Bahkan impian keenam dalam diary bersampul hijau itupun menjadi nyata, dikala aku menyusun skripsi ada seorang teman yang sangat kaya namun dia urung menyelesaikan kuliahnya, rumahnya yang besar, kendaraan pribadi beserta ART nya dititipkan padaku. Saat aku beres kuliah nyatanya aku masih stay disana, aku bekerja di Jakarta dan setiap weekend aku kembali ke rumahnya hanya sekedar memastikan rumah dalam keadaan bersih, kendaraan di rawat dan ART di gaji. Dalam sebuah sujud aku seperti tersadar "wakwaaaaw" ini kan impianku toh? kerja di Jakarta, setiap weekend ke Bogor, stay dirumah besar, ada mobil dan ART komplit!!! dan aku beristighfar karena rasanya ketika aku menuliskan poin ke-6 aku lupa kasih tanda bintang * semuanya milikku yaa..... Doanya gak komplit jadilah aku menikmati apa yang aku mintakan meski itu hanya titipan seseorang hehehe, terima kasih ya Rab ! *6)
Menang Undian, entah kenapa aku ingin sekali mendapatkan undian, dulu pas aku SD ada namanya porkas, nggak paham juga itu dosa, terlarang atau bagaimana ? Yang aku paham banyak orang mengupahku untuk membelikan deretan angka-angka, nah jadi itulah yang aku maksud menang undian, dari memasang modal sedikit ada harapan mendapatkan ratusan juta rupiah. Trus mau diapain ? Mau aku kasih abangku ! Sisanya bagi-bagi. dan anehnya ketika aku di Nabawi di Raudhah, aku sampai memohonkan hal ini "ya rab ijinkan Hamba menang undian, entah itu dari Bank atau darimana saja" supaya Hamba bisa memberikan abang Hamba uang. Mamak pun geram dengan doaku ini "bukannya minta jodoh malah minta undian" haddeuuhhh... Trus sudah kejadian belum li ? Hehehe si impian ketujuh ini belum menjadi seperti inginku, tapi ya kalao menang lomba di kompasiana sih adalah ya, ngasih juga sih ke abangku, tapiii aku mau yang lebih besar, yang bisa bagi-bagi ke banyak orang hehehe *7)
Nah, perjalanan hidup ku benar-benar sejalan dengan isi mimpi yang tertulis di Diary bersampul hijau. Impian kedelapan ini memang unik, ternyata aku juga baru paham bahwa Palestina merupakan tanah suci juga setelah Mekkah , Madinan ada Palestine, Rasul pun sampai mengatakan sekecil-kecil nya perbuatan mu untuk palestine adalah doa. Dan Entah kenapa aku ingin mengajak mamak papa kesini, bahkan kalao dana berlebih bisa mengajak abangku, anak-anak dan suami. USahanya apa donk ? Doa sudah, SMS Ahok sudah (tapi gak dibalas), mention Pak Jokowi juga sudah (ya kellues beliau sempat baca) dan keinginan kedelapan ini sempat direkam oleh Dokter Kandungan yang membantu persalainan anak pertamaku. Ketika itu aku meminta dibius total hanya untuk 3 jahitan, terlaaaallluuuu kata dokternya. Ya dokter saya kan ingin sekali tahu rasanya pingsan, kapan lagi coba ini mumpung klaimnya di biaya kantor hahahha. Akhirnya dokter mengiyakan dan pengalaman untuk bangkit sadar aku mendengar suaraku seperti memanjatakan doa, "Ya Allah murahkanlah rezeki hamba, supaya hamba bisa membawa mamak ke tanah suci, bawa papa, bawa abang, anak dan suami Hamba" berulang seperti itu. Ketika aku sadar sang dokter tersenyum "ah ibu ini anak yang sayang orang tua ya, pantas saja melahirkannya gampang. Ibu adalah pasien pertama saya yang dengan mudah melahirkan anak" Akupun langsung membantah sang Dokter, ahh saya ini bandal dok. Nah ini bu rekamannya, lalu dia mendengarkan untaian keinginanku untuk mamak papa, ahh aku jadi terharu. Ya udah Bu saya aamiinkan ya supaya bisa kesana. *8)
Hmmm...sampai disini rasanya aku akan berterima kasih kepada Diary bersampul hijau, apa yang kita goreskan malam itu telah terjalani dan harapan itu belum pupus.
Dear Diary,
Dimanakah kau kini ? Aku sudah dewasa dan benar aku tak membawamu ke Ka'bah.
Dear Diary,
Aku masih ingin mengukir sebuah kisah suci, berjiarah ke Palestine tempat dimana semua kisah Nabi ada dan tiada.
Dear Diary,
Mimpi itu tak pernah salah , tak ada batasannya, dan telah menjadi nyata dibeberapa harapan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H