Politik memang susah di tebak, politik memang cerita tentang sebuah kepentingan. Karenanya sampai saat ini aku belum jatuh hati untuk terlibat dalam sebuah politik, meski terkadang aku berpikir hanya politiklah yang bisa mengantarkanku pada orang banyak.
Jangan ditanya aku diundang siapa, jangan tanya aku makan malam dimana, satu yang pasti it's not about money, tapi ini tentang ketulusan. Ketulusan orang-orang yang masih ingin Jokowi memimpin bangsa ini dan tentang ketulusan seorang Ulama untuk persatuan umat islam di Indonesia.
Berada ditengah-tengah orang yang tampak sedang menginterview calon "teman" baru, membuat aku paham bahwa politik memang permainan, namun begitu ternyata meski TGB telah dihujat para pemujanya tak lantas kubu yang dibelanya bisa menerimanya. Pihak yang didukung masih butuh verifikasi, 'beneren lu mau gabung kita, lu mau berjuang bersama kita ?" Mungkin begitulah penggambaran yang aku saksikan.Â
Dan aku teringat ketika seseorang yang selalu berusaha nenikamku dari belakang tetiba datang meminta maaf 'maaf ya li selama ini aku jahat sama kamu, sekarang bisa enggak kita berteman ?". Whats ? Rasanya susah untuk langsung mempercayainya, paling tidak aku harus tanya sana sini untuk memastikan bahwa doi memang sudah tobat dan memang melihatku sebagai orang baik. Butuh waktu untuk menerima musuh menjadi teman. Mungkin itu juga yang dialami TGB bahwa pihak musuh tak lantas mempercayainya.
Dulu Lawan Sekarang Kawan
Namun Jokowi beda, atas dasar sila kelima pancasila 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia' maka Jokowi memberikan kebijakan satu harga untuk BBM, dan membangun infrastruktur diberbagai pelosok nusantara. TGB melihat ketulusan ini, karenanya dengan segala resiko terbuang dari partai yang mendukungnya, ditinggalkan pemujanya  dan akhirnya TGB kasih statement'orang baik perlu kita dukung'.
Sebagai seorang Ulama hal itu juga diyakininya bahwa selayaknya anak buah mensupport atasannya, apalagi selama melihat Jokowi TGB merasakan tak ada yang salah, bahkan isu yang dulu didengarnya tentang Jokowi juga tak terbukti, bahkan nuraninya meminta kepada semua ulama untuk menyampaikan kebenaran, namun tak semua orang baik mau bersuara, karena itulah TGB merasa harus mengambil sikap dan saatnya telah tiba yaitu kemarin.Â
Ahok di mata TGB
Dalam bincang santai itu ada sebuah tanya yang bagiku cukup mengejutkan, 'Apa sikap Bapak sebagai Ulama menilai kasus Ahok', ah Ahok sudah hampir bebas dan ternyata pendukung Ahok masih tak melupakan masalah itu. Sebelum TGB menjawab, aku pribadi memanng menilai Ahok terpeleset dan Tuhan menolongnya dengan cara kemarin, bahwa Ahok masih diberi peringatan, bahwa Ahok masih disayang Tuhan dan aku percaya pengalaman di penjara akan membuat Ahok semakin besar.Â
Lalu TGB menjawab bahwa untuk kasus Ahok beliau punya penilaian tersendiri, secara kinerja semua Gubernur Indonesia mengakui Ahok the best, tapi ketika seseorang yang seiman kitapun melecehkan sebuah ayat Alquran maka sudah layak diingatkan, apalagi Ahok sudah nonmuslim dan masih ada embel-embel lain yang di bangsa ini sangat sensitif yaitu 'tiongha', maka tak ada celah lagi bagi Ahok.Â
Bahkan TGB saat ini juga menentang teman-teman alumni 212 karena sebagai ulama TGB tak setuju dengan banyak aktivis islam yang berdakwah menggunakan ayat-ayat perang untuk menghadapi pilpres 2019, itu sudah sangat berbahaya dan karena melihat kenyataan ini maka sebagai Ulama TGB harus menyatakan sikap nya mendukung pemerintahan yang memang berjalan baik meski dengan catatan-catatan, toh tak ada yang sempurna, ucap TGB. Tapi membawa ayat-ayat perang dalam pilpres itu sudah kelewatan, negeri kita aman, tak ada peperangan yang harus dihadapi, so stop menggunakan ayat perang !
Dalam bincang santai ini pula TGB mengakui bahwa benar beliau turun saat aksi 4.11 namun aksi 212 beliau tidak turut sehingga kalaupun teman-teman menyebutkan dirinya alumni 212 hal itu bisa dimakluminya. Endusan berita tak sedap terus menerpa TGB, dari akan diberi sanksi oleh Demokrat, beliau menikahi Najwa, beliau bukan Hafidz namun saat ditanya apa responnya ? Biasa itu kalau sudah dibenci maka tak ada apapun yang benar lagi 'ucap TGB', namun TGB juga tak berambisi menjadi Cawares karena memang tak ada bahasan kesana, semuanya murni karena memang saya jatuh hati pada Jokowi, orang baik memang harus kita dukung.
Malam itu mungkin adalah malam yang membuat aku bahagia, bisa satu meja dengan ulama, bisa mendapatkan berita dengan jelas tanpa termakan link berita menyesatkan dan semoga saja TGB bisa menjaga persatuan umat islam di Indonesia seperti amanah yang diemban oleh ulama-ulama selama ini, toh bangsa ini merdeka juga karena peran serta ulama, terima kasih TGB dan selamat berjuang untuk bangsa !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H