Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati! Stunting Mengancam Kelas Menengah

5 Desember 2017   09:30 Diperbarui: 10 Agustus 2019   14:19 7416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah salah satu peserta Danone Blogger Academy, selama mengikuti pelatihan kami diberi materi-materi terkait kesehatan dan dari sekian banyak materi saya tertarik dengan paparan Dr. dr. Damayanti R Sjarif, Sp. A(K). Beliau adalah Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Langka.

Materi beliau adalah STUNTING, selama beliau memaparkan materi saya sempat bergidik dan sedih, apa yang dipaparkan beliau seolah sedang menceritakan kondisi anak kedua saya "Kayama". Ucapan Dokter Damayanti "Enggak usah bilang lucu deh sama anak yang mungil", kata-kata itulah yang sering saya semat kan kepada anak nomor dua saya. "Duh gemas nya anak mami yang mungil", atau saya sering merasa feeling lucky ketika anak saya merengek minta gendong "ah it's OK nak, kamu kan mungil".

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sebenarnya sebagai blogger saya sudah sering mendengar tentang Stunting, bukan hal baru! Apalagi pemerintah juga sering banget mengingatkan bahwa di Indonesia angka Stunting ini cukup tinggi (Pada tahun 2013 diperkirakan ada 37,2 persen atau sekitar 9 juta anak menderita stunting, Info Dari Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013), bahkan di sesi materi lain yang diberikan oleh Bappenas melalui Bapak Pungkas Bahjuri Ali, sejalan dengan penjelasan Dr Damayanti bahwa Indonesia saat ini merupakan Negara yang angka stunting nya cukup tinggi, karenanya pemerintah juga tidak tinggal diam dalam memperbaiki keadaan ini, salah satu program pemerintah menuju Generasi Emas di tahun 2025 seperti sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Germas (Gerakana Masyarakat Sehat) adalah dalam upaya mengentaskan kasus Stunting di Indonesia.

Pengertian Stunting

Stunting diartikan sebagai gejala kelainan pada pertumbuhan anak, dimana anak memiliki tubuh yang lebih pendek bila dibandingkan dengan anak-anak seusia nya. Saya menemui fakta ini pada kondisi Kayama. Di komplek perumahan saya ada dua balita yang seusia Kayama dan bisa ditebak Kayama memiliki postur yang lebih kecil dari dua balita lainnya.

Selama ini saya tidak pernah tenang, saya merasa pasti ada yang salah, saya pun cukup waspada kalau-kalau anak saya termasuk Stunting. Apakah saya berdiam diri ? Tidak! Saya berkonsultasi kepada beberapa Dokter Anak dan rata-rata para Dokter berkomentar positif  "anak Ibu memang mungil, tapi enggak masalah selama yang lain nya baik-baik saja. Jalan bisa, bicara bisa malah aktif banget kan?". Ketika orang biasa seperti saya diberi pandangan positif maka yang bisa saya lakukan adalah mengaminkan nya. Sampai akhirnya saya mengikuti Danone Blogger Academy dan saya tersadar bahwa anak saya bisa jadi salah satu anak di Indonesia yang menderita stunting.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dr. Damayanti menjelaskan juga bahwa stunting merupakan bagian dari pendek. Pendek sendiri cakupan nya  luas. Stunting adalah pendek yang di derita anak karena malnutrisi.  Stunting ini mempunyai dampak yang mengerikan bagi Balita, bukan sekedar fisik yang kecil tapi juga akan mempengaruhi kesehatan dan kecerdasannya bahkan efeknya akan permanen sampai anak mencapai usia dewasa nanti, di usia 40 tahun bisa mengakibatkan penurunan IQ dan menderita berbagai penyakit lainnya. Hal inilah yang membuat saya khawatir, memikirkan efek jangka panjang nya membuat saya menemui Dr Damayanti dan akhirnya anak saya kini sedang dalam perawatan Beliau. Dari hasil wawancara maka teman-teman bisa menyimak apa penyebab stunting dan bagaimana kita bisa mencegahnya.

