Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pendidikan Seks Usia Dini, Perlukah?

24 Februari 2017   19:32 Diperbarui: 25 Februari 2017   18:00 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa hari lalu di beberapa WA Group aku menerima share 2 buah poto dari sebuah buku, begitu membacanya aku langsung bertanya ke orang yang menshare "bagian akhirnya seperti apa ya ?", membacanya bagi ku biasa saja, bahwa meski aku belum melihat buku utuhnya sepertinya aku bisa paham dengan niat si penulis buku. Tanya ku di jawab teman lain di dalam group itu bahwa akhirnya adalah memberikan arahan bagi si anak bagaimana mengendalikan diri. Lain lagi di WA Group yang isinya ibu-ibu semua, langsung di debat "duh kok vulgar", aduh itu ga cocok untuk anak-anak, tak ada yang membahas bahwa itu adalah buku edukasi seks dini untuk anak, semua ibu-ibu ini tak menerima penjelasanku, speechless!

Kenapa saya bilang speechles ? Dari kejadian ini malah saya miris dengan keadaan banyak orang tua, nasib penulis dan penerbit sih saya yakin akan baik-baik saja, palingan ini menjadi pembelajaran buat mereka untuk lebih teliti, tapi bagi ibu-ibu yang menshare dengan penuh kemurkaan apa kabar ? Hello moms and dads wake up please ! Jangan berlagak dunia anak-anak kita seindah taman bermain mereka, buka mata yuk lihat , cari tahu berapa banyak kasus kenakalan anak-anak yang dipicu oleh perbuatan seksual ? Ngga ada ? Oh come on ! Lihat lebih jeli,, pernahkan baca berita balita perempuan di perkosa balita laki-laki ? Nah itu bukti bahwa Indinesia sudah rawan, tapi di Indonesia keberadaan buku-buku edukasi seks dini masih dianggap tabu !

Well, entah mengapa bagiku justru sebaliknya, aku merasakan bahwa buku-buku seperti itu sangat penting, yah bisa jadi pengalaman kita lah yang membuat pandangan ini berbeda, bersyukurlah kalau memang anda tidak bertemu dengan masalah-masalah yang akan saya ceritakan, bersyukurlah kalau anak-anak kalian dalam keadaan steril, tapi bila ada orang yang berusaha untuk memberikan sesuatu yang tak sesuai isi kepala anda, maka tolong dipahami jangan dihakimi !

Saya akan menuliskan beberapa pengalaman saya pribadi sehingga mungkin setelah membacanya kita bisa memahami kenapa ada penulis yang berniat membuat sebuah buku edukasi seks dini.

Aku adalah anak kedua dari enam bersaudara, hanya ada dua anak perempuan lalu empat laki-laki. Usiaku terpaut 2 tahun dengan abangku dan setahun ke adikku, jadi kami bertiga masih sepermainan di masa kecil, selalu melakukan apapun bersama-sama. Bahkan di sekolah tak jarang di jam istirahat kami ke kantin bersama. Hanya jam sekolah mengaji sore yang kami susah untuk bersama, disinilah aku jadi lebih intens bermain bersama teman-temanku khususnya anak-anak perempuan. 

Aku sekolah dasar tahun 1985 dan ketika aku kelas tiga SD, suatu sore di jam istirahat sekolah mengaji aku melihat teman perempuanku sedang asyik sendirian, ruangan kelas saat itu memang sepi, namun karena aku mencarinya maka aku mendapatinya berada di meja belakang, kedatanganku tak disadarinya, tapi aku sudah memperhatikannya sedari tadi, posisinya berdiri membungkuk kan badannya dimeja, lalu kedua tangannya menekan meja, kakinya yang tertutup rok panjang tampang kaku, lalu maaf posisi area organ vital menempel di salah satu ujung meja , wajahnya tegang namun setelah aku tiba dimeja itu dia tersenyum 'puas' dan posisinya langsung berdiri sempurna, kamipun bermain. 

Beberapa hari kemudian di jam istirahat aku sengaja memperhatikannya , sama aku melihat dia keasyikan sendiri, dan lalu aku memberanikan bertanya "lagi ngapain sih ? Dari kemarin aku suka lihat dirmu selalu begini (aku memperagakannya), lalu dia mengajakku keluar ruangan, dia pun meminta aku mencoba melakukannya, diajarkannya gerakan menekan organ vital keujung meja, tekan dan gerakkan perlahan", sakit jawabku ! Lalu dia mengajarkannya dan tiba-tiba 'maaf' dia melapkan bagian roknya kedalam organnya dan dia menunjukkan cairan bening "nah kalau begini keluar jadi enak.

So moms and dads apa yang aku lakukan ? Cerita ke mamak ? Belum..belum aku lakukan, justru aku penasaran apakah benaran asyik ? Sampailah aku bisa merasakannya, ohh iya memang asyik ! Aku tak tahu apakah teman ku itu pernah melakukannya di rumah nya ? Apakah orang tuanya tahu, Apakah ada teman lain yang sudah diajari nya ? Namun akhirnya aku yang terbiasa terbuka dengan mamak, karena mamak ku adalah tipe ibu yang kepo dengan anaknya, sehingga memang kami selalu merasa nyaman untuk menceritakan apa saja sama mamak, termasuk hal ini, betapa kagetnya aku ketika mamak memarahi ku, bahwa apa yang aku lakukan itu dosa besar, aku dihukum ditanya mau jadi apa ! Semakin terpojok dengan tanya masih kecil sudah genit ! Bahkan semua tuduhan yang dilontarkan mamak saat itu belum bisa ku pahami, namun ketakutan ku terhadap mamak membuat aku tak berani melakukannya lagi !

Kami selalu berpindah-pindah karena pekerjaan papa, lalu akupun pindah ke kota lain, namun aku masih ingat kok sensasi asyik itu, pernah ngak curi-curi waktu melakukannya ? Nggak karena mamak selalu menyibukkan ku dengan hal-hal lain. Lalu aku memasuki usia SMP dan disini aku bertemu dengan teman laki-laki bisa dibilang sahabat dekat (tahun 90 an kalau teman ya teman hehe), singkat cerita aku memergoki dia sedang duduk melipat kedua pahanya , bergerak pelan nyaris ga terlihat sih, namun ekspresi wajahnya aku hapal bener dia sedang menikmati sesuatu, dan akhirnya aku tahu itu kegiatan mencari kepuasan saja. Apakah orang tua nya tahu ? Apakah yang dirasakan nya ? Entahlah sesuatu yang aku sendiri belum paham 

Dan sensasi itu baru aku pahami ketika aku mempunyai pacar ! Ohh rasa gejolak beginilah yang dulu dipuaskan temanku itu, baru hanya sebatas itu ! Akupun bekerja dan suatu ketika ada seorang anak balita yang suka mendatangiku, semua orang menilainya rasa sayang, sama seperti yang kurasakan, namun suatu ketika anak balita ini dalam pangkuanku dia memelukku erat, ok its fine batinku, pernah dia meminta ingin menginap di rumah ku, oh lucuu nya kata semua orang, dan ketika aku tidur, aku merasa badanku sedang ditindih seseorang, ya anak balita ini naik ke atas tubuhku dan menekan area sensitifnya ke perutku, damn! Aku pun kaget namun berusaha tenag, eeh kamu ngapain ? Dia cengengesan, hihihi bicaranya aja belum lurus ..hihihi 'atu cuka, ayah bunda cuka kek ini", oh my !!!!

Sejak saat itu aku mengajaknya bermain, aku nasehati bahwa tidak semua yang ayah ibu lakukan harus di tiru, intinya selama bermain bersamaku aku bisa mengendalikannya karena kerap beberapa kali dia mencoba tapi aku sudah paham ! Namun apakah ayah ibu nya tahu ? TIDAK!! Akupun jadi khawatir kalau dia nanti justru bertanya ke abang nya, sama seperti ku dulu yang dengan bangganya menunjuukan ke saudara laki-laki ku bahwa ketek ku ada rambutnya, untung kepergok mamak jadi kena nasehat dan sejak itu aku ga pernah berbagi hal apapun tentang pertumbuhanku ke saudara laki-laki ku.

Menikah dan memiliki anak, tanpa sengaja aku melihat gerak gerik tangan mungilnya memainkan organ vitalnya, jujur aku langsung parno, alasannya yah karena aku begitu dekat dengan teman dan anak yang pernah melakukan keasyikan semacam itu, di kepalaku langsung keluar bayangan-bayangan yang ada dikepala orang dewasa, lantas aku diingatkan "heii..keep calm, belum tentu loh itu isi kepala anakmu", belum ke pikiran..belum ..bukan itu !. Seketika isi kepalaku mendingin, aku melakukan searching dan sedikit lega karena apa yang terjadi masih normal ! Its ok moms !

Menjadi orang tua itu memang susah, dan menurutku kita harus terus belajar dan keberadaan buku adalah salah satu media nya. Bahkan aku pernah menghadiri launching buku seri remaja, isinya bagaimana memakai pembalut, memakai BH yang bagi orang dewasa 'duh kok ditulis sih ?" Coba tanya anak remaja nya ? Ternyata mereka senang karena seperti menemukan tutorial, sekali lagi bersyukurlah kalau anda bisa mendampingi seluruh fase kehidupan anda, ada berapa anak yang tak sempat bertanya kepada orang tuanya karena sibuk, ada berapa anak yang tak memiliki orang tua sebaga tempat bertanya? 

Lalu ketika sebuah bersampul anak, disalah satu seri pengendalian diri mencoba mengedukasi dengan bahasa yang 'biasa' untuk tujuan edukasi sex, bahasanya memang vulgar namanya juga bicara pendidikan sex, tapi yakinlah isi kepala moms and dads akan berbeda dengan anak, kalimat aku menggerakkan guling naik turun lalu terasa asyik itu bukan berarti seperti adegan moms and dads loh ! 

Apalagi diakhir buku ternyata juga ada tips untuk orang tua, artinya memang buku edukasi sex ini butuh pendampingan orang tua, share yang membabi buta hanya dengan mengcapture dua halaman memang tak adil dan bagi saya jelas terlihat sebagai orang tua kita belum maksimal, kita jarang mendampingi anak disaat mereka membaca, kita bahkan tak pernah membaca terlebih dahulu untuk memastikan buku itu layak untuk anak kita. Ambil hikmahnya bahwa saatnya kita lebih peduli dengan apa yang dibaca anak, lalu jangan lupa bahwa sebagai orang tua kita jangan menutup mata terhadap fakta yang ada, bahwa edukasi seks dini itu perlu, kita harus siap menerimanya, karena seperti apa yang pernah saya alami diatas bisa saja akan terjadi pada keluarga kita !

Sedikit tips untuk memulai pendidikan seks pada anak, moms and dads bisa lakukan ini :

1. Mulailah menjelaskan alat vital pada anak sesuai dengan namanya, informasikan juga bahwa area tersebut tak boleh disentuh siapapun kecuali moms and dads. Aku sudah melakukannya bahkan terkadang disaat gemas aku tak sengaja menyentuhnya dan Kanda akan teriak "mamiii nggak boleh pegang-pegang!

2. Ajarkan anak untuk melakukan hal-hal pribadi seperti BAK, BAB sendirian, mandi juga jangan dengan orang dewasa, usahakan anak mulai mandiri sehingga dia pun akan pede bisa melakukannya dan  bila ada orang dewasa yang ingin menemaninya melakukan hal tersebut si anak sudah bisa menolak

3. Usahakan mendampingi anak disaat mereka menonton, membaca buku dan bermain gadget. Pernah loh aku melihat kanda senyum-senyum karena melihat boneka berpakain bikini, hal-hal yang begini harus segera kita beri oenjelasan, dan memang ketika dia melihat lagi dia langsung bilang "mami aku nga boleh yah lihat ini?"

4.  Sebagai orang tua kita harus bisa hadir menjadi orang tua yang nyaman bagi anak-anak, inshaallah kedekatan ini akan membuat anak terbuka dan tak sungkan mengajukan pertanyaan apapaun, jangan batasi anak dalam belajar apapun, jangan tunggu anak mencapai usia puber baru mau bicara, lakukan sejak dini untuk kebaikan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun