Ketika challenge sudah memasuki hari ke-22 dan temanya adalah tentang Toko Islam maka ingatan ku langsung tertuju kepada Alm. Gusdur alias Kyai Haji Abdurrahman.
Bahkan saat 22 Mei kemarin aku berharap beliau ada, sepertinya kalau almarhum ada rasanya beliau bisa menyatukan Jokowi dan Prabowo, atau bahkan statement nya yang penuh kata kunci akan dibahas dimana-mana.
Aku tak mengenalnya, namun banyak leluconnya yang mampu membuat tawa. Bahkan ada teman yang selalu takjub mengira alm Gusdur sedang tidur padahal beliau menyimak apa yang terjadi. Gusdur sudah menuntut ilmu kemana saja namun beberapa kali harus gagal karena merasa tak sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Beliau juga yang mampu mengubah perayaan imlek menjadi libur nasional, apalagi beliau juga mengaku merupakan turunan tiongha. Makanya aku heran bila ada teman yang masih membahas mata sipit, padahal sejak dulu tiongha adalah bagian dari kita.
Kadang aku pikir Gusdur dan Istrinya sengaja dibuat Allah istimewa karena mereka luar biasa. Dengan tak melihat maka Gusdur tak perlu tahu bagaimana ekspresi orang yang menghina dan memujinya, inshaallah beliau tak pernah punya prasangka hanya karena melihat ekspresi seseorang.
Hari ini di beranda facebook ku hadir sebuah memori tentang Puisi putri bungsu Gusdur,
'Karena Ayahku'
Kalau aku orang dermawan karena Ayahku yang mengajarkan
Kalau aku jadi orang toleran, itu karena Ayahku yang menjadi panutan
Kalau aku jadi orang beriman, itu karena Ayahku yang menjadi imam