Penyebab Stunting

Berdasarkan penelitian ada banyak faktor yang bisa menyebabkan Stunting diantaranya Faktor pendidikan Ibu, Ekonomi Keluarga, Sanitasi, Air bersih , adanya Infeksi Penyakit dan Pemberian MPASI yang salah. Namun menurut Dr. Damayanti ada 4 penyebab stunting pada anak :

  • Kurang Gizi/GiziBuruk
  • Kurangnya protein hewani dalam asupan kalori
  • Adanya infeksi penyakit
  • Perubahan Hormon

Penyebab utama dari stunting adalah malnutrisi yaitu kekurangan gizi atau gizi buruk. Malnutrisi sendiri sangat rentan terjadi pada anak sejak dalam kandungan (janin) sampai umur dua tahun. Makanya enggak heran saat ini Kemenkes gencar banget melakukan sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), apa itu 1000 HPK ?

1000 HPK

Adalah 1000 Hari Pertama Kehidupan, artinya nutrisi seorang anak itu harus sudah terjamin sejak dia di dalam Kandungan. Masih banyak yang beranggapan bahwa gizi seorang anak bisa dikejar setelah lahir ke dunia, anggapan seperti ini sangat disayangkan oleh Dr. Damayanti, bahkan kejadian anak lahir dengan berat badan rendah pun masih banyak ditemui di negara kita. Untuk itu penuhi lah gizi janin sejak didalam kandungan sampai nanti anak berusia dua tahun. 1000 HPK itu adalah 270 hari didalam kandungan di tambah dua tahun usia anak (730 hari).

Status Gizi Anak

Kita harus bisa membedakan arti Gizi dan Status Gizi, Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal. Sedangkan Status Gizi adalah keadaan gizi seseorang yang diukur atau dinilai pada suatu waktu tertentu. Penilaian status gizi ini bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dan hal yang sering digunakan untuk mengukur status gizi adalah pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan dan Lingkar Kepala (WHO, Supriasa, Bakri& Fajar, 2001).

Pertemuan pertama dengan Dr Damayanti akhirnya terlaksana juga dan setelah di lihat di tabel WHO kondisi fisik Kayama saat ini sesuai untuk anak laki-laki usia 1 Tahun 9 Bulan, padahal bulan Desember nanti Kayama akan berusia 3 tahun (hiks). Dari awal beliau sudah menyuruh agar suami saya juga ikut hadir, hal ini diperlukan untuk mengecek apakah Stunting yang dialami Kayama itu Normal? Dalam artian karena faktor genetik kedua orang tua nya. Ternyata setelah suami dan saya diukur potensi tinggi Kayama ada diatas potensi genetik orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan Kayama tidak tumbuh sesuai usia nya karena adanya kelainan lain bukan karena genetik. Dan kabar baiknya Status Gizi Kayama Cukup, lalu untuk mengetahui lebih detail penyebab stunting pada Kayama kami melakukan beberapa tes laboratorium dan Dr Damayanti juga memberi pola makan yang baik untuk Kayama.

Hasil Tes Lab Kayama, DokPri
Hasil Tes Lab Kayama, DokPri
Tes Lab yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
  • Age Bone , rontgen tulang bertujuan untuk mengetahui umur tulang. Alhamdulillah umur tulang Kayama adalah 1 Tahun 11 Bulan, padahal usia Kayama saat ini adalah 2 Tahun 11 bulan. Tulang kayama lebih muda dari usianya, berarti Kayama masih mempunyai harapan untuk tumbuh mengejar ketinggalannya. Bila usia tulang nya lebih tua dari usia nya maka tipis harapan kayama akan berkembang normal.
  • Kultur Urine, untuk mengetahui apakah ada infeksi dan hasil lab menunjukkan bahwa ada infeksi saluran kemih.
  • Faces/Darah Samar, hal ini juga diperlukan untuk mencari tahu jangan-jangan si anak kecil karena cacingan atau alergi terhadap sesuatu, hasilnya alhamdulillah baik nih..legaa deh.
  • Tes Darah Lengkap, untuk melihat apakah ada infeksi, hasil Lab Kayama baik
  • Tes Darah Tepi, untuk mengetahui apakah ada angka yang menunjukkan gelaja cancer, dan alhamdulillah hasil Kayama baik.
  • Tes Ferritin, untuk mengetahui kandungan zat besi. Bila anemia maka bisa merusak metabolisme tubuh, hasil Kayama alhamdulillah baik dan Hb serta zat besinya cukup.
  • Tes Free T4 dan TSHs, tes hormon untuk mengecek Tiroid, sebagaimana kita ketahui tiroid juga bisa menyebabkan kondisi yang membuat anak susah makan.
  • Periksa Mulut dan Gigi, untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam mengunyah makanan. Hasil sementara ini gigi Kayama ada yang bolong dan merupakan salah satu penyebab dia malas mengunyah makanan yang kasar.

Pertemuan kedua adalah membaca hasil laboratorium dan Dr Damayanti menyimpulkan bahwa saat ini ada infeksi di tubuh kayama, hal ini bisa membuat Kayama memiliki nafsu makan yang jelek, dan dengan Tinggi Badan 85.5 Cm, Berat 10.4 Kg, Lingkar Kepala 47 cm maka Kayama dikategorikan Stunting dengan status Gizi Cukup dan masih memiliki harapan untuk bisa diperbaiki. Dan berat badan kayama naik 3 Ons loh menjadi 10.7 Kg, ini karena pola makan nya diubah sesuai arahan dari Dr Damayanti, alhamdulillah.

Stunting Saat ini Sudah Menyasar Masyarakat Kelas Menengah.

Ketika saya berkunjung ke RSCM Kencana dimana ini adalah rumah sakit yang lumayan bayarannya (bagi saya) ternyata bukan hanya Kayama ada anak lain yang persis seperti Kayama, dan maaf mereka juga bukan orang miskin yah minimal sama seperti saya yang masih di mampu kan untuk membawa anak berkonsultasi dengan ahli nutrisi. Saya tertegun, ya Tuhan ternyata stunting ini bukan karena miskin dong ya ? Soalnya banyak artikel yang bilang kalau kasus stunting memang tinggi di negara berkembang/miskin. Tapi sepertinya saat ini sudah terjadi pergeseran pola hidup yang bisa membuat anak-anak dari golongan mengah ke atas pun menderita stunting bukan karena ketiadaan uang membeli makanan melainkan ketidakpahaman dalam memberikan pola makan yang baik. Soharus mulai berhati-hati nih mom's!. Kenapa ? Yah meski saya bukan orang kaya tapi saya tidak miskin. Selama ini saya merasa sudah memberikan makanan terbaik untuk anak, pendapatan saya dan suami mampu memberikan mereka snack yang baik. Lalu kenapa Kayama masih pendek/Stunting ? Lantas apa donk sebabnya dok ? Tanya saya heran. Artinya sudah seperti stroke dong dok ? Enggak pandang status sosial lagi , bisa menyerang siapa saja.

Dr Damayanti menegaskan "Iya, ini bisa terjadi karena adanya pergeseran pola konsumsi pangan. Sok gaya barat padahal enggak punya dasar. Di Barat orang jelas enggak bisa konsumsi rempah, gula dan garam dalam jumlah banyak karena mahal kan ? Makanya mereka memberikan makanan ke anak minim bumbu dan lebih banyak memberi serat seperti Puree untuk MPASI bayi nya, Lah di Negara kita kaya akan rempah, harga terjangkau namun masyarakat kita justru suka nya meniru apa yang sedang tren di negara lain alhasil generasi sekarang banyak yang status gizi nya buruk bukan karena tak mampu tapi karena salah kaprah".

Menurut beliau selain karena penyakit kesalahan terbesar yang menyebabkan Stunting adalah Pola Konsumsi pangan. Bayi membutuhkan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) sejak berusia 6 bulan, dan nilai protein di dalam Asi jelas sudah tidak cukup lagi bagi bayi berusia 6 bulan karenanya dibutuhkan MPASI. Saat ini pola MPASI bayi sudah berubah, minimnya pengetahuan Ibu dan rendahnya literasi membuat Ibu-Ibu modern saat ini latah mengikuti trend gaya orang luar. Alhasil banyak yang memulai MPASI dengan menu hanya buah dan sayur saja, sekedar mengikuti trend, padahal untuk tumbuh bayi sangat membutuhkan protein hewani.

Periksa Rutin Anak, DokPri
Periksa Rutin Anak, DokPri
So mom's and dad, ayo kita waspada terhadap stunting dan seperti pesan Dr Damayanti kita bisa mencegah sejak dini, lakukan beberapa hal ini untuk mencegah stunting :
  • Ukur bayi sejak lahir secara rutin : Berat Badan, Tinggi Badan dan Lingkar Kepala
  • Plot Ukuran Bayi kedalam Grafik WHO, bila ada dibawah standard WHO maka langsung berkonsultasi ke Dokter Spesialis anak
  • Berikan MPASI yang Benar, cukup nilai gizi nya Karbohidrat, lemak, protein dan mineral untuk setiap sesi makannya harus ada.
  • Berikan Menu Keluarga sebagai Menu MPASI

Kita harus peduli supaya stunting bisa hilang dari Indonesia, terbukti saat ini stunting bukan hanya menyasar si miskin, melainkan sudah menyasar kelas menengah. Disaat bersamaan saya bertemu Bunda Zafran, anak berusia 3 tahun juga, kasusnya berbeda dengan Kayama, anaknya kecil, belum bisa bicara dan kemungkinan ini juga pengaruh dari stunting. Stunting kebanyakan karena status gizi buruk dan efek jangka pendeknya membuat anak tidak cerdas, efek jangka panjang sampai dewasa membuat penurunan IQ sebesar 45%. Zafran pun bukan keluarga miskin hanya saja kami sebagai orang tua tidak mengetahui bahwa kami sudah salah dalam memberikan nutris anak.

Perbaiki Nutrisi Pada Anak

Hasil konsultasi dengan Dr Damayanti saat ini Kayama belum diberi obat-obatan, saya hanya harus mengubah pola makan Kayama menjadi lebih baik. Pola makan yang baik menurut Dr Damayanti adalah sebagai berikut :

Pukul 06.00 Wib : Minum Susu

Pukul 08.00 Wib : Sarapan

Pukul 10.00 Wib : Snack

Pukul 12.00 Wib : Lunch

Pukul 14.00 Wib : Minum Susu

Pukul 16.00 Wib : Snack

Pukul 18.00 Wib : Dinner

Pukul 20.00 Wib : Susu dan Tidur

Konsumsi susu dalam 24 jam hanya boleh 600 ml, kemudian disetiap snack dan makan berat harus selalu ada Karbohidrat, lemak, protein dan Mineral. Misal ingin memberi snack buah pisang maka beri dengan es krim, atau biskuit coklat berikan keju hal ini akan membuat gizi anak tercukupi. Dan memberi makan anak hanya boleh maksimal 30 menit lamanya, lebih dari itu stop. Hal ini untuk mendisiplinkan anak, kalau kita turuti sampai dia selesai maka sudah tidak efektif, ada baiknya bersikap tegas bahwa waktu makan hanya 30 menit sehingga anak akan terbiasa menghabiskan makanannya dalam waktu 30 menit. Jumlah jam tidur juga mempengaruhi pertumbuhan anak, usahakan tidur anak nyenyak sehingga hormon pertumbuhan  bisa berjalan dengan baik. Hormon pertumbuhan itu bekerja di saat anak tidur nyenyak yaitu antara pukul 23.00 wib -- 01.00 wib.

Sebagai penulis dan seorang Ibu saya mengajak para Ibu untuk lebih memperhatikan segala tolak ukur pertumbuhan anak, deteksi sejak dini dan berikan nutrisi terbaik sejak anak dalam kandungan hingga berusia dua tahun untuk mencegah stunting. Dan mohon doanya ya semoga Kayama bisa mengejar ketertinggalannya saat ini.

Terima Kasih !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun