Sabtu kemarin, semua wali murid di undang ke sekolah dalam rangka menyampaikan program belajar satu tahun ke depan. Dan semua keherananku terjawab pada sesi pertama pertemuan itu.
Di layar monitor tertulis "Kurasaki", kepanjangannya adalah "Kurangi Sampah di Lingkungan Sekolah Kita". Program ini sudah berjalan sejak tahun 2017 dan sekolah anakku adalah salah satu sekolah yang dipilih untuk menjalankan program ini dan itulah sebabnya ke manapun kalian mencari maka tak akan ditemukan tong sampah di sekolah ini, itu sebabnya mengapa setiap hari aku menemukan sampah di dalam tas anak-anak.
Program Kurasaki di Sekolah Permata Hati Tangerang
Oh, pantesan. Begitu aku bergumam saat ada rapat kemarin. Aku baru sadar bahwa memang di sekolah tidak difasilitasi tong sampah supaya anak-anak tak membuang sampah, anak-anak tak diberi kesempatan untuk membuang sampah! Dan menurutku ini adlaah hal baik, sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk bertanggung jawab mengelola sampahnya sendiri.
Tentu kebiasaaan ini akan menjadi kebiasaan bagi semua anak-anak di sekolah ini. Ah rasanya aku bersyukur tak salah memilih sekolah, satu pelajaran mengelola sampah langsung didapat anak-anak di sekolah.
Salah satu sekolah yang sudah berhasil dengan program Kurasaki adalah SMPN 2 Curug Tangerang. Menurut wali kelas anakku, di sana sudah cukup bersih dan bisa dipastikan tak ada sampah.
Untuk mendukung program kurasaki ini maka setiap anak di sekolah Permata Hati Tangerang diwajibkan membawa bekal dari rumah, dan bekal harus dimasukkan ke dalam wadah kalaupun ada yang membawa bekal jajanan berbungkus maka sampahnya harus dibawa pulang.
Untuk air minum juga sekolah sudah memfasilitasi dengan memberikan tumbler pada anak didik dan di sudut-sudut kelas ada air minum yang bisa me-refill tumbler siswa.
Selain itu sekolah anakku juga tidak menyediakan kantin, sehingga anak-anak tidak perlu jajan. Sekolah menjadi bersih meski tak ada pepatah yang ditempel di dinding "Kebersihan adalah sebagian dari iman" karena kuncinya adalah jangan produksi sampah!
Program kurasaki di sekolah anakku sudah mampu memangkas jumlah sampah, tak ada sampah jajanan yang berjejer, aroma sekolah juga segar, dan ternyata tak memfasilitasi tong sampah justru memaksa anak untuk tak menciptakan sampah! Menarik bukan?
Akulah Sumber Sampah
Wow, jujur aku merasa bangga sekolah anakku menerapkan program kurasaki. Entah mengapa aku jadi berharap ini dijadikan program wajib di semua sekolah.
Dampaknya cukup siginifikan. Dulu setiap hari mobil sampah akan mengangkut sampah ke sekolah namun sejak ada kurasaki tak pernah lagi ada mobil sampah yang datang ke sekolah itu. Bahkan sampah daun di SMPN 2 curug sudah diolah menjadi kompos.