Bismillahirrahmanirrahiim,
Allah sudah menetapkan segala peristiwa dimuka bumi ini 50 ribu tahun sebelum bumi tercipta. Sebagai umat muslim maka saya meyakini apapun yang terjadi terhadap diri saya, keluarga saya dan bangsa ini adalah ketetapan Allah SWT yang hanya bisa kita syukuri maknanya.
Namun kondisi pilpres 2019 tampaknya tak mampu mengingatkan kita akan peristiwa istimewa yang akan terjadi pada 22 Mei nanti, which is bertepatan dengan 17 Ramadhan 1440 H. Sudah lupakah kalian bahwa 17 Ramadhan adalah Nuzulul Qur'an? Malam yang mengantarkan kita bisa pandai seperti saat ini?
Saudaraku, seharusnya kita bersatu menyambut kemuliaan 17 Ramadhan, namun kondisi makin parah dengan adanya para tetua kita yang menjadi ulama justru mengajak kita untuk berjihad.
Jihad yang mana saudaraku?
Benar kata pak Ustad sewaktu sekolah dulu, bahwa Jihad yang paling baik itu hanya ada pada zaman Rasulullah, karena pada masa itu memang hanya ada satu pihak yang benar dan satu pihak yang salah. Kalau saat ini? Benarkah jihad kalian? Di mana letak kedzaliman pemerintah? Buktinya kalian masih bisa bebas teriak memaki Jokowi, berapa banyak dari kalian yang merendahkan martabat Presiden?
Andai Rasul masih hidup beliau akan meangis melihat kita, astaghfirullah!
Tanggal 22 Mei mendadak terlupakan bahwa itu bertepatan dengan 17 Ramdhan 1440 H, hal ini disebabkan dua hal :
Pertama adalah rencana aksi demo atas hasil penghitungan suara pasca pemilu yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Soal menolak hasil memang sudah terbaca jauh--jauh hari.
Ditangkapnya Eggy Sudjana dan Kivlan Zein dan kemudian dijadikan tersangka perbuatan makar adalah salah satu contohnya. Apalagi berulang kali Prabowo mengumumkan bahwa tidak mengakui hasil akhir. Pertandingan sebenarnya sudah berakhir, Prabowo melakukan WO alias Walk Out dalam hal ini.