anak di sekolah Permata Hati Tangerang diwajibkan membawa bekal dari rumah, dan bekal harus dimasukkan ke dalam wadah kalaupun ada yang membawa bekal jajanan berbungkus maka sampahnya harus dibawa pulang.

Untuk air minum juga sekolah sudah memfasilitasi dengan memberikan tumbler pada anak didik dan di sudut-sudut kelas ada air minum yang bisa me-refill tumbler siswa.

Selain itu sekolah anakku juga tidak menyediakan kantin, sehingga anak-anak tidak perlu jajan. Sekolah menjadi bersih meski tak ada pepatah yang ditempel di dinding "Kebersihan adalah sebagian dari iman" karena kuncinya adalah jangan produksi sampah!

Program kurasaki di sekolah anakku sudah mampu memangkas jumlah sampah, tak ada sampah jajanan yang berjejer, aroma sekolah juga segar, dan ternyata tak memfasilitasi tong sampah justru memaksa anak untuk tak menciptakan sampah! Menarik bukan?

Akulah Sumber Sampah
Wow, jujur aku merasa bangga sekolah anakku menerapkan program kurasaki. Entah mengapa aku jadi berharap ini dijadikan program wajib di semua sekolah.

Dampaknya cukup siginifikan. Dulu setiap hari mobil sampah akan mengangkut sampah ke sekolah namun sejak ada kurasaki tak pernah lagi ada mobil sampah yang datang ke sekolah itu. Bahkan sampah daun di SMPN 2 curug sudah diolah menjadi kompos.

Sampah itu aku penyebabnya, jadi solusinya bagaimana kita bisa mengurangi memproduksi sampah ya kan? Bukan malah selama membuang pada tempatnya, selama bisa mengelolanya, bukan! Itu sebenarnya keadaan mendesak, supaya tak terdesak maka jangan produksi sampah! Caranya tentu berpikir ulanglah menciptakan sampah.

Well semula aku hadir untuk mendengarkan program sekolah anak, namun batinku terus merasa bersalah gara-gara sampah ini hehe. Sehari berapa banyak sampah yang aku hasilkan?

Kalau sekolah saja menerapkan kurasaki, maka saatnya aku menerapkannya di rumah, aku berjanji tak akan menciptakan sampah, aku berjanji sampah tak akan menggunung lagi di tong sampah depan rumahku! Bismillah ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun