Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Transportasi "Online", Solusi untuk Siapa?

24 Maret 2017   21:33 Diperbarui: 25 Maret 2017   18:00 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transportasi online, solusi untuk siapa ?

Yap, keberadaan transportasi online tentu hanya solusi buat orang-orang yang 'terburu-buru'. Secara peraturan saya tidak memahami, disini saya hanya ingin menulis isi kepala saya tentang keberadaan transportasi online.

Sebelumnya, perkenalkan saya uli, domisili di Tangerang dan weekday saya berkantor di Jakarta. Saya tidak bisa memilih transportasi kereta api dikarenakan jarak rumah ke stasiun terlalu jauh dan konon katanya kereta api itu hanya untuk orang yang rumahnya dekat stasiun (naik motor 30 menit, naik angkot 3x ganti), setiap hari begini rute kendaraan yang saya gunakan pulang pergi sebelum ada ojek online :

Rumah - ke pangakalan bis/omprengan : by ojek 15.000

Pangkalan omprengan - ke slipi : 8.000

Slipi - Pancoran : by Bis Mayasari 5.000

Pancoran - Saharjo : by metromini 4.000

Jalan kaki 300 meter barulah sampai kantor, total perjalan menuju kantor Rp. 32.000

Lalu perjalanan pulang :

Jalan kaki 300 meter lalu naik ojek pangkalan ke slipi jaya Rp. 35.000

Slipi jaya - islamik tangerang : 8.000

Islamik kerumah saya naik ojek pangkalan, kalau naik angkot ngetemnya bisa 30 menit, Rp. 20.000, total biaya perjalanan pulang Rp. 63.000

Jadi ongkos pp saya 95.000

Transportasi online pun hadir, diawal kehadirannya saya sudah tergoda untuk menggunakannya, hanya saja saat itu di Jakarta masih serem karena ojek pangkalan merasa terganggu, sementara kantor saya didepannya tempat ojek mangkal, otomatis saya gak berani order, sampai akhirnya seluruh anggota ojek pangakalan menjadi ojek online dan Jakarta sudah ramah ojek online barulah saya menggunakannya, nah terjadilah penghematan seperti ini :

Rumah - ke pangakalan bis/omprengan : by ojek 5.000

Pangkalan omprengan - ke slipi : 8.000

Slipi - kantor by ojek online 10.000

total perjalan menuju kantor Rp. 23.000

Lalu perjalanan pulang :

Kantor - slipijaya by ojek online Rp. 18.000

Slipi jaya - islamik tangerang : 8.000

Islamik kerumah by ojek online 7.000, total biaya perjalanan pulang Rp. 33.000

Jadi ongkos pp saya 56.000

Jelas lah kehadiran ojek online adalah solusi buat saya, jujur dalam hal ini adalah materi, bayangkan saya bisa menghemat sebesar 39 ribu setiap harinya, selain itu saya bisa menghemat banyak waktu, tiba dirumah jam 7.15 malam dan berangkat yang semula jam 5.30 pagi akhirnya bisa jam 6.00 pagi, see? saya bisa 30 menit lebih lama bersama anak-anak, buat ibu pekerja bisa lima menit lebih lama saja itu udah bahagia banget.

Di Tangerang sampai hari inipun kehadiran ojek online masih dimusuhi, saya harus rela berjalan agak jauh untuk bisa menikmati fasilitas ojek online ini, pernah saya naik dan itu di teriaki dan di kejar hiiks.

Memang sayapun bisa memahami keinginan abang-abang angkot buat ngetem, akupun bisa merasakan mereka pun bete ngetem, andai penumpang cepat penuh tentu mereka tak mau ngetem, kemana penumpangnya ?

Sebenarnya sebagai pengguna sayapun masih memilih tarif yang manusiawi, jujur saya lebih memilih gojek karena tarif saya dari kantor ke slipijaya untuk driver sebesar 31 ribu, artinya hampir sama saja dengan tarif ojek konvesional yaitu 35 ribu. Hanya saja karena saya memanfaatkan pembayaran non tunai maka ada benefit berupa potongan harga yang saya terima, jadi otomatis saya bayar lebih murah. Saya paling tidak tega menggunakan uber karena tarifnya hanya 9 ribu genks, sementara kalo saya mau sedekah juga berat , maka saya memilih transportasi ojek online yang harganya pun baik bagi drivernya. Sama halnya dulu ketika BBM yang saya pilih adalah pertamax hanya karena saya merasa premium itu BBM bersubsidi dan saya tak berhak atasnya.

Lalu kenapa sampai ribut sih abang angkot dan abang transportasi online ? Jelas ini dikarenakan konsumen terlalu nyaman dengan transportasi online yang serba murah, sekarang jarang banget ketemu anak sekolah naik angkot, rata-rata mereka memilih ojek atau mobil online. Dengan ojek online 5.000 sudah sampai sekolah dan tarif ini jelas sama dengan bayar angkot, dan sekarang anak-anak sekolah ramai-ramai patungan membayar mobil online yah ke sekolah naik mobil itu hanya 17 ribu bu, kami bisa isi 7 orang, jadi 17 ribu bagi 7 hanya 3 ribuan saja, naik mobil ber ac dan langsung sampai gerbang sekolah, siapa yang bisa menolak ? Begitu penjelasan salah satu murid yang pernah saya tanya

So, Pemerintah memang harus bertindak, saya setuju perusahaan online harus melakukan apapun yang dilakukan armada transportasi umum misal dalam membayar perijinan, selanjutnya pemerintah memang harus mengatur tarifnya, khususnya untuk kendaraan online roda empat. Karena kalau ojek menurut saya murahnya tarif itu karena adanya kode promo ataupun pembayaran dengan cara non tunai, so transportasi umum non online mungkin harus berpikir juga memberi reward bagi penumpangnya, misal menggunakan karcis dan setiap 5 karcis bisa naik gratis, yah kek tukang cukur gitu, tahu sendiri lah di negara kita ini gratisan itu memang incaran banget hehe.

Saya sih bukan orang kaya, tapi saya juga gak mau menikmati sesuatu dan mengakibatkan ada yang melarat karenanya. Saya memang kurang setuju tarif kendaraan roda empat online itu murah banget, otomatis ini akan membunuh angkot. Bayangkan saja saya kalau mau ke mall dekat rumah naik kendaraan online hanya 17 ribu belum lagi kalau dapat promo, sementara bila saya naik angkot kena 15 ribu dan masih harus jalan kaki, wajarkan saya memilih yang murah dan nyaman ? Dan memang jadinya kasihan angkot tapi kan saya konsumen jadi ketika diberi pilihan murah yah pasti ambil yang murah, apalagi fasilitasnya jauh lebih baik. Makanya saya pernah loh berharap supaya tarif kendaraan roda empat online paling tidak samakanlah dengan tarif taksi, jadi konsumen seperti saya pasti memilih naik angkot daripada membayar 2 kali lipat lebih mahal (kalo naik taksi biasanya 40 ribu karena kena tarif minimum, biasa pesan taksi by phone soalnya). Lah kalau gini kendaraan onlinenya donk yang hilang penumpang ? Nggak bakalan, karena tetap ada kelebihannya toh ga punya tarif minimum, pesannya pasti lebih gampang karena aplikasi mobile nya.

Semoga saja segera ada regulasi yang jelas sehingga tak ada lagi perpecahan sesama anak bangsa, yang nota bene sama-sama mencari nafkah lewat penumpang, kerusuhan akhir-akhir ini jelas merugikan kedua belah pihak dan buat abang angkot ketahuilah bahwa driver online itu pun banyak yang ga setuju dengan murahnya tarif jasa mereka, merekapun kadang merasa sayang dengan mobilnya, mobil harga ratusan juta hanya untuk mengantar penumpang seperti kami yang membayar17 ribu, tapi mereka juga dilema bila tak mengambil order maka akan kena sanksi. Dan abang ojek pangkalan juga jangan baper, karena tak ada yang membatasi kalian untuk bergabung, keterbatasan itu justru karena kalian sendiri, kalian punya motornya bodong, SIM sudah mati atau malah nggak punya, maka belajarlah pada perubahan, toh kalau motor kalian bagus tentu nyaman buat abang dan penumpang, kalau abang kenapa-napa dengan adanya SIM justru bisa cepat terbantu, dan coba melayani penumpang dengan baik, bawakan helm untuk penumpang abang, gunakan harga yang rasional , soalnya yang naik ojek itu juga uangnya terbatas ,kalao kaya yah naik taksi minimal, maksimal dia bawa mobil pribadi.

Aku pribadi memilih menggunakan transportasi online lebih ke efisiensi waktu, bisa berangkat lebih siang dan tiba dirumah sebelum adzan isya, buat emak-emak seperti saya yang masih mempunyai anak balita, waktu adalah uang dan karenanya kami selalu terburu-buru.

Semoga transportasi online bisa disambut baik semua pihak dan menjadi solusi juga, bukan hanya sekedar pesaing yang mengandalkan teknologi dengan biaya operasional murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun