Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dikit-dikit Boikot!

30 November 2017   09:34 Diperbarui: 30 November 2017   13:32 4163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: YouTube Ultra Marathi

Tulisan enggak bermutu banget deh ini hehe, tapi aku KZL, jadi ya nulis aja biar level KZL-nya down dikit. Dibilang muak tapi bakalan begini terus sih. Indonesia darurat boikot! Lelah! Dikit-dikit boikot.

Ajakan boikot itu kalimatnya khas banget pasti selalu ada kata "kecebong"nya, selalu untuk kasus boikot yang saya maksud adalah ajakan boikot yang begitu menggurita hanya karena ada keberpihakan.

Boikot atau pemulauan adalah tindakan untuk tidak menggunakan, membeli, atau berurusan dengan seseorang atau suatu organisasi sebagai wujud protes atau sebagai suatu bentuk pemaksaan (Wikipedia).

Terserah kalau mau bilang saya muslim apalah-apalah. Tapi jujur miris banget akhir-akhir ini dikit-dikit boikot, dikit-dikit viral ajakan yang merugikan orang lain. Sejak pilpres sampai hari ini masih banyak orang yang enggak bisa menerima kenyataan bahwa Indonesia Presidennya ya Jokowi, mau diakui atau tidak tapi bangsa lain mengakuinya. Jokowi penyuka binatang Kodok karenanya fansnya seperti aku dijuluki kecebong, but its Ok kok karena ada pepatah "pada akhirnya semua orang akan menjadi kecebong". #eh hehe.

Boikot Sari Roti
Awalnya Sari Roti begitu dipuja karena di gerobaknya bertuliskan "gratis untuk peserta aksi damai 212". Sebagai perusahaan nasional maka si pabrik roti ini berusaha untuk tak menunjukkan sikap politik, berusaha netral. Tanpa bermaksud lain dibuatlah statement bahwa "sari roti tidak men-support aksi 212".

Bisa ditebak banyak yang marah, padahal yang dilakukan sari roti hanya pernyataan untuk bisa dilihat sebagai perusahaan netral, namun pada akhirnya beramai-ramai mengajak boikot Sari Roti. Yang membuat sedih dampaknya bukan bagi perusahaan tapi bagi bapak tua yang setiap sore menjual roti Sari Roti berkeliling kampung, mendadak semua emak melarang anaknya untuk beli roti itu. Haram karena itu membela Ahok teman si kecebong. Alasan yang tak masuk akal tapi ternyata dinalari banyak orang. Pak Tua terpaksa berhenti mengayuh sepedanya, beralih menjadi tukang becak. Memang rezeki Allah yang punya tetapi apakah kalian mau bertanggung jawab kelak di hari akhir si Pak Tua mengadu kesusahan hanya karena ajakan boikot kalian?

Baca: Meski Diboikot, Sari Roti Tetap Untung

Boikot Ekspedisi J&T
Sebelum kabar gathering yang memabukkan merebak, puja puji ditujukan kepada J&T karena sebagian pebisnis muslim mengandalkan J&T sebagai ekspedisi idamannya. Lalu diadakanlah gathering yang ujungnya menyebarkan keadaan mabuk para petinggi. Bisa ditebak dampaknya ? Yup! boikot lagi gaes! Kecewa dikit boikot.

Satu ruko kecil yang selama ini ramai mendadak sepi bahkan beberapa hari lalu sudah bertuliskan "TUTUP SELAMANYA". J&T bangkrut? Nope, ini perusahaan besar akan baik-baik saja, namun si Bapak rekanannya terpaksa mengubah haluan untuk survive hanya karena sebuah hestek yang menggurita. Kalau ini memang enggak dengar sih bawa-bawa kecebong hehe, meski ada dikait-kaitkan dengan pemerintah yang kapitalis, yah paling enggak dalam ajakan boikot memang tak jelas menyebut kecebong.

Boikot Traveloka
Yang ini lain lagi gaes, hanya gara-gara orang salaman, tiba-tiba dua hari hestek boikot Traveloka nangkring di trending topic Twitter. Status teman "mulai hari ini gue akan uninstall TRAVELOKA". Sebagai seleb di dunia maya banyaklah fansnya bertanya: kenapa bang? Jawabannya simpel, "Tadi bosnya salaman sama kecebong". Berbondong-bondong mereka memboikot, bahkan parahnya ada yang enggak punya hape Android terpaksa beli hp android dulu gaes hanya untuk install lalu kemudian uninstall. Rasanya puas banget katanya!

Boikot Film Anak
Ketika empat hari pertama film ini menunjukkan sambutan yang bagus, tiba-tiba ada saja ajakan boikot. Lagi-lagi aku tak menemukan alasan lain selain sutradaranya memang fans Jokowi alias kecebong. Lalu apakah istighfar dan takbir bisa menjadi tolak ukur? Bagaimana dengan banyak umat agama lain yang menyukai kata-kata ini? Bagaimana ketika kaki kita menjadi saksi bahwa kita membawa anak-anak ke bioskop untuk film yang jauh dari akidah kita? Sungguh aku benar-benar lelah, tapi yang bisa aku lakukan hanya menikmatinya saja.

Beberapa kali aku berkomentar untuk mengajak supaya tidak gegabah dalam berbuat, tapi selalu saja aku disuruh menanyakan keimananku. Katanya, "Li lu kaji lagi iman lu supaya lu paham ajakan boikot ini". Sampai di sini aku pun jadi enggak paham, apa iya aku memang tak beriman?

Andai Rasul dalam berjuang dulu dikit-dikit ajak sahabat memboikot, apakah akan sampai ilmu yang banyak kepada kita seperti saat ini? Andai dulu sahabat rasul bertemu dengan musuh dan sedikit-sedikit mengajak boikot apakah mungkin kita bisa mengetahui kekuatan dan kelemahan musuh?

Boleh tak suka, boleh kasih masukan tapi plis jangan bawa agama, jangan bawa kecebong supaya aku bisa melihat alasan yang baik untuk sebuah ajakan tersebut.

Sampai kapankah dagelan boikot ini kelar? Rasa-rasanya.

Kunjungi blogku di http://ulihape.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun